Jessica Afdhal Malika. Ini nama wanita yang baru saja lulus kuliah. Baru menyelesaikan program sarjananya dengan sangat sempurna. Dalam jangka waktu tiga tahun dia mampu menjadi seorang S.H.
Dan Fauzan Ahrezza Muzakki. Dia pria yang sudah hampir enam tahun ini menemani Jessica dalam menempuh pendidikannya. Ia juga selesai kuliah berbarengan dengan kekasihnya itu. Orang-orang biasa menyebut mereka perfect couple. Pasangan yang sempurna.
Sama-sama memiliki paras yang rupawan, otak yang cerdas, baik hati. Benar-benar sukses membuat junior, teman seangkatan bahkan senior mereka iri. Bukan hanya saat kuliah, bahkan dari bangku SMA pun mereka sudah membuat banyak orang iri.
Menjalin hubungan selama itu bukanlah hal yang mudah. Saat tiga bulan pertama Fauzan pernah membuat sebuah kesalahan fatal yang hampir membuat hubungan mereka selesai, hanya di antara mereka berdua saja yang tahu dan tidak ada yang lain.
Hari minggu ini benar-benar mengerti apa yang sedang Jessica inginkan. Menikmati waktu bersama orang-orang baik yang sudah hadir di dalam hidupnya tanpa ada halangan dari alam.
Di sebuah cafe sederhana ini mereka semua berkumpul. Teman-teman seangkatan dari zaman mereka SMA. Banyak yang masih menempuh bidang perkuliahan berbeda dengan Jessi dan Fauzan yang memang sudah selesai.
"Jess, aku denger kamu gak mau jadi pengacara yah?" tanya seorang wanita yang duduk tepat di depan Jessi, Cleo namanya.
Yang lainnya ikut menyimak ingin tahu apa yang akan menjadi jawaban Jessi. Mereka semua tahu jika Jessi tidak pernah tertarik dengan dunia kerja terlebih lagi sebagai pengacara. Ia kuliah hanya untuk menghabiskan waktunya saja.
Sedangkan Jessi hanya senyum-senyum tipis saja mendengar pertanyaan itu. Ia yakin temannya itu bertanya hanya untuk memastikannya saja.
"Kalian kan tahu jawabannya," kata Jessi tidak mau mengulang kata-kata yang sama untuk yang kesekian kalinya.
Dalam satu meja ini terdapat enam orang termasuk Jessi dan Fauzan. Dan hampir dari mereka semua menghela nafas yang sama berbarengan kecuali Fauzan yang malah tertawa kecil melihat tingkah para sahabatnya itu.
"Lagian pake nanya lagi. Harusnya kalian udah hafal kalo sekali Jessi bilang enggak, ya enggak," ujar Fauzan masih terus melahap chicken nuggets yang Jessi pesankan.
"Ya siapa tahu aja kan berubah pikiran setelah tahu gimana rasanya belajar tentang semua hal itu? Lagian gabutnya orang pinter gini amat," sahut Daneo, seorang pria yang duduk di sebelah Cleo.
Matanya mengerling malas ketika apa yang dirinya harapkan tidak terjadi. Dari dulu mereka berempat itu ingin sekali mendengar jawaban yang berbeda dari pertanyaannya terhadap Jessi itu. Namun, nyatanya setelah bertahun-tahun tetap saja tidak ada yang berubah.
"Ya iya, gak kayak kita yang gabut yah rebahan sambil main hape," tambah Rere, wanita dengan kuncir kuda dan jaket kulit hitam itu. Tomboy memang anaknya berbanding terbalik dengan Cleo yang menggunakan rok mini sebatas paha dan rambut ikal blonde.
Jessi dan Fauzan terkekeh geli mendengarnya. Itu semacam pujian yang dikaji dengan hinaan, entah apa maksudnya.
"Udahlah cepet habisin makanan kalian. Katanya mau nonton." Si pria yang duduk di depan Rere melerai. Itu Satria namanya, sikap dinginnya melebihi kulkas dua pintu. Tapi masalah kekepoan, jangan salah, Satria tidak pernah absen. Ia tahu segala hal, hanya malas saja untuk memberi tahukan lagi pada orang lain, jadi, dia simpan sendiri semuanya.
Daneo menghabiskan kopi late pesanannya. Si pencinta kopi ini memang tidak pernah absen dari minuman wajibnya setiap kali mendatangi sebuah cafe.
Sedangkan Cleo, Rere dan Jessi masih sibuk dengan caramel mereka. Satria dan Fauzan juga sudah selesai dengan makanannya.
"Yaudah Sat, bayar gih!" titah Daneo dengan seenaknya. Sudah biasa bagi mereka dengan sikap pria kurang ajar satu itu. Memang paling malas jika urusan bayar membayar dan selalu langsung menyerahkannya pada Satria yang memiliki harta paling banyak di antara mereka.
Satria menghela nafasnya sudah tidak aneh lagi dengan Daneo. Memang sepertinya lain kali jangan ajak Daneo untuk nongkrong seperti ini. Menghabiskan uang saja. Sudah pesanannya yang paling mahal, tidak mau bayar lagi. Apa lagi namanya jika bukan tidak tahu diri? Dasar Daneo.
