"Apakah dia baik-baik saja? Aku melihat kau selalu berekspresi sedih, aku ingin kamu bisa lebih ceria seperti waktu kecil. Han," batin Juan, merogoh kantung saku celana dan mencari nomor seseorang di dalam kontak ponsel.
Juan menunggu teleponnya di terima, sambil meninggalkan kampus Hana.
010-2501-xxxx-xx: Halo, iya ada apa Jun.
Juan: Kak bisa minta tolong sesuatu ngga?
Felix: Bisa, tapi ada persyaratannya! Memang kau minta tolong apa?
Seseorang yang di telepon Juan itu. Felix, itulah namanya. Kakak sepupu dari teman ayah yang bekerja di perusahaan Teknologi BTG Internasional berada di Jerman. Yah bisa di katakan sebagai kaki kanannya Juan untuk mendapatkan informasi apapun dengan cepat.
"Sial, kalau bukan informasi tentang Hana. Aku ngga mau minta tolong sama dia (Kak Felix) Apapun persyaratannya akan aku penuhi asalkan aku bisa mendapatkan informasi tentang Hana walaupun tidak sepenuhnya, tapi itu sangat berharga untukku. Aku akan menjadikanmu istriku satu-satunya, dan menjadi ibu dari anak-anakku. Itu sebuah anugrah terindah bagiku" batin Juan mengetuk setir mobil.
Felix: Juan! Katakan saja, aku akan membantumu sebisaku.
Juan menghela napas pendek, dan berdiam memikirkan untuk memberitahu yang dirinya alami saat ini.
Juan: Kak tolong dapatkan informasi tentang gadis yang aku sukai bernama, "Hye Hyu Na" gadis yang selalu bersamaku semenjak kecil, dan aku sangat ingin mendapatkan apapun tentang dirinya. Tak peduli Ayah atau Ibu tidak merestui hubunganku dengan gadis yang sudah memenuhi hati dan jiwaku, Kak. Aku mohon padamu membantuku tentang itu, apapun persyaratan yang Kakak ucapkan akan aku berikan.
Felix: Ha? Bentar-bentar tadi kami bicara apa Jun? Kau suka sama gadis itu? Aku ngga salah kan, Pria dingin dan sombong sepertimu menyukai gadis itu, haha. Jangan kau tipu aku dengan mudah Jun.
Juan: Benar aku menyukai gadis seperti Hana. Tapi Kakak jangan menyebut gadis yang aku sukai dengan sebutan "Gadis itu" dia punya nama Kak, kalau Kakak bicara seperti itu lagi lebih baik aku menelepon orang lain saja daripada meminta bantuan padamu, Kak. Intinya Kakak mau bantu atau ngga?
Felix: Haha bercanda Jun. Baiklah akan aku bantu kau semampuku saja, ya. Nanti akan aku telepon kamu lagi, sudah dulu ya.
Juan: Eh? kak Tunggu dul-
Panggilan berakhir Juan menaruh ponsel di dalam dashboard mobil, dan melanjutkan perjalanan menuju kantor. Selama di perjalanan Juan melihat sekilas toko di pusat kota yang jaraknya dua atau empat kilometer dari tempat perusahaannya.
"Sepertinya tadi aku melihat barang Bagus di sana? Ah, tidak mungkin? Sudahlah Jun, kamu harus fokus ke pekerjaan saja," gumamnya melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di perusahaan yang terletak di Jakarta Utara yang sesuai dengan kriteria pemasaran untuk menambah omset, melaju mobilnya ke area parkir di lantai 3 block F. Turun dari mobil, dan berjalan menuju lift parkir yang jaraknya dua atau lima kilometer dari tempat mobilnya terparkir.
Menekan tombol lift anak panah atas, dan menunggu liftnya tiba sesekali Juan melihat arlogi yang terikat di pergelangan tangan. Lift audah tiba segera Juan masuk ke dalam lift dan menekan lagi tombol menuju lantai 18.
