Chereads / The Cupid's Arrow : A Choice of Love / Chapter 2 - Bab 2 : Aktivitas Dilan

Chapter 2 - Bab 2 : Aktivitas Dilan

Aroma kopi sudah menguar harum dari kafe pizza dimana Dira bekerja. Dilan menadahkan tangan pada Dyra, sambil berkata tanpa suara. 'Upah'.

"Ck, baiklah," decak Dyra sambil membuka pintu mobil. "Tunggu sebentar."

"No problem," sahut Dilan sambil tersenyum simpul melihat Dyra yang turun dari mobil lalu masuk ke dalam kafe untuk menyiapkan 'upah' untuknya.

Sambil menunggu, Dilan mengambil ponselnya dan menelpon Rama, sahabatnya sedari sekolah menengah pertama. Dilan melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan di jurusan teknik otomotif, spesialis kendaraan ringan. Dilan menyukai utak-atik otomotif dan bercita-cita menjadi montir yang handal. Dan kini, dirinya telah bekerja sebagai montir di salah satu bengkel resmi mobil. Sedangkan Rama, sahabatnya bersekolah di SMU biasa dan dilanjutkan masuk ke akademi kepolisian.

"Halo bro," sapa Dilan setelah ponselnya tersambung. Dilan duduk berselonjor di kursi pengemudi, menunggu kedatangan Dyra yang mengirim 'upah'.

"Hei Dilan," balas Rama lesu.

"Kamu kurang tidur atau belum tidur atau baru bangun tidur?"

Rama mengabaikan sindiran Dilan dan langsung melolong... "Oh my friend, aku sedang dilanda kepanikan yang akan mengancam kesejahteraan makhluk hidup," cerita Rama lebay.

"Ck, tidak usah bertele-tele. Cepat katakan, hal heboh apa yang terjadi padamu?"

"Aku dijodohkan."

Dilan membeku, tapi sedetik kemudian langsung tertawa berderai. "Kamu.. Dijodohkan? Ha-ha-ha... Tapi selamat ya. Itu hal yang sangat menggembirakan, karena sainganku berebut cewek cantik, berkurang satu," komentar Dilan yang langsung dicaci maki oleh sahabatnya.

Duk-duk-duk.. Sebuah suara ketukan di kaca mobil, menarik perhatian Dilan. Dyra ada disana sambil membawa 'upah' miliknya. Dilan membuka jendela mobil dan mengambil 'upah' nya yaitu segelas kopi hitam yang langsung digiling dan diseduh oleh Dyra. Sangat harum.

Dilan menerima kopi panas itu dan mengangkat gelas itu sedikit lebih tinggi, sambil berkata 'terima kasih' tanpa suara. Setelah menerima anggukkan kepala dari Dyra, Dilan segera menutup jendela mobil. Dilan meletakkan gelas harum itu di tengah jok, sambil meneruskan bicara dengan Rama.

"Pulang kerja hari ini aku ada waktu senggang. Mau ketemuan?" tawar Dilan sambil memasukkan perseneling satu lalu menginjak gas, membawa mobilnya meluncur menuju tempat kerja. Sebuah bengkel mobil yang terletak tidak jauh dari kafe, tempat kerja Dyra.

"Tidak bisa, bro. Aku sedang dikenai sanksi oleh atasanku, karena tiba-tiba sakit di waktu penyelidikan penting," keluh Rama dengan menarik nafas panjang. "Aku dipindahtugaskan selama seminggu di ruang otopsi jenazah. Sementara ini, aku tidak berani keluar malam. Takut ada Hantu Sadako. Huuuaaaa...."

"Hiiii....," seru Dilan sambil bergidik ngeri. "Tapi tidak apa. Itu untuk melatih mental tempe mu supaya menjadi mental berlapis baja. Nikmati saja."

"Kejam, kamu sangat kejam seperti Joker," raung Rama sedih. "Sudahlah, biar boneka Doraemon yang empuk yang menghibur dan memelukku."

"Dasar gila," sembur Dilan lalu mematikan ponselnya. Mulut Dilan berkomat-kamit berdoa kepada yang maha kuasa agar dirinya tidak terpengaruh oleh sahabatnya yang sudah terkontaminasi dengan anime dan fantasi hingga menjadi lebay bin absurd.

Dilan memarkirkan mobil buntut kesayangannya di lahan parkir khusus karyawan. Alis Dilan mencuat tinggi ketika melihat sebuah mobil SUV merah marun terparkir cantik di tempatnya. Bos garangnya sudah datang. Dilan melirik jam di dashboard mobilnya. Masih jam delapan kurang sepuluh menit. Biasanya, si bos datang ke kantor jam sepuluh.

