Suara ibu masih terngiang. 2 hari lalu di sebrang telepon terdengar suara senang ibuku,suara penuh rasa syukur,padah aku sendiri bahkan tak mampu mensyukuri keputusanku kali ini,aku sudah menyerah,aku kalah pada aturan keluarga,waktu akan terasa mengerikan setelah ini,aku tak begitu akrab dengan keluarga Chesna setauku mereka adalah konglomerat yang punya banyak aturan hidup,dan aturan aturan itu tentu saja berkaitan erat dengan bisnis mereka,yang kutau Darren bahkan tak di ijinkan bergaul dengan orang orang kelas menengah kebawah,sangat berbanding terbalik dengan keluargaku,papahku juga menggeluti bisnis yang sama dengan keluarga Chesna tapi bisnis papahku memang tak se sukses mereka,setidaknya karena papahku dan ayah Darren berteman baik sejak muda dan mereka jadi sangat dekat hingga sekarang,sejak kecil orangtuaku membebaskanku bergaul dengan orang orang dari berbagai kalangan,aku menyukai hal hal sederhana,ini sangat tidak relevan jika harus di sandingkan dengan aturan keluarga Chesna.
Duniaku terasa runtuh,aku kehilangan hasratku untuk menjalani hidupku yang semestinya,ini benar benar jalan yang tidak kuinginkan,kamar ini terasa lebih sunyi,tak ada cerita,atau rencana apapun lagi untuk hari esok,aku hanya punya sisa waktu 3 hari di jepang sebelum aku terbang ke Australia menemui keluarga chesna bersama orang tuaku,waktu bahkan tak memeberiku kesempatan untuk melegakkan dadaku.
Aku tak peduli lagi dengan kondisi rumahku,kurasa Dae sudah pergi,sejak kemarin dia mengetuk pintu kamarku berkali kali tapi aku benar benar mengacuhkannya,kurasa dia juga sudah menyerah,padahal sebelumnya aku sempat berharap dia akan memiliki perasaan yang sama denganku lalu menjadi penyelamatku,tapi saat aku menunggunya hingga akhir dia justru memilih pergi.
Aku memang pantas sendiri
aku merasa bodoh karena sempat terlalu berharap pada Dae,padahal seharusnya aku sudah tau sejak awal bahwa Dae pasti sulit menggantikan sosok Yumiko dari hatinya.
Aku memungut secarik kertas di bawah pintu kamarku,kurasa Dae meletakannya disana saat aku tak kunjung membuka pintu,aku membaca kata demi kata yang tertulis dengan baik disana aku tak menyangka dia bahkan punya tulisan tangan yang bagus.
"Hazi Chan...izinkan aku memanggilmu dengan sebutan itu,terimakasih banyak untuk segala kebaikanmu,aku tak pernah ingin pergi dari sini,tapi secara tak sengaja aku sudah mendengar keputusanmu,kurasa aku memang harus pergi dari sini karna akan sangat merepotkan jika Darren sampai mengetahui gadisnya tinggal bersama pria lain,aku sungguh meminta maaf karena aku masih belum membalas jasamu kuharap kau tidak menyimpan dendam padaku setelah ini,ada yang ingin kukatakan padamu tapi kau bahkan tak membuka pintu kamarmu jadi kurasa aku hanya akan menjadi pengganggu jika tetap berada disini,kau tau.. rasanya tidak enak saat kau harus makan malam seorang diri,aku sudah mencobanya,ku harap kau takkan lagi makan malam sendirian saat aku pergi,aku kagum padamu yang selama ini selalu sendirian kau bahkan bertahun tahun menjalani itu,kau memang mengagumkan.Waktu kita memang singkat tapi itu cukup untukku bisa memahami dirimu,aku sudah menulis menu bento mu di dapur,berikanlah itu pada Darren agar dia bisa membuatkannya juga untukmu,menu itu adalah makanan favorite mu,jaga kesehatanmu,cari aku saat kau butuh bantuan,katakan pada Darren aku akan menghajarnya jika dia tidak menjagamu dengan baik,Hiduplah dengan bahagia Hazi chan,Aku menyayangimu"
-Pembantumu Min Young Dae-
Tanganku gemetar,airmataku tak bisa ku tahan lagi,dadaku benar benar sesak,kakiku lemas seketika,aku meremas kertas berisi pesan dari Dae.
