Aku menghirup aroma dingin dalam dalam terasa sedikit perih di rongga hidungku,bunga ume menggantung anggun diatas kepala kami,ini memang waktu mekar bunga yang sekilas mirip dengan sakura itu,kami duduk bersebelahan tepat di bawah pohonnya.
Wakayama menjadi salah satu tempat untuk perkebunan terbesar bunga ume di jepang,tak terkecuali tanabe,bunga khas musim dingin itu cukup banyak di Budidayakan di tanabe.Di musim seperti ini akan ada banyak orang keluar rumah untuk melakukan ume kansho atau kegiatan melihat bunga ume di waktu mekarnya,taman taman di tanabe di penuhi warna putih dan pink jika saat bunga ume merekah,banyak yang menikmati momen tersebut bersama pasangan atau keluarga dan sahabat.
Biasanya aku melakukannya bersama Maeda.
Sore ini kami benar benar bertemu,dia membawa bingkisan cantik untukku,itu dari ibunya,entah apa isinya,Dae bilang pasti aku akan suka.
Kecanggungan kami tak bisa di hindari semenjak ia pergi dari rumahku,kami terasa seperti orang asing.
"Bagaimana pertunanganmu"
Pertanyaan yang tak ingin kujawab,tapi aku akan anggap itu basa basi
"Semuanya berjalan baik"
"Yokatta"
Apa dia bersyukur,aku harap itu masih bagian dari basa basinya.
"Ada yang ingin ku tanyakan padamu"
"katakan"
"Apa kau bahagia dengan pertunanganmu"
Kurasa sekarang bukan lagi berbasa basi,pertanyaanya membuatku ragu tentang apa yang maeda katakan
"Jawaban apa yang kau harapkan"
Dae terdiam,kurasa dia menyadari bahwa pertanyaanya membuatku tak nyaman,ia mengikis jarak duduk kami,lebih merapat padaku,jemarinya meraih jari jariku,sedikit mengejutkanku namun tetap ku balas genggamannya.
"Aku tak bisa memendamnya lagi,entah kau akan bisa menerima ini atau tidak,jadilah kekasihku"
Mataku membulat seketika,wajahku terasa panas,bahkan menjalari mataku dengan cepat,genangan air mata segera terkumpul dan siap luruh,aku tak paham dengan reaksiku apa ini terlalu berlebihan?Lidahku bagai kehilangan fungsinya aku tak mampu menjawab apapun,selain genangan bening yang sudah mengalir tanpa bisa di bendung.
Dae menatapku dengan kekhawatirannya
"Apa kata kataku menyakitimu"
Aku menggeleng cepat,meyakinkannya bahwa ungkapannya tidak salah hanya aku tak mampu menjawabnya,ujung jarinya menyisir jejak air mataku meraih wajahku dan menyalurkan perasannya
Cup...
dia mengecup kedua kelopak mataku yang terpejam spontan,merengkuhku kedalam pelukannya.
"Ak..aku mau"
jawaban yang sudah lama kutahan itu akhirnya lolos dengan susah payah,
ucapan lirihku di sisi telinganya membuat pelukannya semakin erat,wajahnya terbenam di antara syal yang menutupi leherku.
Mungkin ini sangat gila untuk pernyataan cinta kami,dimana statusku saat ini adalah calon istri dari pria lain.
Aku tak ingin menipu hatiku lagi,yang kuinginkan bukan Darren tapi Dae.
Kami melepas pelukan kami,aku masih berusaha menormalkan degup jantungku yang terasa hingga kekerongkongan.
Bangku kami berada di area yang tak begitu ramai pengunjung,senja mulai merangkak naik menyamarkan wajah tampan di hadapanku,aku masih tak bisa banyak bicara,mata kecil sayu yang menawan itu menatapku dengan hangat,dia pun masih tak bersuara,hanya cengkraman di kedua lenganku yang seolah mengisyaratkan perasaanya saat ini,setangkai ume luruh kepangkuanku,kelopak putihnya masih tampak terang meski keabuan senja mulai mengaburkan pandangan,Dae memungut bunga kecil itu,menatapnya sekilas kemudian menempelkan di bibirku dan di susul dengan kecupannya kemudian.
Aku semakin terlarut dengan perlakuannya,situasi yang menghanyutkanku dalam sekejap.
"Hazi chan,terimakasih sudah menerimaku"
Akhirnya suara huskynya terdengar jelas,suara yang kurindukan beberapa hari ini.Aku tak lagi memprotesnya dengan panggilan itu,mataku masih tak mampu membalas tatapannya.
