Hana berjalan sekitar kamar mencari adik satu-satunya, Ia memulai berpikir perbincangan terakhirnya dengan Hyeni.
Flashback
Suara jam bergenting dan suara lagu mengiringin kegiatan Hana di malam hari, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu kini jarum jam menunjukkan pukul 12 malam. Segera Hana mematikan seluruh peralatan elektronik dan mengambil obat serta segelas air untuk Hyeni.
"Hyeni bangunlah, ayo minum obat dulu baru tidur," kata Hana menggoyangkan tubuh Hyeni.
"Hmm ... Iya-iya Kak, nanti akan aku minum kok. Minggir aku mau ke toilet dulu," jelas Hyeni buru-buru ke toilet.
Hana mulai menyimpulkan bahwa Hyeni berada di dalam kamar mandi yang tak jauh dari kamar mereka, segera Hana berjalan ke kamar mandi.
"Hyeni kamu ada di dalam?" ucap Hana, mengobrak pintu kamar mandi yang tadi di kunci.
Tidak ada jawaban dari Hyeni cepat-cepat Hana melihat sekeliling kamar mandi, dan membuka gorden yang sangat misterius baginya.
"Astaga ... Hyeni, kamu kenapa tidur di dalam bak mandi? Di sana ngga nyaman untukmu, Dik. Tidur di ranjang saja," kata Hana terkejut melihat Hyeni tidur di dalam kamar mandi.
Firasat Hana mengatakan "Ada hal yang aneh dengan Hyeni, mengapa dia tidur di bak mandi terlalu lama padahal dia sedang kondisinya tidak baik. Mungkinkah dia ... Ah, tidak? Ini cuma perasaanku saja, Hana jangan berpikir negatif tentang itu." Menggelengkan kepala, dan langsung berjongkok di samping adiknya.
"Hyeni, adikku tersayang bangunlah. Kamu bisa dengar aku berbicara?" Hana perlahan-lahan memegang tangan Hyeni.
Tangannya cukup dingin, seluruh tubuhnya kaku, dan bibirnya terlihat pucat membiru. Air matanya jatuh melihat kondisi adiknya yang seperti "Mayat" Tak bergerak sama sekali.
"Hyeni, kamu ... Mengapa cepat seperti ini? A-a-aku tidak mungkin rela kau meninggalkanku sendiri di sini? Aku butuh kamu sekarang, bangunlah aku mohon padamu. Hyeni, aku mohon bangunlah," Hana memegang pergelangan tangan adiknya, sambil meneteskan air mata yang tadi di tahannya.
Hana menggoyangkan perlahan tubuh Hyeni, dengan mengharapkan adiknya ini terbangun. Namun berbagai cara yang sudah dilakukan Hana tidak ada respon dari adiknya, akhirnya Hana menyerah dan menangis tersedu-sedu di samping mayat Hyeni.
Waktu tidak terasa begitu cepat berlalu Hana terbangun dari tidur setelah menangis, Ia bangkit dari duduknya dan segera mengambil ponsel untuk menelepon ambulan rumah sakit.
Hana menekan tombol darurat di ponsel, dan menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya.
119: Halo, selamat pagi disini pihak Rumah Sakit Umum Tanah Abang, ada yang bisa kami bantu Pak atau Ibu?"
Hana: Halo, selamat pagi. Adik saya berumur 19 tahun pingsan di dalam kamar mandi. Bisakah Anda mengirim mobil Ambulan ke tempat saya, Pak atau Ibu?
119: Baiklah bisa kok, Bu. Tapi memang pasien mempunyai penyakit apa?
Hana: Adikku mempunyai penyakit leukemia yang di deritanya semenjak berusia 9 tahun, aku mohon kirimkan ambulan ke tempat saya, Bu.
119: Baik, Kami akan mengirimkan mobil ambulan ke tempat Anda, nama Anda dan alamat rumah Anda dengan lengkap. Akan kami kirimkan ambulan secepat mungkin, Bu.
Hana: Nama saya Hye Hyu Na, berusia 19 tahun, dan alamat rumah saya di perumahan Jalan Bumi Kemanggisan II B No. 12, RT 6/RW 2, Kelurahan Kemanggisan, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat 11480.
119: Baik, Kak Hye Hyu Na. Kami sudah memasukkan data Anda, dan segera saya kirimkan ambulan ke tempat Anda dalam waktu 45 menit. Mohon tunggu kedatangan ambulannya ke tempat Anda.
Hana: Baik, terima kasih Bu.
Panggilan berakhir Hana bersiap-siap sambil menunggu kedatangan ambulan, perasaan Hana saat ini resah dan takut untuk merelakan kepergian kembarannya. Tetapi ia harus bisa merelakan kepergiannya, hanya saja Hyeni keluarga satu-satunya yang dimiliki Hana.
