Hening, gelap dan dingin.
Suasana yang begitu tenang dengan kegelapan yang menyapa tidak membuatnya takut. Namun tempat baru, dengan intensitas cahaya yang menurutnya cukup menyilaukan benar-benar membuat terpesona. Mer kecil dengan penuh semangat akan mengintip. Menatap ikan dan juga hewan-hewan kecil lainnya berenang di bawah cahaya.
Mereka berwarna-warni, terlihat sangat menarik dan lezat. Namun Mama melarangnya untuk menjauh, meninggalkan bayang-bayang yang melingkupi. Jadi, Mer kecil hanya bisa diam. Dengan gelisah menggerak-gerakkan ekornya yang tidak sabar ingin berenang mengejar saat melihat hewan-hewan itu menjauh.
Mer kecil tidak tahu tempat apa ini.
Saat Gurita Raksasa membawanya ke tempat yang jauh berbeda, si kecil benar-benar terkejut.
Sejak ia menetas dari telurnya, hanya kegelapan, suhu air yang rendah dan tekanan tinggilah yang menyambut. Namun ketika Gurita Raksasa membawanya jauh ke permukaan ...
Mer kecil nyaris dibuat buta.
Matanya tidak terbiasa dengan cahaya. Meski irisnya akan sesekali bercahaya, tetapi bukan berarti mata itu benar-benar akan berfungsi untuk melihat. Pada akhirnya, ia hanya bisa diam, mencoba membiasakan diri. Rasanya sakit sekali, matanya terasa terbakar. Mer kecil mengira ia benar-benar akan buta. Namun ketika akhirnya terbiasa, si kecil mendapati bahwa dunia di sekitarnya berubah.
Semuanya ... terlalu menakjubkan.
Itu sebabnya ia menjadi tidak sabar. Dengan gelisah ingin melihat lebih dekat beberapa ikan aneh dan benda-benda lain yang penuh dengan warna. Namun sayang, Mama melarangnya. Ia tidak henti mencegah ketika Mer Kecil ingin berenang dan melihat. Oh, ia adalah ikan yang baik dan patuh. Mama pasti gelisah karena ini tempat baru? Atau ingin memberikan makanan yang lebih lezat dan enak? Apakah mereka terburu-buru sehingga ia tidak boleh bepergian?
Dengan patuh Mer kecil menurut. Namun ketika mereka sampai di tempat yang sempit dan gelap ... Bubu tidak bisa menahan diri dari perasaan kecewa. Oh, kenapa mereka di sini? Mama bahkan pergi dan tidak mau ia ikut! Mer kecil kesal, ekornya mengibas-ngibas dengan gelisah. Namun, pada akhirnya ia tetap menurut.
Diam dan menunggu, Mama pasti akan membawakannya makanan lezat.
Namun hingga cahaya akhirnya menghilang dan digantikan oleh kegelapan yang gulita ...
Mama masih belum juga kembali.
Mer kecil sangat gelisah. Ia berenang bolak-balik, menyelinap di antara besi-besi tua, lalu saat hendak keluar, akan berbalik dan kembali berenang ke arah yang berbeda. Bagaimanapun, ia masih memegang janjinya. Dengan patuh tidak akan keluar sampai Mama datang dan membawa makanan.
DASH!
Suara keributan kembali terdengar, diiringi getaran dan gelombang air yang membahana. Bangunan ini turut tergerak, agak berguncang sebelum akhirnya tenang.
Mer kecil tidak panik sama sekali, atau bahkan penasaran. Bagaimanapun, Mer kecil selalu mendengar keributan ini. Beberapa hari bersama Mama, ia telah di bawa berkeliling. Beberapa hal kerap ia rasakan dan dengar. Salah satunya adalah monster yang saling bertarung. Monster-monster jelek itu berukuran sangat besar, ketika saling menyerang, mereka akan menyebabkan keributan seperti ini. Biasanya, Mama akan langsung menyeret Bubu, membawanya ke tempat terjauh guna menghindari kehancuran yang berada di sekitar Monster-monster itu.
Namun kali ini Mama tidak ada di sekitarnya. Tidak ada yang menariknya untuk menjauh. Anehnya, suara itu justru yang menjauh. Membuat Mer kecili dilanda gelisah. Seolah-olah Mama lah yang membuatnya menjauh dari suara itu.