"Ah membosankan sekali, hari ini ngga ada kasus yang serius, dan akhir-akhir kenapa raut wajah Hana kelihatan bersedih gitu, ya? Mungkinkan dia banyak masalah atau jangan-jangan dia sedang sakit?" gumam Juan mengetuk jari di tiang besi. Akhirnya lift sudah tiba di lantai tujuannya segera Juan keluar dari lift.
"Selamat pagi, Pak," kata Karyawan yang sudah menunggu di depan lift.
"Pagi, oh ya. Hari ini- Eh? Tidak!" Juan berjalan melewati karyawan yang di temuinya.
Para karyawan sudah menunggu di depan lift dengan menundukkan kepala, "Selamat Pagi Pak," ucap mereka secara bersamaan. Juan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Pagi Pak, saya ingin lapor Pak, nanti setelah makan siang ada meeting dengan manager L'EXCEPTION Pak, beliau ingin berdiskusi sesuatu kepada Anda. Apakah Anda ingin menerima meeting ini, Pak?" kata Sekretaris yang sudah berada di belakangan Juan.
"Aich ... Mereka lagi, mengganggu sekali nanti siang aku harus jemput Hana. Menyebalkan!" batin Juan. Sekretaris bingung, dan bertanya lagi "Pak, maaf apakah Anda ingin hadir di meeting nanti siang, Pak?" katanya dengan sudah berjalan sejajar dengan Juan.
Juan hanya menghela napas, dan berhenti sambil berbalik badan. "Nona Frieska dengarkan saya, Apakah seorang sekretaris pantas berjalan sejajar dengan atasannya?" terang Juan menatap mata Sekretarisnya.
Yah benar wanita yang berjalan sejajar dengan Juan itu, yang di ketahui namanya di name tag dengan tertempel di bagian kiri bajunya. Frieska, itulah namanya. Wanita cantik dengan postur tubuh ideal banyak pria yang suka dengan dirinya, berambut pirang sedagu membuat penampilan bisa di katakan sempurna dengan terpaksa bekerja di tempat Juan untuk memenuhi hidupnya.
"Maaf Pak, ketidaksopanan saya kepada Anda, Pak," ucap Frieska menunggukkan kepala.
"Baik saya maafin kali ini jika kau mengulangi kesalahan segera out di sini, dan jangan pernah menginjakkan kaki di sini!" tegas Juan dengan nada lantang. Semua karyawan terkejut mendengar hal itu.
Juan mengabaikannya dan segera berkeliling di perusahaan, namun tiba-tiba Ia berhenti di satu toko dan semua karyawan berhenti dengan mengamati toko yang di lihat Juan.
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?" teriak Juan berbalik badan. Semua karyawan berdiam dan tidak ada yang berani untuk berbicara.
"Saya tanya satu lagi, Siapa yang bertanggung jawab di sini?" teriak Juan ke dua kalinya masih tidak ada respon dari karyawannya.
Juan menatap tajam ke arah karyawannya dan menunggu salah satu di antara karyawan berbicara. Tidak ada respon dari karyawan akhirnya Juan memutuskan untuk menunjuk salah satu dari mereka.
"Kamu sini!" kata Juan dengan nada lantang. Karyawati yang di tunjuk Juan kini seluruh tubuhnya bergemetaran ketakutan.
"Saya Pak?" jawab Karyawati dengan nada terbata-bata.
"Iya siapa lagi kalau bukan kau!" jelas Juan dengan nada lantang.
Akhirnya karyawan yang di tunjuk Juan berjalan ke depan, "Saya tanya Wajah dan tubuh saya ada di mana?" tanya Juan dengan nada lantang.
"Maafkan saya, Pak," ucap Karyawati mengangkat kepala.
"Saya tanya siapa yang bertanggung jawab atas insiden ini, Ha?" tanya Juan dengan nada lantang, sambil menunjuk ke arah satu toko yang tidak ada pembelinya.
"Hgn itu Pak, Nyonya Frieska yang membuat toko itu sepi pembeli," jelas Karyawati dengan nada kecil.
