Hari yang Aku tunggupun tiba tiba,rencanaku dan Dae mengundang Akira untuk makan malam akhirnya terjadi,aku benar benar tak bida menjelaskan apa yang kurasakan saat ini,Dae sudah menghubungi Akira sebelumnya,dan dengan negosuasi yang menjadu rahasia mereka, Akirapun setuju untuk datang.
Jantungku sudah tak beraturan sejak sore tadi,beberapa waktu lalu aku sempat berniat memvatalkan rencana ini karba entah bagaimana justru aku semakin terpikat pada Dae.
Moment itu datang Kami sudah Duduk mengitari meja makan,aku terkejut melihat pria yang ku idolakan,kupikir Dae memang tampan tapi Akira tetap memiliki ketamoanan diatas rata rata,wajahnya penuh pesona ia terlihat tampan dan cantik secara bersamaan,mataku tak bisa ku tahan untuk tidak menatap Akira terus menerus,dia benar benar tampan,Akira adalah gambaran pria tampan yg sempurna,bahkan kali ini otak dan hatiku tak lagi sejalan,hatiku masih penuh kebimbangan dan otakku justru terasa tak berfungsi saat mencermati wajah akira,aku seolah benar benar menikmati wajah itu.
Dae pov
"Hemmm...ngomong ngomong bagaimana Audisi yang sedang berlangsung apa kau sudah menemukan orang yang tepat"
Sudut mataku menangkap wajah Hazel yang sedikit menampilkan senyum tipisnya,matanya lebih berbinar di bandingkan hari hari sebelumnya,ini memang yang sangat ia harapkan.
"Banyak bakat bakat yang bagus hanya
saja aku belum menemukan orang yang menarik,suara yang bagus kurasa masih tidak cukup"
"yaa,kuharap semua akan berjalan seperti semestinya"
Aku sebenarnya malas membahas topik semacam ini,aku hanya mencoba memecah kecanggungan hazel pada akira
"ngomong ngomong apa semua makanan ini kau yang memasaknya"
Akira hanya sesekaki melihat kearah hazel,dia punya alasan khusus untuk itu,Akira tak seperti yang tampak,dia sesungguhnya pria pemalu yang mudah gugup.
"tidak ini masakan Hazel,aku hanya membantunya sedikit"
"ohhh...ini luar biasa aku baru pertamakali makan makanan sebanyak ini,di tambah lagi ini adalah maskan kekasih sahabatku,arigatougozaimashitta hazel san,kau benar benar pandai memasak sangat cocok dengan bocah ini,Dae juga pandai memasak"
kalimatnya meluncur santai tanpa hambatan dan tanpa beban sekaligus tanpa dia sadari kata katanya mengacaukan mood seseorang,Hazel memebelalakan matanya saat mendengar ucapan Akira dia menoleh kearahku penuh tanya,aku sangat yakin ia menyadari sesuatu dari kata kata Akira.
"aa...aaahhh,Akira,emm...ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu"
Aku mencoba mencari topik pembicaraan lain meski bahkan tak ada ide apapun di kepalaku saat ini
"Nani o"
"emmm..apa selama ini kau belum menemukan gadis yang mempesona di matamu,atau apa kau tak berniat mendekati seorang gadis misalnya"
pertanyaan yg sebenarnya aku hindari,aku tak tertarik menanyakan hal semacam ini pada si bodoh di hadapanku ini,tapi aku me.ang harus menanyakannya untuk memastikan status Akira kali ini,aku berteman baik dengannya tapi Akira cukup tertutup soal urusan asmaranya.
"heeee....pertanyaan macam apa ini,apa kau berniat mengejekku karna masih belum memperkenalkan kekasihku padamu "
"Apa itu pertanyaan sulit bagimu"
"Haruskah aku berkata jujur,"
ia tampak menghela nafas,kulihat sejak tadi hazel masih tidak bersuara,pandangannya sekarang tertuju kearahku sejak pernyataan Akira tadi,dia memandangku dengan penuh tanya,ia tampak ingin menyudahi makan malam ini,mendadak Akira tak lagi menarik baginya,aku mencoba mengacuhkan tatapan yg pasti akan menjadi pembahasan kami setelah Akira pulang
"Ada seseorang yg kusukai tapi...aku tak yakin dia akan membalas perasaanku,dia seorang model,dia pernah satu sekolah denganku saat SMA,sudah sejak lama aku menyukainya hanya saja aku belum menemukan waktu yg tepat untuk menyatakannya"
penjelasan Akira di luar dugaanku,aku merasa bersalah sudah bertanya demikian pada akira diawal pertemuan ini,Hazel tampak menurunkan pandangannya mulai menatap makanan yg sejak tadi dia abaikan karna pesona Akira.
