Semua berjalan dengan kemungkinan yang awalnya nyaris tidak ada,tiba tiba terjadi dengan sendirinya karena diri yang terlalu mengikuti kata hati,ini memang cukup beresiko tapi kurasa aku tak perlu menjadi munafik demi terlihat taat.
Setelah hari pertunanganku hampir tak ada harapan bagi aku dan Dae menjalin hubungan,aku cukup sadar diri dengan posisiku,tapi saat Dae justru datang dengan keyakinannya hatiku bahkan tak bisa menolaknya meski dengan alasan statusku saat ini.
Entah bagaimana semua akan berakhir nantinya yang pasti bahagia yang mengalir saat ini cukup mengobati kekecewaanku akan keputusanku sendiri perihal perjodohan itu.
"Hazi chan,ceritakan lebih babyak tebtang dirimu"
"ehmm...Dari mana aku harus mulai"
Dae sudah duduk bersamaku sejak tadi,dia benar benar datang saat aku menghubunginya untuk makan siang,tapi ini masih pagi dan dia sudah tiba di penginapan,Maeda sempat menggodaku saat Dae tiba tiba datang,sudah di pastikan aku tak bisa berkonsentrasi hari ini,tumpukan pekerjaan di hadapanku bahkan teralihkan oleh wajah rupawan yang sekarang memenuhi penglihatanku
"Mulailah dari namamu,aku hanya tau namamu Hazel,lalu bagaimana ibumu memanggilmu dengan sebutan Rara?"
"Kau masih mengingatnya ya"
"Tentu,aku bahkan sering tiba tiba memikirkannya"
"Sepertinya namaku sangat menarik bagimu"
"Tidak sebelum aku jatuh cinta padamu"
aku membalas genggamannya tangan kami bertaut di permukaan meja kerjaku yang tampak sesak dengan kertas kertas.
"Nama Hazel di negara asalku bukanlab nama yang umum di gunakan,kami memang tidak tinggal di desa tapi masyarakat umum terkadang menilai sesuatu yang jarang sekali mereka dengar dengan sebutan aneh,walaupun dewasa ini sudah semakin banyak anak anak yang memiliki nama yang tak melokal atau bisa di bilang orang tua muda saat ini semakin banyak yang tertarik memberi anak anak mereka dengan nama nama unik dari bahasa asing,berbeda dengan masa sebelumnya,sebab itulah saat aku kecil ibuku memanggilku dengan sebutan Rara,sebutan itu sangat familiar di telinga warga lokal,itu hanya agar tak terdengar aneh"
"Soo desu,lalu mengapa kau memilih jepang sebagai negara yang menarik bagimu?"
"Masa remajaku sangat normal seperti anak anak seusiaku yang pada umumnya memiliki banyak ketertarikan termasuk untuk dalam hal acara televisi,sejak sekolah menengah pertama kurasa aku sama seperti teman temanku yang banyak menyukai film animasi,kurasa beberapa film animasi tak hanya soal dunia anak anak,terutama anime ada banyak anime anime yang cukup menarik perhatianku,sejak itu aku merasa jepang juga menarik perhatianku,rasa penasaranku pada tempat tempat yang di tampilkan di film anime mendorongku memiliki angan angan untuk bisa mengunjungi jepang suatu saat nanti"
"Dan kau sudah mewujudkannya,bukankah ayahmu berdarah eropa apa kau tak pernah berkunjung ke negara ayahmu"
"Aku pernah beberapa kali mengunjungi nenekku di finlandia,sayangnya liburanku tak pernah lama jika mengunjungi nenek"
"padahal kau bisa saja meminta orangtuamu untuk membawamu berlibur ke jepang kan saat itu bukan?"
"Hidup yang kujalani tak semulus itu,ayah dan ibuku sudah berpisah saat aku masih di bangku sekolah menengah atas,kau tau ayahku adalah pria sibuk yang bahkan hanya menginjakkan kaki dirumah dalam hitungan hari saja selebihnya ia akan sibuk mengurus pekerjaannya,ayah bukan tipikal pria yang akan memilih kerepotan untuk selalu memboyong kami dalam perjalanan bisnisnya,itu membuat kami lebih sering di tinggal di indonesia,ibuku adalah wanita normal yang tentu saja menginginkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari suaminya,sebab itulah ibu sering merasa ayah tak lagi menginginkannya dan menyebabkan perselisihan diantara mereka"
"oh..maafkan aku jika pertanyaanku membuatmu mengingat masa masa itu"
"Nandemonai,semua sudah berlalu meski mereka sudah berpisah mereka tetap berkomitmen memberiku kehidupan yang baik,perhatian dan kasih sayang yang cukup agar aku tak merasa cemburu oada anak anak lain dengan keluarga yang utuh,mereka bahkan mengatur jadwal untuk bergantian mengunjungiku disini"
Kuceritakan detail hidupku pada Dae yang tampak antusias dengan yang ia dengar,aku seperti narasumber dan dia pewawancara,kurasa tak masalah mengatakan banyak hal tentang diriku padanya,lagipula tak ada sesuatu yang spesial dari kisahku.