"Ha? Katakan dengan jelan!"
"Nyonya Frieska yang membuat toko itu sepi pembeli, beliau memaki-maki kami yang bekerjanya tidak sesuai keinginannya Pak bahkan Ia berteriak di depan pembeli katanya, "Ngga usah ke sini kalau ngga beli. Dasar miskin!" terus kami selalu di ambil gaji sebagiannya Pak," jelas Karyawati dengan nada teriak dan lantang. Juan mendengar hal itu sangat terkejut dan Ia segera menatap tajam ke arah Sekretarisnya.
Sekretaris yang tadinya hanya senyum-senyum kecil di belakang Juan kini kesal mendengar ocehan bawahannya, dan telapak tangannya melipat dengan menatap tajam ke arah karyawan di depan Juan.
"Kau-" Belum selesai bicara, Juan mengambil dokumen di tangan Frieska.
"Pak?" ucapnya dengan raut wajah bingung.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu di mulutmu yang berbisa seperti luar. Mulai detik dan hari ini kau segera keluar dari sini! Dan tidak akan aku berikan gajimu selama kau bekerja di sini! Cepat keluar dari sini!" teriak Juan dengan lantang.
Frieska berjalan dengan menatap satu-persatu karyawan, dan karyawan di sana sedikit tenang. Tiba-tiba ponselnya berdering Juan segera mengambil ponsel di dalam kantung jas, dan melihat layar ponsel telepon bertuliskan, "Hana" Juan sedikit tenang.
"Hana! Mengapa dia telepon?" gumamnya. Juan berbalik menghadap ke karyawan.
"Baik, sampai di sini aja pertemuannya. Nanti kita bahas lagi tentang hal ini, silakan kembali ke tempat masing-masing," kata Juan, karyawan kembali ke loker tempatnya masing-masing.
Juan berjalan menuju satu pintu bertanda tangga darurat, Ia membuka pintu itu dan berjalan menuruni anak tangga. Sesampai di anak tangga terakhir segera Ia menerima telepon.
Juan: Halo, iya ada apa Han?
Hana: Hgn aku mau tanya sesuatu boleh kan jika kamu tidak sibuk?
Juan: Silakan tanya saja Han.
Hana: Benarkah? Begini aku mau tanya tentang reikermasi Hyeni kira-kira ada tempat yang cocok ngga?
Juan hanya berdiam, dengan memikirkan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
Hana: Halo Jun, dengar ngga sih aku berbicara?
Juan: Eh? Iya-iya dengar kok, hehe. Nanti aku cari deh. Kamu tunggu saja nanti aku hubungi kamu jka aku sudah dapat tempatnya.
Hana: Oke, tapi lama ngga? Aku takutnya mayat Hyeni sudah membusuk, misalnya kalau kamu dapat tempat reikermasinya dan mayatnya sudah membusuk nanti jadinya aura nya gimana gitu. Aku ngga mau ada rumor aneh-aneh tentang diriku dan juga Hyeni, Jun.
Juan: Hana dengarkan aku dulu, aku akan berusaha mendapatkan tempatnya secepatnya mungkin dan aku mohon padamu percayalah padaku kali ini saja. Tidak akan aku ingkar janji soal ini dan aku serius ingin membantumu.
Hana: Baik, aku akan percaya padamu, Janga-
Panggilan berakhir Juan menaruh kembali ponsel di dalam kantung jas, Ia bersender dekat tembok dengan menaruh tangan di sekitar wajahnya menghalangi cahaya lampu.
"Ah? Aku pria yang seperti berengsek, Hana mengapa kau hadir dalam hidupku? Seharusnya aku saat ini menikah, dan membangun rumah tangga bersama wanita lain tapi karena kau hadir dalam hidupku ini. Aku tak bisa menikah selain kau jadi pengantinku," harap Juan, tiba-tiba air mata terjatuh membasahi pipinya.
.
.
.
Happy Reading~
Bersambung ....
Follow Me Instagram: @rkyoz9