Riana pun terus berjalan di sepanjang koridor sambil menahan kesalnya tak peduli ada banyaknya pasang mata menatap sinis kearahnya.
Grek..
Suara pintu kelas yang dibuka dan munculah Riana dengan wajah masamnya berjalan menuju bangku kelas tempatnya biasa duduk.
"Lo tuh darimana aja sih ya,kita itu pada nyariin lo tau nggak,kita kan udah pernah bilang sama Lo jangan pergi keluar kelas sendiri lagi,lo ingatkan terakhir kali Lo keluar sendiri Lo dijebak gengnya Karin?Lo tuh harusnya.." belum sempat Uswa menyelesaikan ucapannya dirinya pun sudah dibungkam oleh Riana dengan mulutnya yang ditutup oleh Riana.
"Udah ya kalian itu jangan nyeramahin gue,gue tuh lagi kesel tau gak" ucap Riana sambil mengerucutkan bibirnya sebal.
"Oh ya Lo kok bisa sih digosipin jadi pacarnya El?" Tanya Novi penasaran.
"Iya kenapa sih?kok bisa?" Tanya meta yang penasaran juga dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Riana pun akhirnya memberikan isyarat kepada ketiganya untuk mendekat kearahnya dengan cara menggerakan jari telunjuk miliknya.
Sontak mereka betiga pun membentuk sebuah lingkaran dengan wajah yang didekatkan ke arah Riana.
"Temen-temennya El mergokin gue sama El berduaan doang di ruang DeGa" ujar Riana dengan suara lirih agar tidak ada yang bisa mendengar ucapannya selain mereka berempat.
"Ha?Lo kok bisa sih?" Ucap Novi dengan lantang seakan kaget dan tak percaya.
Ssttt...
Ucap mereka bertiga menenangkan Novi .
Lalu kemudian mengalirlah cerita kenapa Riana berada di ruangan itu dan apa yang mereka lakukan bersama.
"Eh ya,kalau menurut gue sih lebih baik Lo sama El aja deh daripada nungguin Bayu yang gak akan pernah bisa peka itu,lagian kurang apa coba si El udah ganteng,pinter,ketua DeGa lagi" ucap Novi mencoba memberikan sahabatnya ini saran.
"Kalau menurut gue kayaknya lo aja deh yang jadian sama El,kayaknya Lo tergila-gila banget deh sama dia" ucap Riana sambil mencebikkan bibirnya.
"Oh emang iya gue tergila-gila dan bahkan dengan sukarela menyerahkan diriku ini pada ayang El,tapi kan gue tau diri kalau tampang pas-pasan kayak gue gini gak bakalan dilirik sama El" ucap Novi dengan jujurnya yang terdengar seperti memprihatinkan.
Mereka bertiga pun sontak mengelus pundak Novi sambil memasang wajah prihatin.
"Udahlah temen-temen,gue gak akan bisa menaruh perasaan gue ini ke orang lain,kalian ngerti kan?" Tanya Riana sambil menatap ketiga temannya dengan pandangan bertanya.
"Lo coba fikir lagi deh ya,lo emang beneran punya rasa sama Bayu atau Lo cuma merasa terbiasa dan nyaman aja sama kehadirannya dia" ucap Meta mencoba untuk membuka fikiran dari temannya ini.
Riana yang ditanya seperti itu hanya bisa diam sambil mencoba meyakinkan hatinya yang mulai goyah.
Gak mungkin kan kalau selama ini dirinya cuma terlalu terbiasa saja akan kehadiran Bayu tanpa ada rasa lain yang lebih? Tanya Riana dalam benaknya.
Lamunan Riana pun buyar ketika dia mendengar bahwa ada suara yang tengah memanggil dirinya.
"Ria,lo dipanggil sama pak Adam disuruh ke ruangannya sekarang" ucap si ketua ketua kelas berkacamata bulat itu.
"Ish ada apa lagi sih tuh orang manggil gue" ucap Riana yang kemudian beranjak dari tempat duduknya setelah sebelumnya memberikan kode kepada teman-temannya.
Riana bukannya takut atau apapun karena dipanggil oleh guru bk nya sekarang,tetapi ia hanya masih merasakan malu yang begitu besar ketika mengingat apa saja yang sudah terjadi oleh keduanya.
Ketika sudah sampai di depan ruangan yang ditujunya tersebut Riana sempat ragu-ragu akan mengetuk pintu tersebut atau tidak.
