Keheningan malam berbaur dengan keindahan bulan dan bintang.
Hana dan Hyeni terus bercerita tentang berbagai hal yang cukup sedikit membosankan. Namun, itu cukup membuat malam ini hal yang terbaik dalam kehidupan yang Hana jalankan. Hana senang melihat adik satu-satunya yang selalu ia jaga walaupun kondisinya tidak cukup kemungkinan, "Sehat" Hana sangat bersyukur bisa terus berada di dekatnya.
"Kak, misalnya kamu suatu saat memiliki yang namanya, "kekasih" Apa yang ingin kamu lakukan bersama dia?" tanyanya dengan senyum licik.
"Hmm ... apa ya? ayo coba tebak? Jika kamu berhasil menjawab kamu boleh minta apapun yang kamu mau, tapi. jangan minta yang aneh-aneh, ya!" jawab Hana menjentikkan kening Hyeni.
"Benarkah?! Aku tidak percaya kalau kamu bicara seperti itu. Kak," ucap Hyeni mimik matanya melebar.
Hana terus memandangi wajah adik kesayangannya dengan mencubit pipi kanan dengan gemas.
"Aw, sakit Kak. Oh ya, Aku sebenernya ingin mengatakan sesuatu, tetapi belum sempat aku sampaikan. Tapi aku memohon padamu, jangan ingkar janji ini. Intinya ini rahasia kita," tutur Hyeni sambil berpindah posisi lebih dekat dengan Hana.
"Eh? Ngga biasanya, kamu bicara seperti itu. Memang soal apa? Serius banget wajahmu, haha!" kata Hana mengetik tugas di ponselnya.
Hyeni tampak bingung untuk bercerita, "Hmm ... Mulai dari mana dulu aku cerita?"
Hana berhenti mengetik sejenak, dan berdiri mengambil sebuah berkas penting yang tak jauh dari ranjang. "Bagaimana kamu mau cerita jika kamu ngga tau memulai dari mana?" ucap Hana. "Aku mengerti sangat sulit bercerita yang kamu simpan selama ini .... tolong jaga kondisimu, Dik," pinta Hana menyentuh pucuk kepala Hyeni.
"Aku mengerti kak, tapi dengarkan aku dulu begini sebenarnya aku mempunyai penyakit leukemia yang aku tidak tau kapan ajal datang. Aku ingin kamu percaya padaku hanya saja mungkin ini hal terbaik untukmu, kak. Aku ingin kamu menikah dengan seseorang yang kamu cintai dengan tulus, seperti kamu mencintai aku, Kak."
"Aku minta maaf terlebih dahulu, aku ingin kamu tersenyum, tidak membunyikan kesedihan di balik wajahmu, dan aku ingin kamu selalu ceria walaupun aku sudah tiada di dunia ini, kak. Aku sangat senang memiliki kakak sepertimu," katanya dengan nada kecil, dan memandang wajah milik Hana.
"Hah? Kenapa kamu berbicara seperti itu, Dik? Aku yakin kamu bisa sembuh, dan kita selalu bersama sepanjang waktu sampai kita memiliki keluarga masing-masing pasti kita bisa bersama Hyeni. Aku mohon kamu jangan berkata seperti itu," ucap Hana menahan air mata, sambil mencengkram tangan adiknya dengan kekuatan tersendiri.
Hyeni terkejut mendengar perkataan dari sang kakak untuk pertama kalinya, isak tangis keluar dari bibir kecilnya yang dari tadi di tahan. Hana tiba-tiba memeluk punggung kecil Hyeni dengan lembut.
"Inikah rasanya memiliki saudara perempuan? Aku rasa ini tidak buruk, mungkin?" batin Hyeni membalas pelukan Hana.
Suara jam berdenting menghilangkan rasa canggung ini, Hyeni melepaskan pelukannya memegang pergelangan tangan Hana.
"Kak, aku rasa Kak Juan cocok tuh?" katanya menyipit.
"Apanya?" tanya Hana dengan mimik wajah serius.
Hyeni bangkit dari ranjang Hana, kembali ke tempat ranjangnya yang tak jauh dari ranjang milik Hana.
"Rahasia! Sudah kamu besok ada ujian untuk praktik seni kan? Sudah selesai membuat karya untuk besok, Kak?" ucap Hyeni mengalihkan pembicaraan.