Ini sudah gelap ...
Bubu sangat gelisah. Ia gatal ingin berenang ke luar, tetapi Mama melarang. Mama berkata, ia harus menunggu.
Mengibas-ngibaskan ekornya, Mer bersisik hitam berenang di antara celah mesin, menelusuri ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam tabung karat yang telah dijadikan tempat tinggal binatang laut. Kedua tangan mungilnya akan merentang, memegang dan mengcengkram benda-benda aneh yang terlihat di mata birunya. Semuanya aneh, baru, tetapi tidak berhasil mengalihkan pikirannya.
Hatinya gelisah, membuat Mer kecil tidak henti menoleh ke arah pintu yang terbuka. Bahkan ketika sensornya merasakan gerakan, dapat Mer kecil itu rasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Namun saat menyadari ukuran benda yang mendekat berbeda ...
Oh, apa ini?
Mer kecil mengerutkan alis, tangannya memegang dada. Kepala menunduk, memandang bagian tubuh yang jelas terlihat baik-baik saja. Namun ... kenapa rasanya sangat tidak menyenangkan? Sangat tidak nyaman ...
"Ah!"
Beberapa gelembung keluar dari mulut. Mer kecil memekik terkejut tepat ketika helai rambutnya yang panjang, tersangkut di sebuah pengait. Refleks, tangan kecil memegang rambut hitamnya, menoleh ke arah pengait yang menempel di dinding.
Benda berkarat berbentuk panjang, dengan bola di ujungnya itu berdiri miring. Beberapa goresan dengan warna mencolok mengintip diantara lumut-mulut yang tumbuh di sekitar pengait. Namun, entah bagaimana benda ini berhasil membuat rambut tebal Mer kecil terkait.
"Ma! Bu! Bu! Ee!" Mer kecil melotot marah. Tidak henti mengoceh dan memuntahkan gelembung ke arah benda itu. Namun, benda itu jelas tidak berkutik. Hal ini semakin membuat si kecil semakin marah. Tanpa berpikir panjang, Bubu langsung menampar benda itu dengan ekornya.
Trak!
"Ah!" Bubu memekik kaget. Tubuhnya tertarik hingga menabrak dinding. Benda yang semula berdiri, kini turun dan sukses membuat rambutnya semakin kusut hingga sulit untuk di lepaskan.
Wajah mungil itu memerah dengan sempurna. Marah luar biasa dan kesal mendadak membuatnya sangat sesak. Matanya panas. Ketika mengetahui rambut panjang yang biasa disentuh Mama kini tersangkut dan bahkan beberapa helai terlihat terlepas ...
"Mama! Mama!" untuk pertama kalinya, bibir kecil kini berbicara. Memekik dengan suara lembut dan kekanakan memanggil Gurita Raksasa. Si kecil berteriak dengan penuh semangat. Matanya panas hingga tanpa sadar meneteskan banyak air yang larut di dalam laut. "MAMA!"
Rambutnya rontok! Tersangkut di sini dan tidak bisa diambil! Mer kecil sangat ketakutan dan panik.
Bagaimana bila semua rambutnya akan terlepas? Bagaimana bila Mama tidak menyukainya lagi karena rambutnya menjadi jelek? Dada sang Mer semakin terasa sesak begitu memikirkannya.
"Mama! Mama! Bu!"
Gelembung-gelembung udara mengeluar, membuat si kecil kembali tersedak. Namun ia tidak peduli. Meski Bubu akan terbatuk dan kembali tersedak ketika memanggil Mama, ia tetap memanggilnya dengan putus asa. Ia dengan marah kembali menampar benda yang menahan rambutnya, tetapi tidak berani untuk menarik sama sekali. Takut bila beberapa helai rambut akan kembali hilang.
"Mama!"
Mer kecil sangat frustasi. Ekor hitamnya menampar-nampar dinding kapal hingga bengkok dan berlubang. Namun, hal ini tidak membuat tongkat jahat itu melepaskan rambutnya!
"MA-ah?!"