Kenapa gue harus malu? pura-pura lupa aja sih ngapain ribet. Batin Riana mencoba mencoba mengesampingkan rasa malunya.
Jgrek..
Tanpa mengetuk pintu ruangan tersebut terlebih dahulu Riana pun langsung saja membuka ruangan tersebut dan sontak terkejut karena menemukan sebuah pemandangan yang sangat menyegarkan matanya.
"Masuk dan tutup pintunya!"perintah Adam sambil menolehkan wajahnya kesamping karena posisinya yang kini membelakangi Riana.
Riana yang mendengar perintah tersebut seperti terhipnotis dan langsung saja masuk dan menutup bahkan mengunci ruangan tersebut tanpa diminta oleh Adam.
Adam yang sudah menghadap Riana pun tersenyum tak percaya dengan apa yang dilakukan gadis dihadapannya tersebut.
"Kenapa kamu kunci pintunya Ana?apa kamu berfikir bahwa kita akan membicarakan atau bahkan melakukan sesuatu yang bersifat privasi sampai kamu harus mengunci pintu itu?" Tanya Adam yang kini tengah menyandarkan pinggulnya ke meja dengan tangan menyilang di dada sambil menyunggingkan senyum bahagia di wajahnya?.
Riana yang diberikan pertanyaan tersebut hanya bisa membuka lalu mengatupkan bibirnya lagi seperti seekor ikan yang kehilangan air sekitarnya.
Bukan tanpa alasan Riana menjadi terlihat sedikit atau memang dungu saat ini tetapi ia tidak bisa fokus karena pemandangan dihadapannya yakni sang guru bk yang tengah bertelanjang dada dihadapannya sangat menyedot perhatiannya.
Lihatlah otot-otot liat itu,pahatan yang begitu sempurna dengan, dengan warna kulit Tan nya yang membuat sang guru terlihat lebih manly,otot lengan yang menonjol,dadanya yang bidang,dan jangan lupakan 8 roti sobek yang menghiasi perut tersebut, pemandangan yang begitu indah yang seakan tengah disiapkan khusus dilihat oleh Riana seorang.
"Menikmati pemandangan heh?" Tanya Adam yang tak tau kapan ia bergerak tiba-tiba saja sang guru sudah berada di depan gadis nakal tersebut yang masih saja melongo sambil terus memperhatikan tubuh telanjang bagian atas Adam.
Adam yang melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan siswi kesayangannya itupun lantas menarik sang siswi kedalaman pelukannya dan perlahan membawa Riana berjalan kearah tempat duduk Adam dan mendudukkan Riana dipangkuannya.
Mereka pun saling berpelukan erat sambil menempelkan kening mereka berdua dan saling melihat dengan mata yang sama-sama sayu dengan Riana yang ada di atas pangkuan Adam.
Deru nafas yang saling memburu,mata yang saling menatap satu,degup jantung yang seakan mampu merontokkan tulang rusuk,tetapi tak ada satupun dari mereka yang ingin berbuat lebih jauh dari itu.
Selang beberapa menit mereka masih mempertahankan posisi mereka sampai suara Adam memecahkan kesunyian yang syahdu itu.
"Saya sudah bicarakan semua ini pada guru dan tim organisasi itu,besok kamu bisa langsung menjadi anggota dari dewan galang sekolah ini" Ucap Adam dengan tenang.
Riana yang mendengar ucapan sang guru pun sontak menjauhkan wajahnya yang semula hampir menempel sepenuhnya pada wajah si guru seakan kaget dengan apa yang didengarnya barusan.
"Loh kok gitu sih pak,saya kan gak pernah ikut organisasi begituan,lagian saya juga gak ada pengetahuan apapun dalam bidang yang mereka jalani apalagi baris berbaris"ucap Riana mencoba mengelak dengan apa yang dikatakan oleh Adam.
"Kamu tau Ana saya tadi hanya memberitahu kamu,bukan mencoba berdiskusi denganmu karena kamu tahu bukan semua keputusan yang saya ambil itu bersifat final" putus Adam sambil mencoba mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Riana.
Riana pun yang tidak terima dengan keputusan sepihak yang diambil Adam dengan sekali gerak berdiri dari pangkuan sang guru kemudian menatap laki-laki tersebut dengan tatapan membunuh.