"Dokter bilang hari ini kau boleh pulang,aku sudah membereskan rumah dan yaa termasuk memperbaiki pintu kamarmu"
"Apa yang terjadi,apa kau merusaknya"
"engg...sedikit,ayo cepat makan dulu aku akan mengemasi barang barangmu"
Aku menyendok makanan hambar di hadapanku dengan malas,mataku tertuju pada Dae yang dengan cekatan membereskan beberapa barang,pikiranku melayang mengingat hari kemarin,dia begitu perhatian padaku,aku tak bisa membayangkan betapa dia pasti kerepotan saat harus mengurusku disini,tekanan darahku benar benar rendah kemarin,itu membuatku seperti mayat hidup,aku benar benar hanya mengandalkannya.aku mungkin sudah benar benar mati jika Dae tak bersamaku.
Hatiku menghangat setiap kali mengingat perlakuannya
"Yoshhh....aku sudah selesai,apa yang kau pikirkan,kenapa makananmu belum habis,astaga apa aku harus menyuapimu juga"
ia mengambil alih sumpit di tanganku,ia mulai mengambil potongan potongan sayur di hadapanku dan menyuapkannya kemulutku.
"Aku bisa melakukannya sendiri"
"Dengan Lambat maksudmu,kita harus bergegas sebelum salju kembali turun,apa kau masih betah tinggal disini"
"Kenapa kau jadi marah,aku masih belum benar benar pulih seharusnya kau bersikap lembut padaku"
"Omelamu bahkan membuatku ragu kau ini sedang sakit sungguhan atau pura pura"
" Kauu..."
"Sudah cukup mengocehnya cepat kunyah makananmu apa aku harus menjejalkannya dengan paksa agar sayur sayur ini bisa masuk sepenuhnya kedalam mulutmu"
Aku menuruti kata katanya,dia baru saja memarahiku,tapi entah kenapa aku tidak benar benar kesal padanya,wajahnya sangat serius saat menyuapiku.
"Apalagi yang kau lihat,ya tuhan kenapa gadis ini menjadi siput,aku menyuruhmu mengunyah kenapa malah menatapku begitu"
"Aku sudah kenyang"
"Tapi kau baru makan 2 suap"
"Makian mu membuatku kehilangan selera makanku"
"hufttt...wakatta,Hazi chan...aaaaa,ayo buka mulutmu,kau harus makan banyak agar kau cepat pulih"
Aku terkekeh mendengar kata katanya yang mendadak melunak
"Hahahaa...Hazi chan,dari mana kau tahu itu"
"temanmu,dia selalu memanggilmu begitukan,apa aku tak boleh memanggilmu begitu"
"Tidak karna kau bukan temanku"
Astagaaa...apa yang ku katakannn,bagaimana jika dia berpikir macam macam
"Hai..hai...aku memang hanya pembantu dirumahmu,kalo begitu aku akan memanggilmu Hazel Sama,buka mulutmu ini suapan terakhir"
Pem ban tu... kenapa pikirannya berbeda jauh dengan dugaanku,kukira dia akan mengira aku menganggapnya lebih dari teman,tapi kenapa otaknya malah berpikir aku menganggapnya pembantu,ya tuhan kenapa makluk setampan dia di kutuk dengan ketidakpekaan yang sangat murni.
"Kau pakai dulu mantelmu,aku akan memesan taksi untuk kita"
"Dae.."
"emmm"
"Rumah sakit ini tak terlalu jauh dari rumah,kenapa kita tak jalan kaki saja"
" Apa kau sudah gila,di luar dingin dan kondisimu masih belum sepenuhnya pulih"
"Kita bisa berjalan perlahan,aku ingin menghirup udara segar tanpa terburu buru"
"Tapii...yang kau bilang dekat dari rumah,itu tak seperti kelihatannya Hazel...bagaimana jika kondisimu menurun lagi gara gara berjalan kaki,apa kau ingin kembali kesini"
Dia cerewet sekali,aku turun dari ranjangku,melangkah kearah pintu dan melewati dia yang sudah berdiri menenteng sebuah bag berisi perlengkapanku.
"Lihattt....aku baik baik saja,lagipula jika sesampainya dirumah aku kembali sakit aku tak perlu khawatir,karena ada kau denganku"
Mulutku ini memang .
menyebalkan kenapa aku jadi banyak bicara omong kosong begini,aku menunggu reaksinya dengan degupan yang tak biasa,dia menatapku aneh,wajahnya nampak seperti sedang berpikir keras,kemudian melangkah kearahku.
