Chereads / Sinar Mentari / Chapter 10 - Tidak Mengenal

Chapter 10 - Tidak Mengenal

Alesta mengigit bibirnya untuk kesekian kalinya setelah beberapa menit yang lalu Alesta dan Ansel telah resmi menjadi suami istri. Alesta benar-benar tidak tau apa yang terjadi sehingga membuat Arini langsung memasuki tubuhnya dan begitu sadar Alesta telah berdiri tepat di altar pernikahan.

Kini baik Alesta dan Ansel hanya diam, sembari sesekali saling menatap dengan tatapan yang tentunya tidak menggambarkan kebahagiaan sama sekali bagi mereka.

"Wah bung, kau beruntung sekali menikahi Alesta!" ujar seseorang seketika membuat Alesta dan Ansel menatap kearah sumber suara.

"Eric!" gumang Alesta benar-benar tak percaya sudah sejak lama ia tidak melihat laki-laki itu.

"Hello, My Honey!" ujar Erik tanpa permisi merangkul bahu Alesta, sehingga membuat Ansel yang melihatnya menjadi kesal sendiri dengan menyentak tangan Alesta cukup kasar.

"Honey?" ujar Ansel dengan penekanan cukup dingin hingga membuat Alesta sedikit bergidik ngeri.

"Aku harus ke kamar mandi dulu!" Pamit Alesta yang langsung diangguki Ansel dan Eric.

**

"Apa hubunganmu dengan istriku?" Ansel berujar begitu saja, ketika melihat Alesta telah menghilang dari pandangannya.

"Wah, santai saja bung. Aku akan katakan kami hanya sebatas teman ya walaupun dulu aku pernah menyatakan perasaanku pada istrimu, tapi sangat disayangkan sekali aku berakhir di rumah sakit karena kembaran istrimu!"

"Oh, baguslah jika kau berakhir di rumah sakit, setidaknya kau tidak berakhir di tempat pemakaman umum dan jelaskan padaku, apa maksudnya dengan kembaran istriku?

"Kau sudah mengenal Alesta sejak kapan?" Ansel menaikan bahunya acuh.

"Entahlah, mungkin sebulan yang lalu!" gumang Ansel dengan sedikit menahan rasa geramnya pada Alesta begitu mengingat pertemuan pertama mereka.

"Kau beruntung menikahi Alesta, setidaknya kau tidak menikah dengan Arini."

"Lalu dimana Arini, Kenapa aku tidak pernah melihatnya?" Eric menaikan sebelah alisnya bingung, kemudian laki-laki berlesung pipi tersebut tersenyum paham akan maksud

"Sepertinya kau belum benar-benar mengenal keluarga istrimu. Tidak masalah aku akan mengatakan yang aku tau, walaupun sebenarnya kau benar-benar tidak tertarik dengan Alesta. Tapi, jika kau tidak menyukai Alesta kau dapat memberikannya padaku!" Ansel benar-benar dibuat geram dengan laki-laki di depannya hingga melempar tatapan tajamnya pada Eric.

"Bangsat!! Dasar bocah! Tutup mulutmu!" ujar Ansel mengarahkan tangannya untuk mencengkram kerah kemeja Eric, tetapi langsung ditahan dan ditepis begitu saja oleh Eric.

"Sebenarnya sejak kecil aku, Arini, dan Alesta satu kelas. Mereka berdua benar-benar memiliki sikap yang sangat beda jauh, Arini yang Savage dan Alesta yang angel. Bukankah itu perbedaan yang sangat jauh?" Ansel diam mendecih dalam hati, Sikap Angel apanya bahkan beberapa kali perempuan yang saat ini telah menjadi istrinya beberapa kali benar-benar hampir menghabisinya.

"Lalu, sekarang di mana Arini?"

"Sudah meninggal! Dia benar-benar sosok saudara yang begitu pengertian sekaligus, sangat tragis beberapa kali Arini menyatakan cinta pada laki-laki disekolah dan itu selalu di tolak!" Ansel hanya dapat bergumang meminta maaf begitu mendengar jawaban Eric yang entah kenapa terlihat begitu menyedihkan

"Tidak masalah, hal yang lebih menyakitkan bukan kematian Arini bagi kami dan nasib Arini yang selalu di tolak laki-laki. Tapi, adalah imbasnya perceraian Bibi dan paman!" Seketika mendengar jawaban Eric membuat Ansel diam, ia benar-benar tidak tau sama sekali istri monsternya itu memiliki trauma terhadap hubungan. Apa ini yang membuat Alesta akan bersikap kasar, namun terkadang dapat bersikap biasa saja terhadap dirinya? Pernyataan tersebut langsung terlintas begitu saja dalam benak Ansel.

