"Sepertinya dia sangat antusias sekali nonton itu, haruskah sekarang aku bertanya atau lain waktu saja? ah, lupakan! aku ikut menonton saja," gumamnya melirik ke arah wanita di sampingnya.
Hana sedang serius melihat scene di televisi dengan serius, Juan melihat wanita yang serius membuat dirinya menahan ketawa walaupun ngga ada scene komedi di acara tersebut.
"Akhir yang sangat menyedihkan," kata Hana merilekskan tubuh yang sedikit pegal.
"Maksud dari kata "Akhir yang sangat menyedihkan" itu apa, Han? Filmnya menurutku seru dan menegangkan yang scene Pangeran menyelematkan Tuan putri dari serangan monster," sela Juan mengperbaiki posisi duduknya.
Hana sedikit terkejut yang di katakan pria yang duduk di sampingnya, dan Ia mengambil tab di atas meja dengan memberikan tab itu kepada Juan.
"Ini, kau nonton saja kisah selanjutnya dari film yang tadi kau tonton itu. Aku bukan mau spoiler film itu, tapi ceritanya saja yang di ubah sama sutradara sebenarnya cerita itu yah seperti permainan roller coaster intinya. Sebenarnya Pangeran yang berambut merah itu ingin membunuh ayah kandungnya tapi si pangeran rambut merah bertemu dengan gadis kecil berambut kecoklatan itu, akhirnya si gadis itu mati di tangan pangeran rambut merah," terang Hana. Menjelaskan sedkit cerita yang tadi di tontonnya kepada Juan.
Juan terkejut dan tidak percaya yang di katakan sahabat kecilnya, segera Juan menonton kisah selanjutnya di tab Hana dengan antusias.
"Dasar!" gumam Hana singkat. Ia berjalan menuju dapur dengan membawa nampan.
Hana membersihkan piring yang bertumpuk di atas wastafel, selesai bertarung dengan piring kotor Hana kembali ke ruang tamu.
"Astaga, apa dia sudah tertidur?" kata Hana melihat Juan tertidur di sofa.
Berjalan mengambil selimut di dalam rak lemari kecil, menaruh di atas tubuh Juan dan kembali ke kamar tidurnya.
Keesokan paginya
Hana terbangun dari tidur yang panjang, Ia bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Tiga puluh menit kemudian, Hana menginjak anak tangga terakhir lalu segera menuju ruang dapur yang tak jauh dari tangga.
"selamat pagi Hana," ucap Pria yang sedang menata makanan di atas meja.
Pria yang sedang menata makanan di atas meja. Juan, itulah namanya. Sahabat Hana dan Hyeni waktu kecil, mereka bertemu di taman di sebuah desa terpencil, dan sampai sekarang mereka hanya sebatas teman masa kecil.
"Hm," jawabnya singkat. Hana berjalan menuju meja yang sudah berisikan berbagai macam makanan.
"Kamu cuci tangan dulu Han, baru boleh makan," perintah Juan yang duduk di depan Hana.
Hana menggeram pelan dan berjalan ke wastafel dapur, dan kembali ke tempat duduknya.
"Kamu sangat mirip seperti Ibu-ibu kompleks di sini," sindir Hana mengambil segulung mie pasta di depannya.
Juan hanya binggung dengan ucapan wanita di depannya, "Bukannya lebih mirip suami yang memperhatikan istri kesayangannya?" sambung Juan, melirik ke arah wanita di depannya.
Hana terkejut mendengar omongan itu, Ia tersedak dan segera meneguk segelas susu.
"Huk-huk, siapa juga yang mau jadi istrimu, ha?" sesal Hana, membersihkan bibirnya menggunakan sapu tangan.
Juan tertawa puas melihat tingkah konyol wanita di depannya, dan berjalan ke tempat wanita itu duduk. Dan menundukkan kepala di sekitar telinga wanitanya.
