Ruangan yang didominasi dengan warna putih dan aroma obat yang sangat khas memenuhi ruangan tersebut.
Terdapat beberapa ranjang yang berjejer rapi,ada sekitar 5 ranjang yang hanya disekat oleh kelambu disetiap sisi ranjang yang membuatnya tampak seperti bilik-bilik.
Disana disisi bilik paling pojok ruangan UKS tersebut terdapat seorang siswi yang tengah berbaring seorang diri diranjang sambil memandang kearah langit-langit.
Matanya yang bergerak-gerak gelisah dan gerakan bibir yang sesekali digigit memperlihatkan bahwa siswi itu tengah dilanda perasaan kalut dan bingung.
Entah apa yang membuat seorang Riana Dewi seperti itu.
Setelah beberapa saat lalu mengobrol dengan Bayu yang kebanyakan mengejek Riana,Bayu pun berpamitan padanya untuk keluar sebentar membelikan Riana teh hangat sambil mengambil baju ganti yang ada di loker untuk dirinya sendiri dan juga Riana.
Riana hanya bergumam singkat pertanda setuju akan kepergian Bayu.
Wait...kenapa Riana tampak biasa saja?.
Kenapa Riana tak menunjukkan ekspresi bahagia karena mendapatkan perhatian dari Bayu seperti berjingkrak-jingkrak,berteriak atau minimal tersipu malu lah karena mendapat perhatian dari orang yang beberapa tahun sudah disukainya?
Bahkan ia juga sadar bahkan sangat sadar bahwa dirinya dan Bayu tadi sempat berciuman kalau pertolongan pertama CPR tadi dianggap begitu.
Aroma tembakau dan hangatnya bibir Bayu bahkan masih menempel di bibir Riana.
Tanpa sadar Riana pun mengangkat tangan dan dengan perlahan menyentuh bibirnya.
Kenapa ia tak merasakan sesuatu seperti debaran jantung yang menggila atau kupu-kupu yang seperti bergerak diperutnya tatkala bibirnya yang bersentuhan oleh bibir Bayu yang notabenenya adalah seseorang yang disukainya dari sejak dulu kala.
Seharusnya sentuhan bibir nan lembut tadi mampu membuatnya merasa bergetar,tetapi bukannya demikian Riana malah membayangkan ciuman yang Adam biasa berikan.
Ciuman yang semula lembut namun perlahan tapi pasti menuntut yang mampu membuat Riana kalang kabut.
Adam.. Adam
Kenapa nama itu seakan tak mau pergi dari kepalanya.ingat Riana Lo sendiri yang bilang kalau Lo gk suka sama pak Adam dan malah mengatakan bahwa yang Lo suka itu orang lain.
Mungkin saja Riana sedang tersesat sejenak atas perasaannya,dari dulu ia hanya menyukai Bayu dan selamanya akan tetap seperti itu,yakin Riana.
Suara langkah kaki yang berjalan mendekat kearahnya membuat lamunan Riana buyar,kelambu yang menutupi pandangannya dari balik pintu membuatnya menerka-nerka siapa gerangan yang tangah berjalan mendekat kearahnya.
Entah kenapa hatinya berharap bahwa sosok tersebut adalah Adam yang datang menjenguknya yang walau sebagai seorang guru yang bertanggung jawab atas keselamatan muridnya.
Srekk..
Bunyi kelambu yang ditarik terbuka memperlihatkan sosok laki-laki tegap dengan rahang kokoh dan wajah datarnya.
"Kalau kamu berharap bahwa yang akan datang kesini adalah pemuda itu,kamu harus menelan kekecewaan karena saya melihat sendiri dia malah bermesraan dengan perempuan lain tanpa kenal malu di kantin sekolah"Ucap Adam dengan nada dan raut wajah sama datarnya.
Riana sebenarnya tengah menahan senyumannya lantaran dirinya yang entah kenapa merasa sangat bahagia bahwa akhirnya Adam lah yang mendatanginya.
"Saya juga nggak berharap kalau dia dateng kok"ucap Riana dengan enteng sambil mendudukkan tubuhnya.
"Bayu,lelaki yang sialnya kau sukai sedang bermesraan dengan perempuan lain tapi kenapa reaksimu biasa saja,apa kamu tidak merasa marah?"tanya Adam bingung.