"Kamu benar-benar mengalihkan pembicaraan yang serius untukku, Dik. Sini kamu jangan kabur," jawab Hana, berdiri berjalan ke ranjang milik Hyeni.
Hana Menggelitiki pinggang kecil Hyeni dengan gemas.
"Haha, ampun Kak. Aku akan telepon kak Juan nih," resah Hyeni, mengibaskan tangan Hana.
Hana hanya tertawa melihat tingkah laku Hyeni, tiba-tiba ponsel Hana berdering buru-buru Hyeni mengambil ponsel milik Hana.
"Wow ... Lihat nih siapa yang telepon di jam segini? Pangeran bertopeng putih sedang kangen dengan Tuan putri kesayangannya. Haruskah aku menjawab telepon ini atau aku akan mematikan telepon darinya?" ejek Hyeni, bersiap menekan tombol hijau di layar ponsel Hana.
Hana merebut ponselnya dari adik, namun tenaganya tidak kuat untuk melawan tenaga yang dimiliki Hyeni.
"Terserah kau?!" jawabnya singkat. Hana kembali ke meja belajar, dan bersiap untuk mengerjakan tugas seni yang belum sempat ia selesaikan.
Akhirnya Hyeni mengangkat telepon dari Juan.
Juan: Halo Han,
Hye Ni: Halo Kak, ada apa telepon di jam segini kak?
Juan: Ini siapa? (Hana diam-diam tertawa mendengar perkataan dari Juan)
Hyeni: Yasudah aku matikan telepon, jika tidak penting.
Juan: Er ... Jangan dong bercanda kok, tapi serius ini siapa?"
Hana diam-diam mengamati Hyeni yang mulai kesal, Hana kembali fokus ke layar laptop.
Hyeni: Ini aku Kak, Hyeni. Adik sekaligus kembaran Kak Hana.
Juan: Oh bilang dari tadi dong, omong-omong ada Kak Hana ngga?"
Hyeni: Kak Hana sedang sibuk dengan pekerjaannya, kalau ada hal penting katakan saja padaku nanti aku akan sampaikan kepadanya.
Juan: Hm baiklah, tolong katakan kepadanya minggu depan ada waktu ngga untuk mengrevisi sesuatu, tempatnya di cafe berlabel, "Memori in Moon" dekat mall Ferives. Aku tunggu di sana jam 2 siang, ingat baik-baik yang aku katakan.
Hyeni: Baiklah akan aku sampaikan kepada Kak Hana, itu saja yang ingin Kakak bicarakan sampai telepon jam segini?
Juan: Hm iya, sudah dulu ya jangan lupa yang tadi aku katakan. Awas kalau sampai lupa, selamat malam.
Hyeni: Hmm iya Kak, selamat malam.
Telepon berakhir raut wajah Hyeni kini kusam seperti baju belum di setrika setelah menjawab telepon dari Juan, dan mencarger ponsel Hana.
"Ada apa? Kok raut wajahnya kusam begitu, gimana ada hal seru tadi? Haha." ujar Hana tertawa kecil, sambil mengoles pena di layar laptop.
"Menyebalkan, ngga seru!" resah Hyeni, melemparkan diri di atas kasur.
Hana tidak menjawab pertanyaan dari Hyeni, kini matanya fokus membuat sebuah mahakarya di laptopnya.
Suara jam bergenting dan suara lagu mengiringin kegiatan Hana di malam hari, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu kini jarum jam menunjukkan pukul 12 malam. Segera Hana mematikan seluruh peralatan elektronik dan mengambil obat serta segelas air untuk Hyeni.
"Hyeni bangunlah, ayo minum obat dulu baru tidur," kata Hana menggoyangkan tubuh Hyeni.
"Hmm ... Iya-iya Kak, nanti akan aku minum kok. Minggir aku mau ke toilet dulu," jelas Hyeni buru-buru ke toilet.
Hana kembali ke tempat tidurnya dan langsung pulas tidurnya, keesokan harinya Hana terbangun dari mimpi terindahnya.
"Hah? Hyeni kemana?" desah Hana melirik sekitar kamar.
"Hyeni ... Kamu di mana? Jawab aku jika kamu mendengarkanku," Hana mencemaskan adiknya yang tak kunjung tiba di kamar, Ia merasa ada hal sesuatu terjadi pada malam itu.
.
.
.
Happy Reading~
Bersambung ...
Jangan lupa follow instagram: @rkyoz9.