"Hana, kamu jangan pura-pura bodoh. Kita sudah bertunangan selama sepuluh tahun dan kita akan segera menikah, kamu cocok memakai dress putih dengan hiasan di kepala, dan bersumpah janji di hadapan para pendeta maupun orang terdekat. Ingat itu baik-baik aku akan mendapatkanmu dan menjadikanmu milikku selamanya!" bisik Juan dan mendaratkan bibir di pipi wanita di depannya.
Hana terkejut dan bangkit dari kursi, Ia langsung menampar pipi pria yang melakukan hal tidak masuk akal itu.
"Kamu! Aku kan sudah bilang berapa kali jangan menyentuhku seenaknya saja, jika kau melakukan hal yang sama seperti ini lagi aku tidak akan mau bertemu denganmu untuk selamanya! Sudah aku mau kekampus, jangan ikutin aku." teriak Hana mengambil mini bag, dan pergi meninggalkan pria yang sudah kurang ajar padanya.
Juan ingin memegang tangan wanita yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun, namun wanita itu sudah pergi meninggalkannya di dapur. Juan duduk di kursi yang membekas wanita itu dengan menatapi sisa makanan yang tidak di sentuh wanita itu.
"Dasar bodoh! Mengapa aku liar sekali hari ini, Hana yang selalu menyemangati dirinya kini tidak seperti dulu. Sekarang dia sudah menjauh dan aku tidak tau akan seperti ini, Hana aku mohon jangan menjauhi diriku dan jangan mengatakan hal "Aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi untuk selamanya" aku masih ingin melihatmu lagi, aku mohon jangan pergi meninggalkanku, Han!" resah Juan menutup wajah menggunakan telapak tangan.
Juan sedang berdiam diri dengan mengakui kesalahannya, nada dering ponsel berbunyi segera mengambil dan menerima panggilan telepon dari seseorang.
010-2869-xxxx-xxxx: Halo Jun, ini gue Syla. Apa lu ada waktu buat gue? Kita ketemuan di cafe dekat kampus Jaya Bakti?
Juan terkejut mendengar orang lain menyebut nama kampus yang sama dengan kampus Hana.
Juan: Ah, tadi lu bilang di mana kita ketemuannya?
010-2869-xxxx-xxxx: Gue share location saja, sudah dulu ya nanti gue hubungin lagi lu, Jun. Bye.
Panggilan berakhir Juan bangkit dari kursi membersihkan seluruh peralatan makan, dan bersiap menuju kantor.
Sesampai di kantor Juan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama kantor. Juan melihat sekeliling halaman kantor dan terkejut ada seorang wanita bersama pria di sampingnya sedang ketawa satu sama lain, membuat Juan geram melihat hal itu.
"Tidak mungkin wanita di samping pria itu Hana?' gumam Juan. Berjalan mengabaikan hal itu.
Sisi lain.
Hana sedang berjalan bersama teman sebayanya di kampus, Hana berbincang satu sama lain.
"Eh, hei. Tau nanti selesai jam ketiga selesai kita ke tempat kerja cowok gue, ya?" kata Wanita ber hoodie biru dongker.
"Cie, ternyata lu punya cowok Syla? Dikira gue lu jomblo sampai tua benarkan Han? Haha." jawab Wanita berambut sedagu.
Hana tertawa melihat tingkah konyol teman sebayanya, "Haha, ngga di anggap serius Syl, memang Rezna orangnya aneh," ucap Hana dengan merapikan peralatan alat tulis.
"Oh ya, Han. Lu kapan punya cowok?" balas Rezna dengan senyum sinis.
Hana sedikit terkejut dan tidak menjawab pertanyaan Rezna.
"Gue banyak nih teman cowok di kontak ponsel gue, lu mau yang tampan anak basket, dan cowok yang pintar tapi badboy gue juga punya kontaknya. Haha," sindir Syla menggoyangkan ponselnya di depan wajah Hana.
"Ngga makasih atas saran lu pada!" kata Hana dengan nada tegas.
Rezna dan Syla nampak bingung dan melirik satu sama lain dengan senyum iblisnya, Hana melihat senyuman itu merasa merinding.