"Apa sudah cukup"
"Belum,lalu bolehkah aku tau,apa keluargamu dan keluarga Darren memang sejak dulu sudah memiliki hubungan yang erat"
"Apa kau benar benar ingin tahu soal itu "
" Ya,tapi aku tak memaksa jika kau tak ingin menceritakan kita ganti topik yang lain saja"
"Aku tak keberatan,Ayah Darren dan ayah ku sudah berteman sejak mereka masih kuliah itu yang dengar dari ibuku,ayah Darren adalah putra ketiga dari keluarga Chesna,keluarga mereka terkenal dengan bisnis property yang turun temurun dan sudah sangat maju saat ini,meski ayahku teman kuliah ayah Daaren mereka tidak terlalu akrab,hubungan pertemanan mereka mulai dekat karena kerjasama bisnis, ayahku menggeluti bisnis yang sama dengan bisnis keluarga Chesna meski bisnis ayahku tak semaju bisnis keluarga mereka tapi dari situlah persahabatan antara ayahku dan ayah Darren terjalin sampai saat ini,dan penginapan ini berdiri karena modal yang di berikan oleh keluarga Chesna"
Ada ekspresi yang mendadak sulit diartikan dari wajah Dae,apa dia terkejut mengetahui hal ini,apa aku terlalu detail menjelaskannya,dia tampak memikirkan sesuatu.
"Hazi chan...maafkan aku jika pertanyaan pertanyaanku membuatmu tak nyaman"
"Nani o,?apa kau melihat ketidaknyamanan dari wajahku"
"ahh...baiklah,sekarang kita bicarakan tentang kita saja"
Tiba tiba pesan masuk di ponselku membuatku berpikir
"Dae apa kau kemari menggunakan taksi"
"Tidak..aku,membawa mobilku sendiri"
Aku membuka pesan berikutnya,Maeda barusaja mengirimu pesan singkat,dia tahu aku sedang bersama Dae itu sebabnya dia tak berbicara langsung padaku meski kami ada di bangunan yang sama
💌 "Hazi chan,apa taksi di depan sedang menunggu Dae?"
💌 "Taksi"
💌 " Sejak Dae datang 45 menit yang lalu,taksi itu terparkir di depan penginapan,dan selain Dae hari ini tak ada pengunjung tambahan"
💌 " Aku akan bertanya pada Dae,apa taksi itu berada di halaman"
💌 "tidak,taksi itu berada di jalan tepat di depan penginapan"
💌 "Apa mungkin taksi itu sedang mencari penumpang"
💌 "kurasa tidak, 45 menit bukan waktu yang wajar untuk mencari atau menunggu penumpang,taksi itu tampak tak biasa"
💌 "Kau terlalu mudah cemas,aku akan memeriksanya,tenanglah"
Aku menunjukan pesan Maeda pada Dae
"Kurasa aku akan mengeceknya,apapun bisa terjadi,karena jarang sekali ada taksi yang berhenti di depan penginapan hampir satu jam"
"Biar aku saja,kau tunggulah disini"
Dae beranjak dari duduknya melangkah keluar,mulai berjalan mendekati taksi tersebut hamparan luas hamaman penginapan memberi ruang pandangan kami menjadi lebih leluasa untuk terfokus pada Dae,ia tak menyadari sebuah pelatuk mengintainya dari celah kaca taksi tersebut,aku dan Maeda menatapnya waspada,mengantisipasi jika ada hal hal tak di harapkan yang terjadi pada taksi tersebut,saat jarak Dae dan taksi itu hanya berkisar 2 meter suara yang mengejutkan menggema
Dorr..
Darah mengalir tanpa terbendung,menetes cepat menimpa butir butir putih di bawahnya mengubah warnanya menjadi merah pekat.
Kaki ku bergegas tanpa perintah,menuju tubuh yang masih tegap berdiri,sementara 1 tubuh lagi tumbang seketika.