Suara sirene ambulan bunyi dari kejauhan, segera Hana berjalan ke gerbang rumah. Mobil sudah terparkir di depan gerbang rumah sekelompok orang seragam berwarna putih dengan logo rumah sakit tertentu di bagian kanan sedang keluar dari mobil, dan berjalan ke pintu gerbang rumah pasien.
"Halo, selamat pagi ini apakah Anda yang menelepon Rumah Sakit Umum Tanah Abang, apakah Anda menelepon kami dengan atas nama Hye Hyu Na?" tanya Petugas medis.
"Benar Pak, saya Hye Hyu Na. Tolong periksa keadaan adik saya. Pak, silakan masuk," jawab Hana.
Petugas medis masuk ke dalam rumah Hana, dan melihat sekeliling dalam rumah Hana.
"Maaf pasiennya di mana, Kak?" tanya Petugas medis.
"Pasiennya berada di lantai dua, pintu kamar bercat warna steel blue di bagian kiri nomor 2 sebelah ruang gudang atau saya antarkan saja ke tempat adik saya, Pak?" ucapnya singkat.
"Tolong antarkan kami ke tempat pasien saja, Kak," kata Petugas medis.
"Baik, mari ikuti saya. Pak," ucap Hana, berjalan menuju lantai dua diikuti petugas medis.
Kami berjalan menuju lantai dua, Petugas mengikuti langkah kaki wanita yang sedang memimpin jalan di belakang punggung wanita itu.
Setelah tiba di depan pintu kamar dengan cat berwarna steel blue, dan ada pajangan nama tertempel di pintu dengan tulisan "Hana dan Hyeni" itu, wanita yang tadi memimpin jalan membuka pintu kamarnya.
"Silakan masuk, Pak," ucap Hana, menjulurkan tangan ke arah dalam kamarnya.
"Baik, permisi," Petugas masuk ke dalam kamar, Hana mengikuti nya di belakang dan membuka pintu kamar mandi.
"Maaf Pak, pasiennya berada di dalam kamar mandi tempatnya di dalam bak mandi, Pak," kata Hana. Petugas memasuki ke dalam kamar mandi, segera mencari pasien.
Akhirnya Petugas medis memindahkan tubuh Hyeni dari bak mandi ke tandu, segera memeriksa kondisi Hyeni.
"Kita segera larikan ke rumah sakit untuk memeriksa lebih lanjut, Dik. Bersiaplah kita akan segera membawanya ke dalam mobil ambulan.
Kami segera meninggalkan tempat tinggalku menuju rumah sakit, petugas medis memeriksa kondisi Hyeni dengan serius. Hana yang melihat kondisi Hyeni yang sangat kritis, dan berdoa di dalam hati.
Mobil ambulan berhenti di halaman rumah sakit, Hana turun dari ambulan dan tandu pasien di pindahkan di brankar.
Aku mengikuti brankar di sampingnya, petugas membawanya menuju ruang Unit Gawat Darurat "UGD" itu, Hana berhenti di depan pintu ruang UGD dan menunggu di kursi tunggu.
"Apakah ini akhir dari segalanya? Ya Tuhan, hamba memohon kepada-mu berikan kesembuhan untuk adikku tercinta dan satu-satunya keluarga yang aku miliki saat ini. Jika kau sudah menentukan takdir yang kau berikan kepada hamba untuk merelakan kepergian adikku satu-satunya akan hamba terima dengan suka-cita. Aku memohon padamu untuk berikan keberkahan bagiku, amin." Hana berdoa dan menundukkan kepala.
Tak lama kemudian ponselnya berdering di dalam tas, segera ia menerima telepon.
Hana: Halo, iya ini siapa?
Juan: Halo Han, kamu di mana?
Hana: Aku di Rumah Sakit Umum Tanah Abang, Jun. Memang ada apa?"
Juan: Siapa yang sakit Han?
Isak tangis keluar dari bibir kecilnya yang sudah ia tahan tidak peduli orang lain melihat keadaannya yang kacau.
Hana: Uwaa ... Hyeni, Jun. Adikku kondisinya kritis sekarang dia ada di dalam ruang UGD. A-a-aku ... (Suara orang menangis).
Juan: Aku segera ke sana, tunggu aku dalam waktu 30 menit jangan menangis. Sudah dulu ya, Han.
Juan mematikan teleponnya, Hana Menggengam ponsel di telapak tangannya. Air mata terus-menerus keluar, dan pandangannya ke arah pintu ruang UGD.
"Hana ...." Suara teriakan membangunkan lamuan Hana, Hana mengenali sumber suara yang memanggil namanya.
.
.
.
Happy Reading~
Bersambung ...
Jangan lupa follow instagram: @rkyoz9.