Bruk.
"Satu orang ambil satu gelas kopi ya," ucap Dilan meletakkan tas kresek putih berisi aneka macam kopi. Disana juga tersedia beberapa sachet gula dan kremer.
"Wah, dingin-dingin gini, memang enak minum kopi panas langsung dari gilingan biji kopi yang harum," komentar Didik, rekan kerjanya yang langsung menyambar gelas kopi bagiannya.
"Aku antar satu gelas untuk lady bos," kata Dilan sambil membawa gelas berisi kopi capuccino dan berjalan menuju ruangan lady bos.
"Suit-suit-suit."
Dilan mengabaikan olok-olok itu. Dilan mengetuk pintu ruangan bos. Dan setelah mendengar kata 'masuk', Dilan segera membuka pintu.
"Kopi?" tanya lady bos yang sedang berdiri menerawang di depan jendela yang mengarah ke halaman parkir khusus karyawan. Di depan sana, terlihat mobil Jeep usang milik Dilan. Kemudian lady bos berbalik sambil menarik nafas dalam-dalam. "Aromanya hangat sekali. Untukku?"
Tuk. Dilan meletakkan gelas kopi itu di meja kerja lady bos yang penuh dengan kertas dokumen. "Iya, kopi untuk bos."
Lady bos berjalan mendekati meja dan meraih gelas kopi. "Terima kasih," ucapnya sambil menghirup aroma kopi yang menenangkan. Kemudian diseruput nya kopi itu perlahan. Hangat, seluruh tubuhnya menjadi rileks.
"Bos, anda terlihat pucat," komentar Dilan yang mengikuti gerakan lady bos yang duduk di kursi, dengan matanya. "Ada lingkaran hitam di kedua mata anda."
Lady bos sedikit membelakkan mata menatap Dilan yang memperhatikan hal itu. "Apa terlihat dengan jelas?" tanya lady bos sambil mengucek kedua matanya bergantian.
"Jam berapa anda datang pagi ini?" tanya Dilan balik. "Beberapa hari ini, anda selalu datang pagi."
Lady bos membanting punggungnya ke sandaran kursi. Lady bos memejamkan matanya yang lelah dan pedih. "Jam tiga pagi."
"JAM TIGA PAGI??!" seru Dilan terkejut. Dilan tidak sadar bahwa dirinya berdiri dan menggebrak meja kerja si lady bos. "Apa anda sudah gila?"
Mendengar gebrakan itu, Lady bos membuka mata dan melihat Dilan yang tegang karena marah. "Aku tidak bisa tidur, makanya aku datang ke bengkel. Meski aku sudah tidur selama satu jam, tapi mataku tetap terasa lengket dan berat," jelas lady bos yang kemudian mengernyit heran, kenapa jadi dirinya yang adalah bos, justru memberi penjelasan pada pegawainya?
"Apa anda tidak menghargai tubuh anda sendiri?" desak Dilan khawatir. "Anda sedang tidak ada mobil, naik apa anda ke bengkel? Taksi? Itu lebih berbahaya! Tidak baik seorang wanita keluar malam-malam sendirian, ditambah lagi anda keluyuran saat dini hari!"
Lady bos menyatukan kedua tangannya di meja dan memandang lembut ke arah Dilan yang mengomelinya. "Apa... kamu mengkhawatirkanku, Dilan?"
Deg. Gerakan Dilan membeku. Dilan tersentak mendengar pertanyaan dari lady bos. Dilan mengarahkan pandangannya pada lady bos yang sedang menatapnya lembut.
"Astaga, apa yang aku lakukan, dasar bodoh??! Kenapa aku bereaksi berlebihan?" rutuk Dilan dalam hati sambil mengusap tengkuknya.
"Eng bos, aku..." Dilan bingung harus berkata apa.
Kemudian lady bos mengibaskan tangannya. "Lupakan! Ada yang lebih penting dari itu. Coba kamu lihat apa yang aku temukan," perintahnya sambil memutar laptop yang sedang terbuka, ke arah Dilan.
"Apa ini? Rekaman CCTV?"
"Benar. Ini rekaman CCTV dini hari tadi."
"Apa maksudnya?"
"Lihat baik-baik."
Dilan memperhatikan layar laptop dengan seksama. Tampilan ini menunjukkan lokasi di dalam bengkel. Dua detik kemudian, muncul sesosok bayangan hitam memasuki ruang bengkel. Sosok hitam yang memakai topi dan masker itu bergegas ke arah sudut ruangan yang masih bisa tertangkap kamera pengawas. Sosok itu pasti telah mematikan sistem alarm yang akan langsung berdering ketika pintu bengkel dibuka. Para montir juga setiap hari harus bergegas mematikan alarm saat datang di pagi hari lalu akan kembali mengaktifkan alarm ketika pulang kerja.