Mer kercil membeku, sebelum akhrinya menoleh dengan penuh semangat. Sepasang netra biru berkilau senang, menatap ke sisi dinding yang hanya menampilkan trumbu karang. Namun, meski tidak bisa melihat apapun, sensornya bisa merasakan sesuatu yang besar secara perlahan mendekat.
Itu Mama!
Senyuman Mer kecil mengembang. Ekornya dengan penuh semangat mengibas-ngibas.
"Ma! Ma! MAMA!" dengan penuh semangat, Mer kecil memanggil-manggil, menyebabkan gelembung udara berkerumun keluar. Namun, seolah tertahan sesuatu, Mama mendadak berhenti mendekat. Sebliknya, sosok itu justru berbalik dan menjauh!
Sepasang netra biru membola tidak percaya.
"MAMA!" Mer kecil kembali berteriak. Refleks menggerakkan ekor dan ingin mengejar, tetapi tertahan saat merasakan sakit di kepala. Si kecil melotot marah. Tanpa ragu kembali mengeluarkan cakar dan memotong rambut panjangnya!
Mama akan pergi! Mama akan pergi!
Mer kecil benar-benar panik. Ia tidak peduli dengan rambut hitamnya yang dipotong tidak teratur. Sosok kecil itu menyelinap keluar dari lubang bekas pukulan ekornya dengan mudah, lalu berenang menuju makhluk besar yang berenang ... semakin menjauh? Sosok raksasa itu sepertinya berenang ke arah gua-gua besar itu?
Mer kecil benar-benar bingung, tetapi saat merasakan sosok itu semakin menjauh ...
Sepasang netra biru membola sempurna. Mama melarikan diri!
Mer kecil sangat marah. Tanpa ragu berenang dengan gesit ke arah perginya makhluk besar itu.
Sosok hitam sepanjang 30cm dengan gesit berenang menyelinap di antara bangkai-bangkai kapal. Tanpa harus mengelilingi kapal, si kecil dengan mudah masuk melalui lubang-lubang dan menembus bangkai kapal yang begitu gemuk dan besar. Tanpa keraguan dan ke khawatiran sama sekali, si kecil mencoba menyusul dengan putus asa.
Deg!
Senyuman si kecil mengembang.
Di sana!
"MAMA!" Mer kecil berteriak senang. Keluar dari salah satu bangkai kapal dan menatap sosok besar yang mengapung di hadapannya.
Senyuman Bubu menghilang. Tubuh kecil yang semula terlihat penuh semangat, mendadak meredup. Digantikan kebingungan dan perasaan sesak yang ... membuatnya kembali ingin menangis.
Bukan Mama.
Sosok raksasa di depannya bukan Mama.
Itu hanya ikan super besar, dengan warna kelabu di atas dan putih di perutnya.
Itu jelas bukan Mama.
Bubu benar-benar kecewa, kepala kecilnya menunduk. Kini, menatap helai rambut bergelombang yang ... tidak lagi sempurna. Rambut hitamnya yang cantik dan bergelombang, sekarang berubah sangat jelek.
"Uh ... ," bahu kecil itu gemetar. Si kecil mulai terisak. Matanya memerah, mengeluarkan banyak air mata yang larut di laut. Namun si kecil tidak peduli. Rasa sakit di dadanya sangat ... sangat menyakitkan. Ia mencengkram dadanya. Tidak mengerti kenapa begitu menyakitkan padahal jelas tidak terluka.
"Uuhhh ... ," Mer kecil terus terisak. Tanpa sadar tubuh kecilnya meringkuk, tenggelam dan tidak lagi melayang di air. Membiarkan tubuh kecil itu, secara bertahap terombang-ambing oleh arus tenang yang menariknya ke kegelapan bangkai kapal.
Ikan besar yang tadi terus berenang menjauh, kini berbalik. Mata hitamnya menatap makhluk kecil yang meringkuk dan terus tenggelam secara perlahan. Sosok besar itu terdiam, sebelum akhirnya berbalik dan berenang cepat menuju sang Mer! Tanpa keraguan sama sekali, Hiu putih membuka mulutnya dan memamerkan sederet gigi bergerigi. Siap, untuk melahap bulat-bulat makhluk kecil yang kini, tidak terlindungi.
.
.
.
TBC