Bagaimana dengan keadaan Xiaozhan?
Ia tak punya waktu untuk melihat semua kejadian itu. Tepat setelah Yibo menendang mereka tadi, ia terjatuh dan pingsan. Ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, bahkan ia tak bisa melihat jika yang menolongnya adalah Yibo karena penglihatannya sudah memburam oleh air mata ditambah lagi pusing yang menyebabkan ia pingsan.
Selesai dengan mereka berdua, Yibo menoleh, menatap ke arah Xiaozhan. Yibo terkejut dan khawatir dengan keadaan Xiaozhan. Yibo mendekati Xiaozhan dan berjongkok di depannya. Membelai wajahnya dan menatapnya sedih.
"Bahkan aku tak bisa menjaganya dengan benar," Yibo meruntuki dirinya sendiri.
Ia membuka cardigannya dan memakaikannya pada Xiaozhan. Ia kemudian menggendong Xiaozhan ala bridal style dan membawanya pergi dari sana. Ia membawa Xiaozhan ke rumahnya karena ia tak mungkin membawa Xiaozhan ke rumah Zhuocheng dalam keadaan seperti ini, rumah Xiaozhan sendiri kosong.
.
.
.
.
Dengan perlahan Yibo membaringkan Xiaozhan ke atas kasurnya. Memastikan posisi itu nyaman untuknya tanpa melepas cardigannya. Yibo menyelimuti Xiaozhan. Mengamati wajah Xiaozhan sedih.
"Aku bahkan tak tahu ini akan terjadi padamu. Aku kira mereka tak kan berani mendekatimu." batin Yibo. Membelai rambut Xiaozhan dengan lembut.
"Seharusnya aku mengikutimu tadi." Yibo merapikan anakan rambut Xiaozhan. Tangannya turun membelai pipinya. Lalu menjauhkan tangannya saat hampir menyentuh bibir Xiaozhan.
"Istirahatlah. Aku akan kembali segera." Yibo beranjak dari sana dan keluar dari kamar itu.
Sementara Xiaozhan, ia masih belum membuka matanya. Namun tak lama setelahnya, ada sedikit pergerakan di sana. Xiaozhan membuka matanya dan meringis memegangi pinggulnya yang sakit. Mengelusnya beberapa kali sampai ia menyadari jika ia tak memakai baju, tapi cardigan seseorang. Ia melebarkan matanya, tapi ia ingat jika bajunya telah dirobek oleh pemuda itu.
Xiaozhan semakin melebarkan matanya saat ia tahu ia berada di ruangan asing, lebih tepatnya kamar tapi bukan kamarnya.
"Sial. Apa mereka menculikku? Tunggu...tapi aku seperti mengingat seseorang membantuku. Tapi siapa? Aku tak bisa mengingat wajahnya." batin Xiaozhan cemas, kemudian ia tampak berpikir.
Tapi ia mencium bau yang familiar di hidungnya. Entah itu berasal dari mana, tapi itu enak dan cenderung manis di penciuman Xiaozhan. Seperti bau cendana.
Belum sempat lebih lama ia mengendus, pintu kamar itu terbuka dan menampilkan seseorang yang sedang membawa sesuatu di tangannya. Yibo?! Itu Yibo? Bagaimana bisa?
"Ah, kau sudah bangun? Apa masih pusing?" tanya Yibo saat tahu Xiaozhan telah bangun dan berjalan mendekat ke arahnya.
"A-ah, sedikit." jawabnya gugup. Tak berani menatap Yibo.
"Hm...apa punggungmu masih sakit? Dan pinggulmu?" Yibo bertanya sambil melihat tangan Xiaozhan yang daritadi memegang pinggulnya.
"M-meiyou. Hanya s-sedikit." jawabnya terbata.
"Jika begitu, minum ini. Untuk mempercepat penyembuhanmu." ucap Yibo sambil menyerahkan segelas cairan merah kental dan pekat berbau anyir.
"T-tapi k-kenapa?" tanya Xiaozhan yang justru bingung.
"Ha...sudah kubilang kan tadi?" jawab Yibo setelah menghela napasnya.
"M-maksudku bagaimana kau tahu itu akan bekerja?" ucap Xiaozhan menjelaskan pertanyaannya.
"Aku sudah bilang jika aku tahu kau." jawab Yibo dan masih menodongkan gelas itu.
Xiaozhan menerima gelas itu kemudian, tapi tidak juga meminumnya.
"Kenapa kau peduli?" tanyanya lirih sambil melihat gelas itu.
"Karena aku harus." ucapnya singkat.
"Tapi kenapa?" Xiaozhan butuh alasan tentang itu.
Yibo menghela napasnya cukup dalam.
"Kau tak perlu tahu sekarang. Kau akan tahu nanti." jawabnya.
Xiaozhan bingung kenapa Yibo peduli. Padahal mereka tak sedekat itu. Teman? Tapi bahkan Xiaozhan belum lama mengenalnya. Apa ia pernah berbuat baik padanya di kehidupan sebelumnya sampai ia mau melakukan ini untuk Xiaozhan?
"Tapi-