Chereads / TOKYO-MATE FALL IN LOVE / Chapter 8 - TMFIL- Misteri Bangsawan abad pertengahan

Chapter 8 - TMFIL- Misteri Bangsawan abad pertengahan

"Ah, segarnya. Hari ini aku mau ngapain, ya. Kalau nonton televisi sepertinya membosankan. Ah iya, aku melanjutkan membaca buku novel yang belum aku sempat baca, di mana aku taruh novelnya?" ujarnya berjalan ke perpustakaan di bawah tanah.

Hana menepuk tangan satu-persatu lilin menyala, Hana berjalan ke tempat Gramofon mengambil piring hitam memasukkan ke dalam Gramofon sambil piring hitamnya diputar perlahan-lahan suara merdu terdengar di Gramofon, kini langkah kakinya menuju rak yang tak jauh dari Gramofon.

Perlahan-lahan Hana menyentuh satu-persatu buku di rak, Hana berhenti di buku yang kelihatan sudah berumur, sampulnya kecoklatan, dan Hana mengambil buku itu. Berjalan ke sebuah kursi dan menduduki kursi itu, Hana membuka buku yang di ambilnya dan suara indah yang mendukung suasana di dalam perpustakaan pribadinya.

"Kisah orang bangsawan di London sepertinya tidak jauh berbeda dengan zaman ini, padahal takhta ataupun itu namanya pasti semua orang punya. Namun mereka yang memiliki harta melebih-lebihkan itu tidak masuk akal, "Mengapa bangsawan era Eropa sampai London itu merasa seperti yang mereka dirinya Tuhan?" sungguh tidak tau diri," kata Hana melanjutkan halaman buku dengan memprediksi isi di dalamnya.

Hana mengerinci setiap kata di dalam buku novel, buku novel yang saat ini Hana baca menggunakan tulisan dan bahasa Eropa di tahun pertengahan abad, tulisannya masih menggunakan pena di cairkan tinta hitam dengan perlahan-lahan menggosokkan pena yang sudah di lapisi cairan warna hitam di setiap lembar kertas putih.

"Ini maksudnya apa?" Hana merasa ganjal di bagian paragraf tiga barisan lima ke kanan.

'Sol et luna est clavis est deus (Matahari menjadi kunci dan Bulan menjadi Tuhan)' Hana bingung dengan kata yang di temui, Hana mulai memikirkan arti di balik tulisan yang membuatnya merasa seperti detektif.

Hana membalikkan halaman buku berikutnya dengan antusias ia mencari jawaban yang sulit maksud dari kata, "Matahari menjadi kunci dan Bulan menjadi Tuhan" itu, dengan membaca perlahan-lahan dan detail. Tapi Ia menemukan satu gambar aneh, dan kata di dalam gambar itu yang berbeda seperti kata yang sebelum di temukan arti di baliknya.

"Gambar ini apaan dah? Ada face mask berwarna merah, burung merpati berwarna biru, dua kelompok wanita yang saling berpelukan, gambar gunung di sebelah kiri, gambar ayam berwarna kuning, dan sebuah biji kacang di luar gambar itu. Itu maksudnya apa?" pikir Hana, mengangkat buku itu dengan membolak-balik ke lawan arah. Namun tidak ada petunjuk di gambar yang di temukan, Hana mencoba memikirkan maksud dari gambar itu.

Hana bangkit dari kursi, berjalan menuju rak mencari buku yang sama seperti buku yang tadi di bacanya. Berapa menit kemudian Hana mengambil buku yang delapan puluh lima persen sama, Ia mengambil dan langsung membaca buku yang di temukannya.

"Sepertinya buku ini sungguh menarik," gumamnya langsung membaca perlahan-lahan kata-kata di dalam buku itu.

Buku yang di baca Hana ada dua yaitu; pertama dengan judul "Bangsawan melitah lidah rakyat jelata" itu, berkisah tentang bangsawan era abad pertengahan yang mencaci-maki rakyat miskin dengan cara sadis.

Tulisan di dalam kandung buku itu seperti tulisan huruf sambung, pena yang di gunakan kayu yang di bawahnya seperti sebuah bulu khusus untuk di gunakan oleh para bangsawan, dan tinta yang di gunakan tinta seperti cairan cumi-cumi berwarna hitam lekat.

