Bayu..."
Riana yang mengetahui pemilik dari motor gede yang terparkir di depan rumahnya pun lantas berlari kecil untuk masuk kedalam rumahnya.
"Assalamualaikum..." Salam Riana yang sudah memasuki rumahnya tersebut.
Mendengar salam yang diucapkan oleh Riana sontak membuat dua orang berbeda usia yang kini tengah duduk sambil tertawa pun otomatis menoleh.
"Waalaikumsalam" ucap keduanya dengan serentak.
"Bayu..." Ucap Riana kegirangan sambil perlahan mendekat ke arah Bayu
sreg..
Riana pun memeluk tubuh Bayu yang duduk di sofa ruang tamu dari belakang dengan sangat erat.
"Ish Riana sana kamu mandi dulu kek, kasian itu Bayu nyium bau kecut kamu." Ucap Mama Riana sambil berakting menutup hidungnya.
"Aku kan kangen sama Bayu mah" ucap Riana melepaskan pelukannya pada Bayu dengan wajah cemberut dan mulai melepaskan pelukannya dan duduk disamping Bayu.
Bayu yang mendengar apa yang dikatakan oleh Riana hanya bisa tersenyum maklum dengan tingkah manja Riana.
"Yaudah karena kamu udah disini temenin Bayu gih,Mama lanjutin masak dulu di dapur" ucap sang Mama yang kemudian berlalu ke arah dapur yang letaknya di sisi paling belakang rumah Riana.
Setelah sepeninggal sang Mama,dengan sekali gerak dibalikannya tubuhnya menghadap Bayu dengan tatapan khawatir.
"Kamu kemana aja Bay?kenapa gak hubungin aku,kamu tau gak aku tuh khawatir banget sama kamu" ucap Riana menatap Bayu dengan pandangan khawatir sarat akan kesedihan.
"Aku gak papa Riana,aku cuma perlu waktu sendiri aja buat belajar mengikhlaskan" ujar Bayu ekspresi wajah gemas sambil mencubit pipi Riana.
"Sebenarnya yang harus dikhawatirin itu kamu,tadi aku kesekolah sekitar jam 1 siang dan dengar kalau kamu berantem sama Karin,kamu baik-baik aja kan gak lecet kan?" Tanya Bayu memegang bahu Riana sambil membolak-balikan tubuh sahabatnya itu.
Riana yang melihat raut wajah khawatir Bayu pun tak tega untuk menceritakan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pacar Bayu padanya.
Katakan saja bahwa Riana teramat sangat bodoh karena menyembunyikan perilaku yang dilakukan Karin padanya.
Sebetulnya bisa saja bukan Riana menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan otomatis membuat hubungan antara Bayu dan Karin akan renggang.
Riana sangat yakin bahwa Bayu akan percaya dengan semua yang dikatakan olehnya.
Namun lagi-lagi ia tepis fikiran itu, karena ia tak mau melihat orang yang disayanginya itu merasa sedih lagi.
"Aku gak papa,itu cuma karena masalah biasa kok.sekarang yang aku pikirin itu cuma gimana caranya ngasih tau Mama soal aku yang berantem dan harus diskors selama 2 hari" curhat Riana pada Bayu.
Bayu pun yang menjadi objek keluhan Riana hanya bisa memperhatikan dan mencoba mencari solusi yang tepat.
"Yah aku sih bisa aja pura-pura sakit dan gak masuk selama dua hari,tapi masalahnya besok Mama harus hadirin surat panggilan dari sekolah" ujar Riana dengan panik.
"Gimana ya Ria,kita juga gak bisa nyuruh Bunda buat ngegantiin Mama kayak yang dulu-dulu soalnya sekarang posisi Bunda masih di kampung,gimana dong?" ujar Bayu ikut panik sambil menggerakkan kakinya gelisah.
Riana yang melihat bagaimana khawatirnya Bayu padanya pun mulai tersenyum tipis.
"Jalan satu-satunya ya cuma ngomong apa adanya sama Mama Ria, gak ada pilihan lain,tapi tenang aja aku bakalan bantuin kamu buat ngomong sama Mama oke?"ucap Bayu sambil mengelus pelan pucuk kepala Riana berusaha untuk menenangkannya.
Pasti kalian semua bertanya-tanya bukannya Riana seorang siswi Troublemaker,tapi kenapa dia takut dengan konsekuensi dari perbuatan nakalnya yang memang umum sekali didapatkan untuk siswa-siswi bermasalah?
