"Bagaimana, apa kerusakannya parah?"
Dilan yang sedang membungkuk di atas mesin mobil, menoleh ke arah datangnya suara. Karena sedikit melamun, Dilan refleks menegakkan tubuhnya, lupa jika dirinya sedang berada dibawah kap mesin yang terbuka. Alhasil, kepala Dilan langsung terbentur besi penutup mesin itu.
"Aduh," raung Dilan tertahan sambil mengelus kepalanya yang sakit terbentur plus berkabut, gara-gara lady bos dan sikapnya yang meng-anak emas-kan dirinya. Begitulah anggapan rekan kerjanya.
"Kamu baik-baik saja?"
"Baik. Hanya sedikit pusing," jawab Dilan sambil menjauh dari kap mesin lalu berdiri tegak, berhadapan dengan lady bos, pengganggu keseimbangan otaknya hari ini.
Lady bos mendekat dan membungkuk diatas kap mesin untuk memeriksa hasil kerja Dilan.
Hmm, aroma apa ini? Aroma harum yang lembut namun menggoda. Rasanya ingin tenggelam dalam aroma itu. Kemudian mata Dilan menatap tajam punggung lady bos. Apakah setiap hari lady bos memakai parfum ini? Dilan memiringkan kepalanya dan memejamkan matanya untuk lebih menikmati oksigen yang telah bercampur dengan aroma yang harum ini. Kenapa baru hari ini dirinya mendeteksi aroma yang menggelitik indera penciuman nya?
"Dilan, are you okey?"
Dilan membuka matanya dan tersentak. Tubuh harum itu kini berada sangat dekat dengannya, hanya seinci dada empuk itu dari dadanya yang bidang. Tangannya juga mengelus kepala Dilan yang terbentur besi kap mobil. Mata Dilan terpaku melihat wajah lady bos dari jarak yang sangat dekat. Bulu matanya yang lentik. Pipinya yang halus dan lembut. Bibirnya nampak lezat untuk dilahap. Tanpa sadar, Dilan meneguk air liurnya ketika matanya menelusuri leher jenjang lady bos. Seketika Dilan ingin berubah wujud menjadi vampir untuk menghisap kuat leher putih itu.
"Dilan, Dilan," panggil lady bos sambil melambaikan tangannya di depan wajah Dilan yang bengong. "Kamu sungguh baik-baik saja? Otakmu sepertinya bermasalah karena benturan itu. Perlu ke rumah sakit?" tanya lady bos yang khawatir karena pegawainya menjadi lemot.
Dilan meraih tangan lady bos yang menempel di dahinya lalu menyingkirkan nya. "Aku baik-baik saja."
Lady bos mengangkat bahu. "Baiklah, kalau begitu."
Hening... Canggung dan kikuk.
Dilan berdehem dan mencoba untuk mencari pembicaraan agar suasana yang tegang menjadi lumer. "Eng.. bos, aku.."
"Apa aku mengganggu?"
Dilan dan lady bos refleks menoleh ke arah datangnya suara. Barbie man, kekasih lady bos datang. Dan seperti biasa, gayanya yang bak pebisnis muda yang kaya dan tampan, jangan lupa kesombongannya yang melebihi keangkuhan burung merak. Dilan sendiri tidak paham apa yang menjadi bisnis dari si barbie man. Karena sepengetahuan Dilan, pesolek ini kerjanya hanya bersantai di lobi bengkel atau mengajak lady bos kencan di jam kerja.
"Tidak," jawab lady bos sambil menggeleng. Dilan melirik ke arah lady bos yang menjawab dengan dingin.
Barbie man mengangkat bahu, tidak peduli. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku, ketika berjalan mendekati mobilnya lalu meliriknya sekilas. "Apa mobilku sudah siap?"
"Belum," jawab lady bos datar.
"Diandra, katamu mobilku akan selesai setengah hari? Ini sudah jam sebelas. Aku butuh mobil secepatnya," desak barbie man seraya berdecak tidak suka.
"Maaf, kerusakannya merambat kemana-mana karena tidak rawat secara berkala," jawab Dilan yang merasa bertanggung jawab atas lambatnya proses perbaikan mobil doble cabin milik barbie man.
"See," sahut lady bos sambil menunjuk ke arah mobil yang masih terbuka kap mesinnya. "Aku sudah berulang kali bilang padamu, service rutin itu penting."