"Tumben dia tidak mematikan CCTV dulu?" tanya Dilan yang heran sambil terus memperhatikan sosok hitam yang itu, yang dengan tenang memasukkan beberapa barang milik bengkel ke dalam karung yang dibawanya.
"Mungkin dia merasa diatas angin, jadi mulai ceroboh," komentar lady bos sambil mengangkat bahu. Selama beberapa kali beraksi, pelaku pencurian ini selalu mengotak-atik kamera CCTV. Jika tidak teliti, maka tidak akan ada yang menyadari bahwa rekaman itu telah lompat beberapa menit.
"Bagaimana anda bisa berinisiatif untuk mengamati rekaman CCTV dini hari?"
"Sewaktu aku datang kemari, mobilku mendadak mengeluarkan bunyi alarm ketika aku hendak menguncinya. Ketika aku menoleh ke arah pintu masuk karyawan, ada sesosok hitam yang terburu-buru keluar dari dalam bengkel, lalu segera berlari menghilang. Pencuri itu mungkin segera kabur ketika mendengar ada orang yang datang ke bengkel. Dan aku syok melihatnya, sehingga tidak bisa bergerak ataupun berteriak."
Raut wajah Dilan mendadak menjadi pucat pasi. "Astaga bos...," seru Dilan panik. "Bagaimana jika pencuri itu melukai anda? Berbahaya sekali situasinya," lanjut Dilan yang hatinya nyeri seakan diremas karena khawatir akan terjadi sesuatu dengan lady bos.
"Sudahlah. Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak terjadi," elak lady bos acuh, namun dalam hati tersenyum karena Dilan begitu perhatian padanya.
"Tapi.."
Lady bos kembali mengibaskan tangannya, agar Dilan tidak melanjutkan perkataan yang melankolis. "Aku masuk ke bengkel dan langsung melakukan stock opname secara acak. Kali ini yang hilang adalah lampu berbagai ukuran dan merk, serta dua rol kabel," jelas lady bos sambil meraih dokumen yang tadi ditelusurinya, lalu diberikan pada Dilan.
Stock opname adalah kegiatan perhitungan persediaan stok barang, yang mencocokkan antara catatan dan bukti fisik. Stock opname dilakukan untuk meminimalisir kehilangan atau pencurian seperti saat ini. Biasanya dilakukan dua minggu atau satu bulan sekali.
"Periksalah. Data yang tertulis dan data di lapangan, jauh berbeda," lanjut lady bos sambil menyeruput kopinya lagi. Lady bos mengamati Dilan yang sedang memeriksa dokumen tersebut dengan teliti.
"Aku akan mencoba menghubungi temanku di kepolisan untuk meminta saran dan nasehat."
"Kamu punya teman polisi?"
"Teman baik."
"Baiklah, jika itu bisa menjadi solusi kita untuk menangkap dalang pencurian ini," sahut lady bos pasrah, jika harus melibatkan polisi. Karena dengan melibatkan polisi, dalam sekejap keluarganya akan mengetahui masalah dalam bengkelnya. Dan itu bisa menjadi sangat menjengkelkan.
"Aku akan segera menghubunginya."
Lady bos menghela nafas lelah. "Mungkin kerugian kita tidak besar. Tapi jika berhembus gosip yang mengabarkan bahwa bengkel kita sering terjadi pencurian dan pelakunya tidak tertangkap, maka kredibilitas bengkel kita akan menurun. Customer kita tidak akan mempercayakan mobilnya pada kita lagi."
"Bos, jangan terlalu banyak berpikir," hibur Dilan sambil bangkit berdiri. "Aku akan membantu menyelesaikan masalah ini secepatnya."
"Oke."
"Kalau begitu, aku keluar dulu untuk melanjutkan pekerjaan," pamit Dilan sambil mengangguk sopan ke arah lady bos.
"Keluarlah."
Dilan berjalan menuju ke arah pintu. Tangan Dilan menyentuh handle pintu dan terdiam. Dilan menoleh ke arah lady bos yang sudah kembali serius menekuri dokumen bengkel. "Bos.."
"Hmm." Jawaban itu meluncur dari bibir lady bos, tanpa memandang Dilan.
"Jangan memaksakan diri. Aku tidak ingin anda sakit karena terlalu keras bekerja," ucap Dilan lembut.
Lady bos tertegun mendengar suara lembut Dilan yang terdengar mencemaskan dirinya. Lady bos mendongak dan mendapati tatapan Dilan yang memaku lembut matanya. Keduanya diam, saling bertatapan. Sesuatu yang intim telah terjadi dalam hubungan keduanya.
"Aku permisi."
Bersambung...