"em,tapi Dae,bagaimana kita akan menjalani ini"
"Semua akan baik baik saja jangan cemaskan itu"
"Aku percaya padamu,tapi Darren akan segera datang ke tanabe,sudah pasti dia akan membuatku sibuk,apa kau tidak cemburu saat aku bersamanya"
"Jangan cemas,aku akan bicara dengannya,sebelum dia melakukan apapun padamu"
" tidak cukupkah hubungan kita menjadi rahasia saja untuk sementara sampai waktu yang tepat untuk diungkapkan kepada semuanya"
Dae terdiam beberapa saat tampaknya ia mulai mempertimbangkan permintaanku.
"Wakatta,kita akan menunggu hingga waktu yang tepat"
"Apa kau akan baik baik saja"
"Jika kau percaya padaku,kau tak perlu memikirkan itu hazi chan apapun akan ku lakukan untukmu,hanya sebatas menahan cemburu kurasa aku bisa melakukannya,Daijoubu desuka"
ia menciumi jemariku yang masih ia genggam.
"Kita tak pernah tau apa yang akan menghadang kita di depan nanti,ketahuilah orang tuaku sudah memberikan restunya untuk kita,bertahanlah sesulit apapun,jadilah seperti ume yang tetap bertahan dengan bekunya musim dingin"
Kata katanya terasa menghangatkan hatiku,seketika tumpukan kekhawatiranku sirna seperti salju salju yang mulai meleleh menjelang musim semi.
ini seperti adegan di sebuah drama romantis,caranya menyatakan perasaan di senja bertabur ume,hingga bagaimana dia mengharapkan hubungan kami.
Dae mengantarku pulang,seperti keinginanku biasanya aku selalu suka berjalan kaki dan memintanya untuk menemaniku hingga kerumah,meski itu di malam hari
"Hazi chan apa kau lelah"
"Kurasa tidak"
"oh...padahal aku berharap kau lelah saat ini"
"Apa kau sedang menawariku sebuah tumpangan"
"ya,tumpangan di punggungku tentunya"
"Hai....hai..."
Dia memposisikan tubuhnya sedikit membungkuk di depanku,dan dengan segera aku menempel padanya,lagi lagi aroma mint dari tubuhnya terhirup bersamaan saat aku menyandarkan dagu ku di pundaknya.
"Kau sedikit berat"
"Nani o..!kalo begitu turunkan aku"
"hahaha...Naiya,seberat apapun kau,aku akan tetap menggendongmu Hazel sama"
"Heyy hentikan sebutan itu"
"hai..haii..."
Dia masih terkekeh saat tau aku menggerutu di punggungnya,saat pertama kali Dae menggendongku kupikir itu akan menjadi yang terakhir,tapi kurasa ada harapanku kecilku yang mengudara saat itu,harapan yang tersembunyi untuk bisa bersandar dengan nyaman di punggungnya lagi,benar benar terjadi,kurasa punggung itu akan selalu menjadi tempat favoriteku d dalam situasi apapun.
"Apa kau tidak ingin mampir Dae kun"
"ehhhhh...ku...kun,aku ini bukan orang jepang aho onna"
"a...aho...kau ini kekasih macam apa yang menyebut gadismu sendiri dengan sebutan seperti itu"
"Astaga aku ingin menciummu lagi jika kau marah begini"
"Gomene,aku bercanda,lagipula aku rasa aku tak terlalu cocok dengan sebutan itu"
"emm...gomenasai"
Aku merasa sangat malu dengn penolakannya,aku hanya mencoba berinisiatif dengan menyebutnya begitu.
"Hey,apa apaan wajah itu,panggil aku dengan sebutan yang kau suka jika kau memang ingin memanggilku dengan sebutan tadi aku tak keberatan"
ia mengusap pucuk kepalaku mendaratkan kecupak singkat dan mencubit lembut pipiku.
"Jadi mau panggil apa"
"Young Dae Aho"
"Aigooo...aigooo..."
Dia menggerutu dengan lucu menggunakan bahasa negaranya,aku terkekeh menatap ekspresi kesal dengan senyumnya yang tertahan
"Apa kau suka,jika kau suka panggil saja aku begitu"
"Chigai desu..... honey"
tawa kami terhenti,ia mulai menatapku dengan tatapan hangatnya lagi,mengecup sekilas bibirku dan melangkah pergi.
"Cepat masuklah,kau sudah te4lalu lama di luar"
"Hai....berhati hatilah,sampaikan salamku pada ibumu"
ucapku saat dia mulai melangkah pergi
"Wakatta " sahutnya kemudian,aku berterimaksih pada musim dingin dan ume kansho tahun ini,kemanapun aku pergi jika aku menemukan bunga ume maka aku akan selalu mengingat hal termanis yang terjadi padaku hari ini.