pov end
Perkataan akira membuatku bingung,siapa yang dia maksud kekasih sahabatnya,saat aku berusaha mencerna pernyataan Akira harapanku justru turut pupus karena jawaban Akira mengenai gadis idamannya,aku sudah ingin mengakhiri acara makan malam ini,tak ada yang bisa kuharapkan dari pembicaraan ini,dadaku sesak karna di pertemuan pertamaku dengan Akira bahkan aku di patahkan sebelum mendapat kesempatan.
"terimakasih banyak,aku akan sangat senang jika kalian mengundangku untuk makan malam lagi"
"yaaa...semoga kau masih berumur panjang setelah mengutarakan keinginanmu itu" sahut Dae dengan sinis,mereka memang sangat akrab,bahkan saat saling bicara mereka lebih tampak seperti saudara,saat Akira melangkah pergi aku segera membalikkan tubuhku tanpa kata menuju meja makan dan mulai membereskannya.
Dae menyusulku dengan segera
"Bjiar aku saja yang melakukannya,kau istirahatlah"
tangannya bergerak mengumpulkan bekas alat makan kami.
"Aku bisa melakukannya sendiri"
Mood ku yang awalnya agak membaik kini kembali runtuh aku masih memikirkan perkataan Akira,siapa yang dia maksud kekasih sahabatnya.
jika aku berhak percaya diri,apakah yang di maksud Akira adalah aku,jika memang begitu berarti maksud dari perkataannya adalah aku kekasih Dae,tapi bagaimana bisa dia berpikir demikian,apa Dae pernah mengatakan sesuatu pada Akira mengenai aku sebelumnya,itu jika anggapanku benar jika tidak demikian yang di maksud Akira mungkinkah dia hanya sekedar bergurau,karena tau bahwa Dae baru saja berpisah dengan kekasihnya.
Aku tak punya hasrat untuk bicara pada Dae sejak obrolan tadi aku sudah bisa memastikan bahwa rencana kami gagal,keraguanku terjawab sudah,aku melangkah malas menaiki anak tangga,pikiranku kacau antara menanyakan langsung pada Dae mengenai perkataan Akira,atau akan memikirkan kalimat yang pas untuk menelpon ibuku besok pagi,sudah kuputuskan aku akan menerima pertunanganku dengan Darren,bayang bayang keluarganya yang terbilang berkelas itu menghantuiku,tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya ujung dari pencarianku justru hanya sebatas pernikahan yang di tentukan keluarga.
"Hazel"
Aku menoleh pada sumber suara yang memanggilku,wajahnya tampak penuh rasa bersalah.
"Gomenasai"
Kata katanya seperti tercekat,aku benar benar tak berniat membahas apapun dengannya otakku sudah lelah rasanya,aku mengacuhkan kata katanya,tak ada kekesalanku padanya aku hanya merasa benar benar kecewa pada diriku sendiri.Aku berlalu meninggalkannya,tak peduli lagi dengan apa yang akan dia pikirkan,seperti ada badai di hatiku,banyak kata yang tidak mampu aku utarakan,malam itu berakhir dengan kegagalanku.