Buku yang ke dua di temukan Hana yaitu dengan judul "Misteri pembunuhan dan kekejian makhluk Monster Iblis" itu, berkisah tentang Monster yang berkeliaran bebas di permukiman rumah penduduk yang jaraknya lima kilometer dari hutan belantara, dan warga di daerah sekitar hutan mencari Monster yang kononnya kepala berbentuk manusia dan badannya berbentuk naga kalau di bunuh, dan di jual di tempat khusus harganya sepuluh kali lipat. Itulah Monster dengan sebutan, "Monster Iblis" yang banyak di cari oleh warga di zaman abad pertengahan.

"Hmm, cerita yang satu ini bikin greget, Monsternya sepertinya aku pernah dengar dan lihat tapi di mana, ya? Monster kepala manusia?" pikir Hana menopang dagu, alunan musik kini berubah menjadi alunan yang sesuai irama yang sama seperti buku di bacanya.

Tidak terasa Hana berada di dalam perpustakaan pribadi selama lebih delapan jam, Hana mengembalikan buku sesuai urutannya, mematikan gramofon, dan menjentikkan jari untuk mematikan satu-persatu lilin. Kini Hana berjalan menuju lantai atas.

"Oh ya. Sepertinya aku kelupaan sesuatu, tapi apa ya? Besok ada acara kampus sampai malam hari, atau aku izin ngga datang ke acara kampus, sudahlah aku ngga datang aja pasti acaranya membosankan!" ujar Hana duduk di sofa ruang tamu.

Tin tong!

Hana yang sedang asik menonton televisi tiba-tiba bel pintu berbunyi dengan berat hati Hana berjalan menuju pintu.

"Iya tunggu sebentar," teriak Hana dengan nada lantang.

"Siapa sih yang datang di jam segini, ah merepotkan!" batin Hana. Membuka pint, dan melihat sosok laki-laki tampan yang berdiri di depan pintu.

"Hah ... Hantu!" teriak Hana raut wajah terkejut.

"Stt, diamlah. Nanti kedengaran tetangga sebelah, ini aku Juan. Han," ucap Juan telunjuknya menempel di bibir Hana.

Hana berjalan maju ke depan sedikit, melihat ke kanan dan ke kiri, sambil menganggukkan kepala, dan menarik lengan pria di depannya.

"Ada perlu apa kau ke sini di jam segini?" tanya Hana berjalan kembali ke sofa.

"Aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja Han?" jawabnya singkat. Mengikuti langkah kaki di belakang Hana.

"Kau jauh-jauh datang ke sini untuk hal itu? Pasti bukan itu tujuanmu sebenarnya, kan? Biar aku tebak kau ke sini ingin bertanya sesuatu hal yang penting bagimu dan tak penting untukku, dan kau sudah mendapatkan sekian persen informasi tentang diriku sebenarnya dari saudaramu yang bernama Felix Frey apapun itu namanya aku ngga peduli. benarkan?" jelas Hana menaruh minuman di atas meja.

"Tunggu dari mana dia tau soal itu? Dan sejak kapan dia ke dapur? Kok bisa, aku harus mengalihkan topik pembicaraan dulu," batin Juan sedikit terkejut dan berdehem pelan.

Hana duduk di samping pria yang tampak bingung, dan melanjutkan menonton acara kesukaanku di layar televisi.

"Kau suka acara tentang Bangsawan abad pertengahan tahun, Ya?" tanya Juan ikut menonton televisi.

Hana tidak mendengar yang di katakan Juan, Ia sudah berlalu menikmati acara di televisi.

"Sepertinya dia sangat antusias sekali nonton itu, haruskah sekarang aku bertanya atau lain waktu saja? ah, lupakan! aku ikut menonton saja," gumamnya melirik ke arah wanita di sampingnya.

Hana sedang serius melihat scene di televisi dengan serius, Juan melihat wanita yang serius membuat dirinya menahan ketawa walaupun ngga ada scene komedi di acara tersebut.

Sudut mimpi 'Author'

"Ah, enak sekali, ya. Kalian berdua bisa menikmati waktu bersama khis, aku kapan seperti kau, Jun?" ucap Author meneteskan air mata (menangis)

"Haha, Thor makanya punya pacar dong biar bisa menghabiskan waktu bersamanya. Dasar jomblo," ejek Juan sambil menjulurkan lidah.

"Dasar penghianat kau!" jerit Author.

Juan hanya tertawa terbahak-bahak melihat kemalangan Auhtor.

.

.

.

Happy Reading~

Bersambung ...

Follow me instagram: @rkyoz9