"Sudah yuk, gue lapar," ajak Hana menarik lengan kedua teman sebayanya.
Rezna dan Syla bingung dan menyerah mengikuti keinginan Hana.
"Kita makan di mana?" tanya Rezna menghadap ke dua temannya.
Hana tampak berpikir keras, namun Syla mengakat tangan. " Aku tau kita makan di mana?" ujar Syla mencari tempat cafe terdekat di kampus.
Memberikan ponsel kepada kedua temannya, Hana dan Rezna melihat cafe di ponsel Syla dengan raut wajah mencurigakan.
"Kita di sana ngga seperti nyamuk kan?" tutur Hana dan Rezna dengan menatap tajam ke arah Syla.
"Haha, mana mungkin. Kan mudah kalian ajak pria saja kalau ngga mau jadi nyamuk," usul Syla mengambil ponsel di tangan Rezna.
Rezna mengangguk kepala, dan melihat ke arah Hana dengan tatapan aneh.
"Hmm?" Rezna menompang dagu dengan melihat ke arah Hana.
Hana menyadari tingkah aneh Rezna dengan menjawab menggelengkan kepala.
"Ngga apa-apa kok, kalian pacaran saja ngga usah pedulikan aku. Nanti di sana aku cari kursi kosong jauh dari kalian, tenang saja soal urusan itu. Haha," jelas Hana.
Rezna tampak cemas, tiba-tiba lengannya di tarik Syla yang sedang terburu-buru menuju cafe.
Setiba di cafe, kami memasuki dalam cafe yang pengunjungnya tidak terlalu ramai. Kami melihat seluruh kursi yang kosong, dan berjalan kursi yang sudah menjadi titik kami untuk berbincang.
"Interior cafenya Bagus, ya." ucap Syla melihat sekeliling cafe.
Hana duduk dekat kaca, dengan menaruh mini bag di samping kanan.
"Tapi ada yang kurang," tutur Hana dengan nada mengeluh.
"Apa yang kurang menurutku sembilan puluh sembilan persen cocok kok nih cafe buat nanti kita kumpul barang lagi," tanya Rezna duduk di samping Syla di depan Hana.
"Musik latar belakangnya kurang cocok dengan suasana di cafe ini," jawabnya dengan singkat.
Rezna dan Syla menganggukkan kepala menyetujui yang di katakan Hana.
"Permisi Nona-nona apakah kalian siap memesan?" kata Pelayan yang sudah berdiri di samping meja.
Pelayan itu menaruh menu di atas meja, dan menunggu pesanan untuk di tulis di list yang di pegangnya.
"Aku pesan Chocolate cream satu, itu saja yang aku pesan," kata Hana.
"Aku pesan short cake satu, sama jus alpukat satu," kata Syla.
"Aku pesan short cake satu, dan Vanila latte satu, ya." kata Rezna memberikan buku menu kepada pelayan.
Pelayan selesai mencatat, dan pergi ke tempatnya. Kami berbincang-bincang tentang hal apapun yang keluar dari mulut kami.
"Rez, gue dengar cowok lu kerja di sini, ya?" tanya Syla dengan tatapan penasaran.
"Iya nih, biasalah cowok gue itu yah pemalu banget kalau ketemu ama gue?" jawab Rezna dengan nada mengeluh.
"Omong-omong kata lu cowok lu mau ke sini?" ucap Rezna mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya sebentar lagi dia datang kok," jawab Syla.
Hana mengetik ponsel ketika temannya bicara, dan menaruh ponsel di atas meja.
"Han tadi lu ngapain dah?" tanya Syla, menyadari Hana sedang melakukan sesuatu.
"Eh ngga ko-" Hana sedang menjawab pertanyaan Syla, tiba-tiba ada seseorang yang memotong pembicaraan Hana.
"Sayang akhirnya kamu datang," kata Rezna bangkit dari kursi dan menyuruh kekasihnya duduk di dekatnya.
.
.
.
Happy Reading~
Bersambung ....
Follow me instagram: @rkyoz9