Matahari sudah menyingsing tinggi,tapi aku masih tak ingin bangkit dari futonku,kepalaku terasa berat,wajahku pasti tampak sangat buruk pagi ini,cahaya matahari berusaha menembus tirai jendelaku,tapi tetap saja udara dingin tampaknya masih enggan menyingkir,aku mengusak rambutku yang memang sudah berantakan ponselku berbunyi tanda ada beberapa pesan masuk,seperti dugaanku,sudah pasti Maeda yang menghubungiku,aku memang terlalu merepotkan orang orang di sekitarku bahkan Maeda yang seharusnya sudah bersiap untuk hari bahagianya sebentar lagi justru menjadi sibuk mengurusi kepayahanku.
tokk...tokk...tokkk
"Hazi chan,apa kau masih tidur aku membawakan sarapanmu"
Suara huskynya berhasil membuatku bergerak,aku menghampiri pintu dan membukanya tanpa bersuara
ia menatapku penuh tanya,aku mengambil nampan yang ada di tangannya berusaha untuk tidak berbicara dengannya,aku sedang tak ingin melakukan apapun termasuk bicara pada orang lain,dan panggilan itu sejak kapan dia memanggilku dengan sebutan "Hazi chan",sungguh saat ini aku tak ingin mencari tau.
"Apa hari ini tidak bekerja"
Aku hanya menggeleng sebagai jawaban
"Apa kau marah padaku"
Sekali lagi aku hanya menggeleng perlahan kembali masuk kekamarku dan menutup pintunya dengan Dae yang masih berdiri di depan pintu.
Aku kembali berjalan ke futonku,meletakkan nampan diatas nakas tanpa menyentuh makanannya.notifikasi ponselku kembali berbunyi,kali ini bukan Maeda.
Dae pov
Aku merasa semakin bersalah setelah melihatnya pagi ini,gadis ceria itu benar benar berubah,dia terlihat sangat menyedihkan kali ini bahkan untuk bicara denganku saja dia tak ingin,aku menyadarinya ini terjadi memang karena ulahku,aku tak bisa membiarkannya terus begini,sejak semalam ada rasa sakit di dadaku saat ia memutuskan akan menyetujui perjodohan itu hari ini,ada apa denganku,mungkinkah aku jatuh cinta pada Hazel,mungkinkah secepat itu aku melupakan Yumiko,jika ini bukan karena aku jatuh cinta padanya lantas apa yang terjadi padaku,rasa khawatirku pada kondisi Hazel saat ini lebih tinggi di banding saat yumiko pergi dengan paksaan orang orang suruhan ayahnya.Wajah sayu hazel benar benar membuatku ingin memeluknya, kenapa selalu seperti ini,apa aku di kutuk,kenapa setiap gadis yang membuatku jatuh cinta justru berakhir dengan perjodohan keluarga mereka,mengingat akhir hubunganku dengan yumiko membuatku tak ingin melepaskan Hazel dengan cara yang sama ,tapi aku bahkan bukan kekasihnya,lalu bagaimana aku akan mencegah dia pergi,perasaan sialan ini semakin membuatku bingung tapi aku masih punya kesempatan kali ini,aku mengulir ponselku,kupikir jika Hazel tak ingin bicara langsung denganku,maka aku akan mengirim pesan singkat saja padanya.
💬 "Aku tidak nyaman dengan diammu,katakanlah sesuatu"
💬 "Aku baik"
💬 " Berhentilah berpura pura Hazi chan"
💬 "Berhentilah memanggilku begitu aku bukan temanmu"
💬 "Hai...hai..maafkan aku atas apa yang terjadi semalam"
💬 "itu bukan kesalahanmu"
💬 "Apa kau yakin baik baik saja"
💬 " Ya"
💬 "kau marah padaku"
💬 " Tidak"
💬 "Benarkah"
💬 "Apa kau sudah bicara dengan ibumu"
💬 " Belum,kurasa sebentar lagi"
💬 " Sebelum kau bicara dengan ibumu,aku ingin mengatakan sesuatu padamu"
💬 "Katakan"
💬 "Mungkin Hari ini aku akan kembali kerumahku"
💬 "Wakatta"
Apa ini...dia setuju,dia mengijinkan aku pergi begitu saja,benar benar gadis yang tangguh,bahkan dia tak takut dengan kesendirian,ahhhh aku lupa dia memang sudah terbiasa sendirian kan sebelum aku datang,apa aku benar benar harus pergi dari rumah ini dan meninggalkannya seorang diri dalam kondisinya saat ini,tiba
tiba bayangannya saat mencoba bunuh diri terlintas lagi dalam benakku,setega itukah aku padanya,kenapa aku jadi kacau begini,sekarang bahkan aku menjadi serba salah untuk mengambil keputusanku sendiri.