"Eric, kau masih ada di sini?" Eric tersenyum pada Alesta yang telah kembali, membuat Ansel melirik kesal kearah Alesta yang terlihat begitu akrab pada Eric.

"Tentu saja My Honey, aku sedang berbicara dan sedikit menceritakan persahabatan kita. Minggu depan akan ada acara reuni, apa kau akan ikut?" Alesta menggelengkan kepalanya pelan, membuat Eric sesaat memasang raut wajah tampak kecewa.

"Kenapa kau tidak ingin ikut? Kau harus ikut My Honey dan mengenalkan suamimu." Alesta tersenyum canggung melirik kearah Ansel yang sama sekali tidak perduli akan arah

"Kenapa kau menatap diriku, itu terserah kau!" sinis Ansel membuat Alesta hanya terdiam murung, tentu saja hal itu sangat disadari oleh Eric yang kini tengah meminum air putih yang disediakan.

"My Honey, jangan bersedih aku akan menemanimu. Kau tidak perlu bersedih karena suamimu yang tidak peka ini. Dia memang kaya, tetapi sama sekali tidak memperhatikan dirimu!" Erick berucap dengan nada menyindir seketika mendapatkan tatapan tajam Ansel yang tidak ia hiraukan sama sekali.

"Berhentilah memanggil istriku My Honey, kau seperti seorang Pebinor!"

"Tck, kenapa kau tersinggung? Perempuan itu tidak hanya butuh uang, tetapi juga perhatian. Jika, saja dulu kau tidak menolak diriku aku yakin Alesta, kau akan menjadi perempuan paling bahagia di dunia!"

"Percaya diri sekali kau, kenapa dia harus menjadi perempuan bahagia di dunia? Jika, kau menikah dengannya adanya kau akan menjadi lelaki paling sesara!"

"Itu tidak akan mungkin, karena Alesta adalah My Honey, my world, and my heart!" ujar Eric tanpa permisi langsung merangkul bahu Alesta yang kini hanya diam tersenyum canggung, sebelum akhirnya ditarik oleh Ansel hingga jatuh pada pelukan suaminya yang membuat Eric seketika menyeringai pelan.

"Wahh, akhirnya kau sadar juga!" Seru Eric dengan raut wajah setengah menghina.

"Sudahlah, kalian jangan bertengkar. Aku akan usahakan datang!" Lerai Alesta menggenggam tangan Eric membuat Ansel yang melihatnya, entah kenapa merasa kesal sendiri.

"Baguslah, aku akan menunggu hari itu!" ujar Eric sebelum akhirnya benar-benar pamit pergi meninggalkan dua pengantin tersebut.

"Jangan dekat-dekat dengannya!" peringat Ansel, sebelum akhirnya meninggalkan Alesta yang hanya diam, menatap tangannya sendiri.

Alesta harus apa? Dirinya benar-benar bingung. Dulu sekali Dia, Eric, dan Arini adalah sepasang sahabat yang sangat dekat. Hingga benar-benar berpisah setelah kematian Arini dan keindahan Eric ke Korea.

**

Pesta pernikahan Ansel dan Alesta telah usai, saat ini mereka tengah berada di dalam lift yang akan membawa mereka kedalam kamar yang telah berhias bunga dan meja makan romantis pada balkonnya. Namun baru saja Alesta akan melangkahkan kakinya untuk duduk di atas sofa kamar, secara tiba-tiba Ansel menarik Alesta hingga membuat dahi Alesta membentur dada bidang Ansel.

"Aku akan mandi dulu, persiapkan dirimu untuk malam panjang!" ujar Ansel dengan suara deep voice membuat bulu kuduk Alesta seketika meremang saat Ansel secara tiba-tiba mencium lembut bahu kirinya.

"Emm, Pak sepertinya saya sangat lelah!" Ansel menaikan sebelah alisnya berjalan kearah kamar mandi dengan bersenandung ria.

"Aku tidak peduli, dan jangan panggil aku Pak. Karena aku ini tidak bapakmu, karena aku ini suamimu!" Ansel berujar dengan nada sensual sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu kamar mandi.

"Tck, diam benar-benar buaya yang menjijikan!" geram Arini yang secara tiba-tiba muncul mengangetkan Alesta.

**