"Oh,apa saya pernah bilang kepada Anda bahwa lelaki yang saya sukai itu Bayu?"tanya Riana mencoba menguji kesabaran Adam.
"Apa yang sedang kamu bicarakan Ana? Sudah jelas bahwa kemarin lalu kamu sendiri yang bilang bahwa kamu menyukai Bayu" ucap Adam sambil menahan kesalnya.
"Apa saya pernah bilang kalau Bayu yang saya maksud itu Bayu yang sama dengan yang ada difikiran Anda?"ucap Riana dengan enteng yang semakin membuat Adam geram.
"Kalau bukan dia siapa pemuda keparat yang kamu sukai,Ana?"Tanya Adam sambil menggenggam erat tangannya menahan amarah.
"Saya tidak tahu bahwa seorang guru harus mengetahui hal-hal pribadi tentang muridnya seperti siapa laki-laki yang saya suka?"Ucap Riana mencoba memancing amarah Adam.
"Demi Tuhan Ana jangan membuat saya lebih marah lagi dari ini" ucap Adam masih dengan geram.
Sungguh gadisnya ini begitu sangat mahir mempermainkannya.
"Saya tidak sedang membuat Anda merasa marah pak Adam,saya hanya bingung apa hubungan antara siapa lelaki yang saya sukai dengan Anda yang harus tau siapa dia yang saya maksud?" Tanya Riana dengan wajah tak berdosanya.
Dengan sekali gerak Adam pun mendekatkan wajahnya ke wajah Riana, hampir sedikit lagi mereka akan berciuman kalau saja mereka tak mendengar suara beberapa perempuan yang tengah tertawa-tawa mendekat kearah ranjang mereka.
"Kenapa selalu saja ada pengganggu disaat seperti ini?" Ucap Adam geram yang masih diposisi sebelumnya yakni dengan jarak wajah yang hanya berjarak 5cm.
Jarak yang sangat pas untuk melihat betapa tegangnya wajah Adam yang seperti tengah menahan sesuatu,deru nafasnya yang berat dan terkesan tergesa-gesa dan tatapan matanya yang sayu,raut wajah mendamba yang sangat disukai Riana.
Riana pun menampakkan senyum penuh kemenangannya pada Adam yang seakan tak bisa berbuat apa-apa.
"Demi Tuhan secepatnya aku akan membawamu pergi ke tempat dimana hanya aku,kamu dan Tuhan yang tau apa yang akan kulakukan padamu,My Troublemaker girl" Ucap Adam dengan lirih.
"Riya mana sihh?" Terdengar sebuah suara yang tengah mencari Riana dan diikuti beberapa langkah yang mengikuti dari bilik satu ke bilik lainnya.
"Gak tau,cari aja kali" ucap suara lainnya.
"Kalau yang Anda maksud secepatnya adalah besok saya rasa Anda harus langsung menemui saya dirumah pak Adam karena besok adalah akhir pekan" ucap Riana sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Adam dan berbisik lirih.
Srekk...
Dengan sekali gerakan secepat kelambu yang dibuka,secepat itulah Adam berdiri sambil memberi jarak pada Riana.
Yah mereka adalah sahabat Riana yang akan mengunjungi sahabat mereka yang baru saja tenggelam,tetapi mereka harus dikejutkan dengan keberadaan pak Adam yang berada disana dan hanya berduaan saja dengan Riana.
"Assalamualaikum pak Adam"sapa mereka.
"Waalaikumsalam,?" Tanya Adam.
"Apa kita mengganggu pak?" Tanya meta yang berfikir bahwa Adam tengah memberikan ceramahnya pada Riana.
"Ah tidak kok,Saya hanya mengunjungi siswi saya yang baru saja tenggelam karena kram kaki akibat tidak melakukan pemanasan dengan benar" ucap Adam mencoba mengejek Riana.
"Apa kalian kesini untuk menjaga Riana sampai membaik?"tanya Adam
"I..iya pak apa boleh kami disini?" Tanya salah satu diantara mereka dengan hati-hati.
"Ahh tentu saja boleh,saya yang akan mengizinkan kalian bertiga kepada guru kalian nanti" ucap Adam dengan enteng.
"Apa tidak apa pak kami bertiga disini? atau hanya salah satu dari kami saja yang diijinkan?" Ucap teman Riana ragu.