"Bakayarou"
Kenapa dia pergi jika dia takut aku disakiti orang lain,kenapa meminta orang lain membuat bento untukku tapi justru menu buatannya yang digunakan,kenapa aku harus mencari saat butuh bantuan sementara dia justru pergi saat aku benar benar butuh di selamatkan,dia memintaku berbahagia padahal saat bersamanya aku menemukan bahagiaku.
"Kau tau Dae,Darren bahkan tak bisa memasak,tak suka berjalan kaki,takkan sudi menggendongku,bahkan dia mungkin takkan punya banyak waktu untukku,Darren tak tau aku suka latte,rumahku pasti akan kembali berantakan setelah ini,kenapa kau tak katakan saja kau menyayangiku sebelum aku menelpon ibuku,kenapa kau tak mendobrak lagi pintu kamarku saat aku tak membuka kan pintu,dasar bodoh,apa kau ingin di cari,apa kau ingin ku kejar,apa kau memang ingin Darren menyakitiku agar kau bisa datang menghajarnya.
Aku bermonolog dengan isakan yang semakin keras,aku kembali dengan kesendirianku,si bodoh yang tidak peka itu memang pecundang,kenapa memilih pergi sementara dia bisa menyelamatkanku dari perjodohan ini.
Aku meraih ponselku,mengulirnya dengan cepat mencari cari nama yang ku tuju,aku mencoba menelponnya berulang kali,kupikir jika aku mengatakan perasaanku semua bisa di perbaiki,mungkin perjodohanku dengan Darren bisa di batalkan,tapi sialnya nomor ponselnya bahkan tak bisa kuhubungi.
Keyakinanku soal cinta memang benar adanya bagiku cinta hanya perasaan yang melumpuhkan logika dan bisa menghilangkan akal sehat,dan bisa berdampak pada kesakitan fisik,aku tak bisa terus begini,aku akan bersiap untuk penerbanganku ke australia aku akan membereskan banyak hal di penginapan sebelum aku pergi,sebelum terlalu jauh dan menyakitkan akan kututup rapat perasaanku pada Dae yang pasti tak mudah kuhapus,didepan pasti akan ada banyak hal menakutkan Dae,aku pasti akan mencarimu.
Dae pov
Entah aku akan menyesali keputusanku atau tidak,tapi kuharap ini akan memudahkan hazel untuk percaya pada keputusannya,aku memang seperti pecundang yang tak punya keberanian untuk memperjuangkan cintaku.Sampai saat ini sebenarnya aku masih ragu apakah perasaanku untuk hazel akan hidup selamanya di hatiku atau hanya sesaat saja,aku memang ingin memilikinya tapi aku takut menyakitinya,aku takut perasaanku hadir sesaat saja aku tak ingin menjadi seperti musim di hidupnya hanya hadir sebentar kemudian berlalu jika rasaku ini benar benar akan tetap hidup untuknya maka aku akan menjadi langit saja baginya,langit tak pernah pergi di musim apapun.Aku melangkah tanpa arah aku masih tak ingin kembali kerumahku meski rindu,terlalu banyak hal yang akan membuat lukaku menganga kembali di rumah itu,hanya Akira yang bisa membantuku saat ini, aku tak peduli dengan apa yang akan dia pikirkan aku sudah siap dengan pertanyaan pertanyaannya yang pasti akan menemani ia ajukan.
Wajahnya masih teringat jelas,ada rasa pedih saat mengingat dia menangis,ketika dia mengigau di punggungku saat kami berjalan pulang dari rumah sakit,momen itu cukup menggoyahkan keteguhanku untuk tak jatuh cinta padanya,gadis yang kuanggap tak sebanding dengan yumiko justru menggeser yumiko hanya dengan kisah pilunya.
"Hazi chan jika suatu saat nanti Priamu tak mau lagi menggendongmu,cari aku"