Xiaozhan segera mendial nomor telpon mamanya. Menunggu sebentar dan panggilan itu langsung diangkat.
"Hallo. Iya ini aku, Ma. Maaf baru sempat mengabari." ucap Xiaozhan di telepon.
"....."
"Iya aku baik-baik saja. Tadi memang sempat ada problem tapi sekarang aku tak apa." Xiaozhan berjalan sambil sekali-kali berjalan mondar-mandir.
"...."
"Aku ada di rumah orang yang menolongku tadi. Aku tak pulang karena ini sudah larut."
"...."
"O-oh dia Yibo, teman sekolahku. Zhuocheng dan Jiejie tahu itu, Ma."
"...."
"Kalian tak perlu khawatir. Aku baik-baik saja, hao ma? Aku juga tak luka hanya sedikit memar."
"...."
"Meiyou. Ini sudah baik sekarang."
"...."
"Hm..hao ma. Aku akan istirahat sekarang. Da~~" Xiaozhan menutup sambungan telepon itu dan menghela napas.
"Apa sudah selesai?" suara Yibo tiba-tiba yang membuat Xiaozhan sedikit terlonjak.
"A-ah kau masih di sini? Shi, ini sudah berakhir." Xiaozhan menggaruk tengkuknya canggung.
"Bagus jika begitu. Pergilah tidur. Jika kau ingin sesuatu, panggil aku. Aku akan ada di ruang depan kamarmu." ucap Yibo kemudian beranjak dari sana.
Sementara Xiaozhan tak mengatakan apapun. Ia juga beranjak menuju kamarnya.
Xiaozhan naik ke atas ranjang, masuk ke dalam selimut dan membaringkan tubuhnya. Beberapa saat ia memandang langit-langit sambil memikirkan sesuatu.
"Yibo baik. Tapi kenapa ia begitu baik padaku? Apa ia memang sebaik itu pada semua orang?... Tapi ini sedikit aneh. Banyak orang yang bilang Yibo itu dingin dan cuek tapi kenapa dia tak begitu di mataku? Apa itu hanya perbedaan penilaian setiap orang? Atau memang ia yang membedakan perlakuannya?" Xiaozhan menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Itu tak mungkin. Mungkin karena memang ia senang membantu." Xiaozhan menarik selimut untuk menutupi sebatas dadanya.
"Lebih baik aku tidur." Xiaozhan memejamkan matanya dan beberapa saat setelahnya, ia terlelap.
.
.
.
.
Yibo melangkahkan kakinya menuju ruangan yang bisa disebut sebagai ruang kerjanya itu setelah memastikan Xiaozhan telah masuk ke kamarnya. Perlahan ia duduk di kursinya sambil menatap sebuah buku kuno yang terlihat usang dan covernya yang sobek pada beberapa bagian.
Untuk kesekian kalinya ia membuka buku itu dan mendesah sedikit frustasi karena ia tak menemukan apapun dari sana. Tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah ruangannya. Orang itu masuk dan berjalan ke arah Yibo dengan senyum yang selalu terpatri di bibirnya.
"Apa kau masih belum menemukan apapun dari sana?" tanya pria itu sambil duduk di depan Yibo.
"Hn." jawabnya yang tak pasti apa maksudnya tapi tentunya pria itu tahu.
"Apa kau hanya akan diam saja?" Pria itu menatap adiknya dengan pandangan sedih.
"Tentu...tidak. Aku akan mencarinya meski tanpa petunjuk dari buku ini." ucap Yibo pasti.
"Sudah sampai mana kau pergi mencarinya?" tanya pria itu lagi.
"Tidak tahu." ucapnya sedikit miris. "Dan tumben kau kemari, ge?" tanya Yibo pada orang itu, Haikuan, kakaknya.
Yang ditanya tersenyum bahagia. "Tentu saja. Aku baru saja bertemu kekasihku dan sekalian mampir ke mari." ucapnya ceria.
"Hn. Kenapa kalian tak menikah sekalian saja?" tanya Yibo geli dengan tingkah kakaknya itu. Terkadang kakaknya akan sangat idiot dan ceroboh jika menyangkut cintanya.
"Nanti. Sekarang dia masih sekolah. Hah, aku juga harus menunggu cukup lama. Setidaknya dia masih bersamaku." jawabnya kemudian mendengus.
"Hn." Yibo hanya bergumam menanggapi curhatan kakaknya yang sedikit lebay. Hey bahkan usianya itu sudah berapa ratus tahun? Padahal ia hanya menunggu sekitar 1,5 tahun lagi sampai orang itu lulus. Iya, hanya.
"Lagipula, aku tak mau meninggalkanmu sendiri saat aku sudah menikah nanti. Kau kan masih sendiri." ucapnya simpati pada adiknya yang masih single selama beberapa ratus tahun ini.
"Hn. Memang aku pernah tak sendiri?" ucap Yibo yang menusuk hati Haikuan secara tak langsung.
Itu memang benar karena ia selalu sibuk dengan urusan bisnis keluarganya apalagi terkadang ia juga akan meluangkan waktunya untuk bertemu sang kekasih.
"Hehe." Haikuan menggaruk pipinya yang tak gatal. "Tapi sepertinya kau tak kan sendiri lagi mulai sekarang." goda Haikuan.
"Hn. " lagi² hanya bergumam sebagai tanggapan dari godaan itu.
"Kau harus lekas mengawasinya, Bo. Jangan sampai lengah. Banyak yang akan mengincarnya apalagi jika mereka tahu kau melindungi anak itu." ucap Haikuan menatap Yibo serius.
"Hn. Aku juga akan segera menyelesaikan ini. Aku tak ingin terlalu lama lagi." Yibo menatap nanar buku yang seharusnya menjadi satu-satunya petunjuk, tapi sama sekali tak menunjukkan apapun. Bahkan lembaran² kertas dalam buku itu putih bersih tanpa ada secoret garis pun.
"Bagus. Aku akan kembali ke rumah utama. Jangan terlalu berlebihan, kau juga masih butuh istirahat." nasihat Haikuan kemudian menepuk pundak Yibo sebelum menghilang dari hadapannya.
"Rasanya aku memang perlu mengistirahatkan tubuhku malam ini. Sepertinya aku terlalu banyak kehilangan tenaga." Batin Yibo kemudian beranjak dari sana menuju kamarnya yang berada tepat di sebelah ruangan itu. Ia akan tidur untuk saat ini.
Jadi, ruang kerja Yibo memisahkan kamarnya dan kamar Xiaozhan. Ruangan itu juga kedap suara jadi apapun yang mereka bicarakan di sana, tak kan ada yang bisa mendengarnya, bahkan beberapa vampir yang bertugas berjaga di sekitar rumah itu.