Jawabannya adalah karena Riana tidak pernah mengetahui dan takut juga bagaimana reaksi orang tuanya ketika mendengar tentang kelakuan nakalnya.
Karena kalian tau bukan ritual yang selalu Riana dan Bayu jalankan?yah pergantian orang tua.
Mereka mungkin terlihat nakal dan selalu tak pernah absen membuat masalah.tetapi disisi lain dari semua itu mereka masih menghargai dan menghormati orang tua mereka apapun keadaannya,d an takut juga sebenarnya.
*
Hari mulai beranjak petang,Riana sekeluarga sedang bersiap untuk makan malam masih dengan Bayu dan ditambah dengan kehadiran ayah Riana yang baru pulang kerja beserta sang adik yang baru pulang dari lesnya.
Mereka sangat menikmati acara makan malam bersama tersebut diselingi dengan candaan dan gelak tawa mereka.
Bayu yang berada ditengah-tengah keluarga Riana juga tak segan-segan turut memberikan beberapa guyonan yang membuat mereka semua tertawa sampai hampir tersedak.
Semua terlihat sangat sempurna sampai dimana mereka sudah selesai makan dan berpindah posisi keruang tv untuk melihat acara bola yang digemari Ayah Riana.
Mereka semua tampak sangat bersemangat sambil terus mengoceh mendukung jagoan mereka sendiri-sendiri.
Ya mereka sekeluarga memang sangat menyukai sepakbola dan tak pernah melewatkan satu kali pun kesempatan untuk melihat pertandingan olahraga beregu tersebut.
Tetapi ditengah kebisingan tersebut terdapat dua remaja berbeda jenis kelamin itu tampak saling melirik seakan ragu-ragu untuk memberitahukan masalah apa yang terjadi pada Riana tadi.
"Ma..pa..Riana mau ngomong nih,tapi mama sama papa janji dulu ya jangan marahin Ria!"ucap Riana akhirnya setelah mengumpulkan keberaniannya.
Mendengar apa yang diucapkan Riana,mereka yang berada di ruangan itupun mulai melirik dan sedikit memberikan atensi kepada remaja putri itu walaupun mata mereka masih tengah asyik melihat jagoan-jagoan mereka di layar TV.
"Em...ini mah ada surat dari sekolahnya Riana" ucap Riana sambil memberikan sebuah surat kepada sang Mama dengan takut-takut.
"Oh kenapa rapat wali murid yah?"tanya sang Mama tanpa berpikir macam-macam.
Sang Mama pun membuka surat tersebut dengan gerakan sedikit lamban yang membuat Riana yang melihatnya pun berkeringat dingin menunggunya.
Sang Mama pun mulai membaca isi dari surat tersebut.
Setelah membaca keseluruhan dari surat panggilan tersebut raut wajah sang Mama nampak mulai berubah datar dan sedikit ada guratan kekecewaan dimatanya.
"Coba jelasin ke Mama apa yang kamu perbuat sampek kamu dapat surat panggilan dari sekolah!"ucap sang mama sambil melihat sang putri dengan wajah sulit dideskripsikan.
Sang ayah yang mendengar apa yang dikatakan istrinya pun lantas mematikan layar televisi didepannya dan memberikan seluruh atensi pada sang anak gadis dan menunggu sang anak menjelaskan.
"Aku berantem sama kakak kelas... sampek mecahin kaca jendela"ucap Riana dengan suara lirih dengan kepala menunduk.
"Trus siapa yang menang?"tanya sang ayah pada Riana.
"Ya Riana lah yah,yakali aku kalah"ucap Riana menyombongkan dirinya dan mulai mengangkat kepalanya.
"Selama kamu gak papa dan orang yang berantem sama kamu gak luka Mama bakalan maafin,tapi inget Mama gak mau dengar hal yang seperti ini terulang lagi,paham?"tanya sang Mama dengan sayang.
"Makasih banyak Mama" ucap Riana langsung memeluk mamanya.
"Kamu tahu mamamu dulu malah lebih parah dari kamu karena bikin patah kaki temen cowoknya dulu waktu SMA"ucap sang ayah membongkar masa muda sang Mama.
"Ish.. papa"malu sang Mama sambil menguyel-uyel suaminya.
Mereka pun terus melanjutkan acara menonton mereka yang tetap diselingi dengan candaan.
Riana tak menyangka bahwa sesayang ini keluarganya pada Riana.