"Souka...ayo pulang,jika kau lelah katakan saja padaku,aku akan menggendongmu,kau tak perlu mengkhawatirkan apapun selama ada aku"
swooshhhhh....dadaku bergemuruh,mendadak seperti ada rasa senang yang sulit kuungkapkan,mungkin wajahku sudah memerah saat ini,jawabannya tak terduga,ia menarik pergelangan tanganku untuk mengikuti langkahnya,kami berjalan keluar rumah sakit,cengkeramannya berpindah ke jemariku,aku tidak punya alasan untuk menepisnya,genggamannya terasa hangat sampai ke rongga dadaku,apa begini rasanya punya kekasih,tapi Dae bukan kekasihku,kenapa terasa sedikit nyeri saat menyadari kenyataannya.
"Apa kau lelah"
"Tidak kita baru berjalan sebentar"
Kami tak banyak bicara saat berjalan,aku menatapnya dari posisiku berada,aku sedikit di belakangnya,mataku memang tak pernah bisa berbohong,dia sangat mempesona bagiku,aku tak tau apa yang sedang dia pikirkan tapi diamnya membuatku ingin banyak bertanya padanya.
"Dae..,terimaksaih karena sudah merawatku selama aku sakit,terimakasih karna kau menyelamatkan nyawaku"
"itu bukan apa apa"
"Waktuku hanya tinggal 4 hari lagi aku tak tahu apa yang harus kujawab pada ibuku,aku bahkan sudah sangat putus asa dengan pencarianku,kurasa aku akan menyerah saja"
"Maafkan aku karna tak bisa membantumu"
"Kau tak bersalah kita tak bisa memaksakan rencana kita dengan jadwal akira,kurasa besok aku akan bicara pada ibuku bahwa aku menerima perjodohannya"
Dae tak bersuara tapi genggamannya menjadi erat pada jemariku.
"Kau suka Latte kan,ayo kita membelinya kurasa kita butuh istirahat sebentar"
"eumm"
Kami sudah duduk dengan cup berisi air berasap di tangan kami,aku memandangi salju,gumpalan gumpalan berkilau itu seperti hatiku yang mendadak dingin setiap kali mengingat perjodohan itu,kuhembuskan nafasku kasar berharap keputus asaanku turut sirna dengan nafas yang ku buang.
"Akira akan datang besok,aku sudah bicara padanya"
"Benarkah"
"hemm...kenapa kau tampak tidak bersemangat bukankah kau sangat mengharapkan ini"
"Aku memang mengharapkannya beberapa waktu lalu tapi saat ini rasa khawatirku jauh lebih besar,aku tak begitu yakin akira akan menyetujui hal hal semacam ini bagaimana jika dia marah,lagipula ini aneh,aku dan dia belum saling kenal kurasa dia bukan pria gila yang akan dengan tiba tiba memahami dan setuju dengan maksud dan tujuan dari rencana kita"
"Kau benar,tapi kita harus mencobanya"
"Wakarimashitta"
Kami mulai berjalan lagi,jarak kerumah sudah dekat,tapi perutku terasa tidak nyaman,semakin kubawa melangkah semakin melemah kekuatan tubuhku,tiba tiba rasa letih luar biasa menerjangku,
"Dae.."
ia menoleh kearahku dan dengan sigap menangkap tubuhku,aku masih sadarkan diri hanya saja tubuhku benar benar kehilangan daya topangnya aku lemas seketika,Dae tampak panik sambil menahan tubuhku.
"Hazel,...apa yang terjadi aku akan membawamu kembali kerumah sakit"
"Aku ingin pulang saja"
ia mengangguk paham,ia menggendongku sambil menenteng bag di sebelah tangannya aku menempel di punggungnya,sekarang aku benar benar tampak semakin mirip dengan beban yang merepotkan baginya,punggung yang nyaman,aku berada di jarak yang sangat dekat dengannya,aku bahkan mendengar deru nafasnya.
"Gomene.."
"Damare..kita akan segera sampai"
Aku mengerti, dia pun sedang memikirkan sesuatu yang tak mudah, ia seolah benci saat aku mengulang kata maaf atau terimakasih.
Mata sayuku menatap langit yang sama sekali tak nampak indah,ada gumpalan- gumpalan beku di balik bentangannya,sama seperti jalan hidupku yang membentang panjang namun penuh dengan gumpalan rasa sedingin salju,punggung Dae mungkin akan jadi favorite ku mulai hari ini,meski ini takkan terjadi lagi setidaknya biarkan aku terlelap disana sebentar saja.