"Jika mobilku masuk bengkel untuk service rutin, aku tidak punya kendaraan lain untuk berpergian," rengek barbie man. "Aku tidak nyaman memakai mobil lain. Lagipula aku punya kamu yang bisa kupanggil sewaktu-waktu, jika mobilku terkena masalah."
Dilan mengumpat keras-keras dalam hati. Semua penghuni kebun binatang diabsen Dilan, dengan hati panas. Bagaimana si barbie man menjadi seorang pria sejati, jika selalu merengek pada kekasihnya? Atau jangan-jangan si barbie man ini adalah pria jadi-jadian?
"Kurasa kamu bisa memakai mobilku dulu, meski tidak senyaman mobil milikmu," tawar lady bos pada barbie man.
"Itu ide bagus. Mobilmu sangat pas denganku," sorak barbie man sambil bertepuk tangan.
"Dilan, berikan kunci mobilku padanya," perintah lady bos sambil mengedikkan dagunya pada Dilan.
Dilan melirik lady bos yang tetap tenang terkendali. "Baiklah." Dilan melemparkan kunci itu pada Barbie man yang langsung gelagapan menangkap dan kunci itu pun jatuh.
"Hei bung, lempar saja tidak becus, gimana mau service mobilku?" bentak barbie man yang emosi. Dilan hanya menanggapi dengan mengangguk meminta maaf. Barbie man yang merasa diolok-olok dengan sikap pegawai kekasihnya ini, lalu mengomel.. "Diandra, mobilku lebih baik jangan diserahkan padanya. Aku tidak mau mobil kesayanganku bertambah parah rusaknya, karena dia asal-asalan melakukan service."
"No problem," sahut lady bos sambil mengangguk. "Dilan adalah montir terbaikku. Kalau kamu tidak mau mobilmu dihandle oleh dia, akan kuserahkan pada montir yang lain."
"Aku.." Si Barbie man tidak bisa menjawab. Sambil berdecak, si barbie man ini mendekati Diandra, kekasihnya lalu mengecup pipinya. "Baiklah, aku mengalah. Aku percayakan saja mobilku padamu. Aku pinjam mobilmu. Akan aku kembalikan kalau mobilku sudah selesai. Bye."
Mata Dilan berkedut seakan ditusuk oleh seseorang, melihat barbie man itu mengecup pipi lady bos, kekasihnya. Kemudian Dilan tertegun, sebuah kilau muram dan sedih, berkelebat di mata lady bos. Dilan berkedip untuk memastikan sekali lagi, namun kilau menyedihkan itu telah hilang, digantikan sorot datar dan dingin seperti biasanya.
Apakah akan dihukum berat jika membunuh orang karena dia menyebalkan, tidak punya otak, suka seenaknya sendiri, egois plus bodoh bin idiot? Dilan mengepalkan kedua tangannya untuk meredam keinginannya agar tidak menyerang si barbie man, lalu mencincang pria pesolek ini menjadi satu lusin daging potong, yang kemudian dibagikannya secara gratis untuk menjadi santapan lezat para tunawisma.
Dilan melirik lady bos yang dengan tenang memandang mobilnya yang dikendarai si barbie man itu. Kemudian Dilan bertanya hal yang mengganjal di hatinya.
"Bos, anda nanti pulang naik apa?"
"Taksi," sahutnya cepat sambil berbalik untuk masuk ke ruangannya.
"Boleh aku mengantar anda pulang?"
Lady bos berhenti melangkah dan terdiam, sebelum berbalik dan menatap Dilan. "Tentu. Aku akan mentraktirmu sebagai gantinya."
Dilan tersenyum mendengarnya. Dilan bersiul gembira sambil kembali mengotak-atik mesin mobil si barbie man. Dan senyum itu terus mengembang hingga dirinya tidak menyadari Didik dan semua rekan kerjanya mengerumuninya.
"Lagi hepi ya?" bisik Didik di telinganya.
"Whoa..," jerit Dilan terkejut dan sekali lagi kepalanya terbentur kap mesin. "Aduuuuhh kepalaku, brengsek kalian..," amuk Dilan kesal.
Gelak tawa bergemuruh di sekitarnya, membuat Dilan semakin kesal. Dilan mengusap kepalanya dengan jengkel. Yang benar saja, montir profesional seperti dirinya harus terbentur kap mesin hingga dua kali? Sial!
Bersambung..