Namun, saat Satria sudah akan berdiri, Fauzan mendahuluinya berjalan menuju ke kasir untuk membayarnya. Ia merasa tidak enak jika harus Satria lagi dan lagi yang membayar makanan mereka.
"Untung Fauzn baik. Pengertian banget emang. Cocok udah deh kalian," kata Daneo sumringah melihat Fauzan membayar tanpa perlu disuruh.
"Cocok-cocok lo. Lain kali modal kalo mau gaya," sebut Rere tidak pakai hati. Mengharapkan pria itu sakit hati? Ah tidak mungkin hal itu terjadi. Lihat saja sekarang orangnya malah sedang cengengesan dengan bergelayut manja pada Cleo. Kok bisa Cleo mau pacaran dengan pria modelan seperti itu?
"Cle, lo kok mau sih pacaran sama knalpot basah? Gaya setinggi langit tapi ngopi masih minta dibayarin." Jika Rere sudah bicara jangan harap ada kata baik di dalam kalimatnya.
"Dia kalo cuma sama aku aja modal kok, Re. Modal banyak banget lagi," jawab Cleo dengan polosnya. Ah sepertinya Cleo memang terkena pelet dari Daneo.
"Halah!" Rere membuang wajahnya malas melihat keromantisan atas kebodohan sahabatnya itu.
Buang muka ke arah lain agar tidak melihat kelakuan Cleo dan Daneo, malah terjebak dengan paras tampan milik Satria. Kan Rere jadi salah tingkah, tepat pula Satria sedang menatapnya. Rere langsung buang muka lagi ke arah yang lain asal tidak melihat ke arah teman-temannya.
Jessi hanya tersenyum melihat perdebatan mereka. Jarang sekali bisa merasakan kembali suasana kebersamaan seperti sekarang ini. Mereka sudah sibuk dengan urusan masing-masing hingga hampir tidak ada waktu untuk bisa berkumpul bersama. Untung saja Cleo mau mengalah dengan jadwal pemotretannya. Jadi, hari ini mereka bisa bertemu.
Fauzan kembali ke kursinya yang langsung mendapat sambutan genggaman tangan dari Jessi. Sudah daritadi Jessi gemas melihat keromantisan Cleo dan Daneo, akhirnya ia bisa juga melakukannya dengan Fauzan.
"Kenapa?" tanya Fauzan pelan pada Jessi ketika melihat senyuman kekasihnya yang berbeda.
Jessi malah menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tidak lepas sama sekali. Malah semakin lebar dan membuat Fauzan gemas melihatnya. Ia mencubit pelan pipi merah Jessi. Wajah Jessi yang imut membuat kesan yang terus menggemaskan dengan tingkahnya yang sekarang.
"Udah kan? Yok langsung ke bioskop!" ajak Satria langsung bangun dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia tidak bawa tas, hanya domper, ponsel dan kunci mobil saja.
Teman-temannya yang lain pun ikut melakukan hal yang sama. Bukannya memasukkan ke dalam saku celananya sendiri, Fauzan malah memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam tas Jessi. Kebiasaan memang dari awal mereka pacaran selalu seperti itu. Namun, tetap saja ada orang ketiga tidak menyadarinya.
Ketika Cleo dan Jessi memasukkan bedak bekas touch up serta lipstik mereka ke dalam tasnya lagi, Rere malah bengong melihat kedua wanita itu yang terus memoles wajahnya. Ia bahkan tidak membawa tas, sama seperti Satria. Hanya dompet, kunci motor dan ponsel saja.
"Udah pada beli tiketnya belom?" tanya Daneo berjalan duluan.
"Apa? Mau minta dibeliin juga?" Rere ini memang sepertinya memiliki masalah pribadi dengan Daneo.
"Apaan sih lo, gue kan cuma mastiin. Kali belom beli ya kita beli dulu gitu loh," jawab Daneo menjelaskan. Kan dia juga tidak mau jika terus dikatai tidak modal walaupun memang benar.
"Eh ini maksudnya kita triple date gitu?" Fauzan angkat bicara setelah memperhatikan jika mereka secara tidak langsung berpasangan. Cleo dan Daneo berjalan beriringan saling merangkul, Jessi dan Fauzan juga jalan beriringan dengan gandengan tangan. Sementara Satria dan Rere berjalan beriringan dengan jarak saling menjauhi, entah sengaja atau memang tidak sadar.
Cleo dan Daneo seketika berhenti dan membuat Rere dan Satria yang berjalan di belakang mereka hampir menabarak kedua orang itu.
"Bisa gak kalo mau berhenti itu nyalain lampu sen dulu? Benjol kepala gue kalo gitu," omel Rere yang masih terkejut. Di saat Rere mengomel, Satria hanya anteng saja dengan wajah datarnya.
Jessi dan Fauzan malah sibuk tertawa di belakang mereka. Melihat wajah Cleo dan Daneo yang terlihat panik bercampur kaget dan antusias, sangatlah lucu.
Menghiraukan omelan Rere, Daneo berbicara pada Fauzan. "Jangan deh, gak kebayang gue kalo sampe si knalpot bocor pacaran sama es batu."