"Tumben," bisik Dilan sambil menutup pintu mobilnya, lalu mengelus atap mobil nya dengan sayang. Dilan menghabiskan kopinya lalu meremas gelas kertas itu dan melemparkannya bak pemain NBA ke tempat sampah. Gol. Yes. Dilan bersorak sambil menarik siku kanannya ke arah perut. Kemudian Dilan melangkah masuk ke dalam bengkel, melalui pintu samping yang diperuntukkan aktivitas keluar masuk karyawan.

"Hei, Dilan, kamu sudah datang? Lady bos mencari dirimu," seru Didik yang sedang mengenakan bandana merah di kepalanya, sambil memonyongkan bibirnya ke arah ruangan bos.

Dilan memberikan tanda hormat pada rekan kerjanya. Dilan menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu ruangan lady bos. Pertanda tidak bagus, jika pagi-pagi sudah harus menyetorkan wajah pada pemilik bengkel sekaligus bosnya. Dia seorang wanita yang tangguh dan pandai dalam urusan mesin mobil. Dan dia dijuluki 'Lady bos'.

Tok-tok-tok

"Masuk."

Dilan membuka pintu ruangan bos dan mendapati sang lady bos sedang khusyuk membolak-balik berkas di meja kerjanya. Wajahnya nampak serius. Apa telah terjadi sesuatu di bengkel?

"Anda memanggil saya?" tanya Dilan sopan sambil menarik kursi dan duduk di depannya.

"Ya," sahutnya cepat dan datar. Lady bos melepaskan kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya. "Kamu tolong handle mobil Bernard. Mobilnya sudah diparkir sebelah mobilku."

Dilan mengangkat alis. Well, Dilan tidak memperhatikan mobil jenis double cabin merah yang diparkir di sebelah mobil lady bos tadi. Dilan berdecak tidak suka pada mobil keren yang biasanya suka nongkrong di depan lobi kantor, seakan dia adalah pemilik bengkel ini. Well, bilang saja dirinya iri, melihat laki-laki yang mempunyai duo gandengan cantik. Wanita cantik dan mobil mahal. Sempurna.

Bernard adalah kekasih yang kaya dan manja dari lady bos. Bernard, pria pesolek yang paling anti berkotor-kotor ria. Sekali lihat, Dilan membenci tipe seperti pria seperti itu. Dilan tidak dapat mengerti bagaimana si lady bos bisa tertarik dan tahan menghadapi pria pesolek itu. Hanya Tuhan yang tahu hal misterius itu.

"Baik," jawab Dilan singkat. Memang apa lagi yang bisa dikatakannya, perintah bos adalah mutlak hukumnya, jika tidak ingin diberi pesangon diakhir bulan.

"Ini kunci mobilnya," lanjut lady bos sambil mengulurkan kunci kontak pada Dilan.

"Ada masalah apa mobilnya?"

"Pagi tadi tidak bisa menyala saat di starter. Kemudian mobilnya ku jumper menggunakan aki mobilku. Kemungkinan kena di selenoid bosspom nya. Kalau sudah, cek juga radiator aki mobilku," perintah lady bos.

"Baiklah," jawab Dilan sambil mengangguk. Baru setengah berdiri dari kursi, lantunan suara bos kembali terdengar, membuat Dilan kembali duduk.

"Ada lagi," kata lady bos sambil menutup berkas yang sedang ditelitinya selama satu jam. Berkas itu disodorkan pada Dilan. Itu adalah catatan keluar masuk stok sparepart ringan. "Terjadi pencurian di bengkel kita."

"Pencurian?" ulang Dilan tercengang. "Apa anda menuduhku yang melakukan pencurian?"

Sang lady bos mengibaskan tangannya. "Tidak. Aku percaya padamu. Aku ingin menunjukkan padamu, supaya kamu yang bekerja di lapangan, lebih teliti terhadap rekan kerjamu."

"Maksud anda, anda menyuruhku memata-matai rekan sekerjaku?"

"Benar. Aku curiga orang dalam lah yang melakukannya selama satu bulan ini," kata lady bos sambil melemparkan kacamata nya ke meja, kemudian bersandar pada kursi kerjanya.

"Bagaimana anda bisa tahu tentang hal itu?" tanya Dilan sedikit takjub pada ketelitian sang bos, tapi kemudian segera merutuki dirinya sendiri karena tatapan tajam ditancapkan pada dirinya akibat pertanyaan konyol yang dilontarkannya.

"Pasang matamu mulai hari ini. Dan berikan laporan padaku sebelum jam pulang kerja," perintah lady bos.

Dilan mengangkat alis mendengar tambahan pekerjaan itu. Dan juga perihal absensi double, di mesin check clock dan setor wajah pada sang lady bos. Hebat.

"Baik."

"Keluar lah."

"Permisi."

Bersambung...