"Tidak,kalian bertiga harus sama-sama menjaga teman kalian ini bersamaan,karena dilihat dari keras kepalanya dia mungkin akan membuat kalian kualahan nanti" ucap Adam yang membuat Riana kesal.
"Oh iya saya membawakan Riana pakaian ganti diatas meja itu,bantu dia ganti lalu pindah ke ranjang lain karena ranjang yang itu sudah basah" ucap Adam sambil mengahadap kearah ketiga teman Riana.
"Saya sudah belikan bubur dan air hangat untuk Riana sebentar lagi akan sampai,kalau dia tidak mau makan panggil saya diruangan saya,paham?"dekte Adam kepada teman-teman Riana yang seakan menciut karena aura dominasinya yang kental.
Adam pun berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut membuat mereka mampu bernafas lega.
"Gila tuh orang damagenya main banget bikin gue ketar-ketir aja" ucap meta sambil mendekat kearah Riana yang menahan senyumnya.
"Kalian ngerasa gk sih kalau perhatiannya pak Adam ke Riana agak berlebihan?" Tanya Uswa dengan bingung.
"Iya sih bener juga ya" mereka pun menyetujuinya.
"Menurut Lo gimana ya?"tanya Uswa pada Riya yang masih menyembunyikan senyumnya.
"Wajar aja sih mungkin beliau ngerasa kalau dia punya tanggung jawab atas keselamatan gue,kan tadi dianya sendiri yang ngelatih kita" ucap Riana mencoba meyakinkan teman-temannya bahwa perhatian Adam padanya tidak ada maksud apapun.
"Iya sihh ya"
"Ehemm kalian tau nggak gays tadi gua lihat Putri tidur dicium sama pangerannya secara live lohh" ucap Novi yang ingin menggoda Riana.
"Oh ya kapan?dimana?"sahut mereka dengan hebohnya.
"Dikolam renang tadi,kalean tau nggak si pangeran tadi menyelamatkan hidup si Putri dengan dramatis banget tau nggak,apalagi si putrinya dicium didepan umum cinn" ucap Novi memancing kedua sahabatnya untuk menggoda Riana.
"Auuu.. selama ini pangeran yang dinginnya macem kutub Utara ternyata menyimpan kasih sayang yang amat besar untuk sang Putri satu" ucap mereka seperti admin lambe-lambean yang julid.
"Bagaimana kalau kita wawancarai saja sang putri dan bertanya bagaimana testinya dicium most wanted sekolah?" Ucap Uswa.
"Yeee,itu mah Lo aja yang pingin tau monyet" ucap meta sambil menoyor kepala uswa pelan menyadarkan sahabatnya agar tidak terlalu banyak berhalusinasi.
"Apaan sih kalian tuh gue itu gak ciuman sama Bayu,orang dianya cuma ngasih nafas buatan kok"ucap Riana agak sedikit kesal dengan godaan teman-temannya.
"Kok lo gk keliatan bahagia sih Riya? Padahal kan dari dulu Lo suka sama Bayu bahkan Sampek nangisin dia segala,yah walaupun cuma CPR harusnya Lo kan udah seneng ya" bingung sahabat Riana dengan reaksi sahabatnya.
"Udah ahh kalian ngapain sih ngomongin itu bikin gue badmood tau nggak?" Ucap Riana yang entah kenapa kesal dengan godaan yang diberikan temannya padanya.
"Kok marah sih?" Ucap uswa salah satu teman Riana sambil bertanya-tanya.
"Kalian ngeselin banget sih,udah ahh gue mau ganti baju dulu" ucap Riana berlalu sambil menghentak-hentakkan kakinya melangkah menuju kamar mandi yang berada di dalam uks tersebut.
"Kenapa Riana marah-marah?" Tanya Uswa sambil memasang wajah bingung.
"Mungkin Lo gk ngerti perasaan Riana,tapi gue tau kok kenapa dia kayak gitu" ucap Novi dengan nada tenang tenang.
"Semua itu tergantung dua hal beb,kalau gk rasa ya durasi" ucap Novi.
"Bisa diem nggk Lo pada" ucap Riana dari dalam kamar mandi yang masih bisa mendengar suara teman-temannya.
"Tuh kan...."