Chereads / Laut Dalam / Chapter 3 - Kiamat

Chapter 3 - Kiamat

Ada di saat roda kehidupan jatuh ke dalam titik terendah. Di mana kehidupan setiap makhluk, terancam binasa begitu saja. Hal ini, benar-benar pernah terjadi. Ketika teknologi semakin maju dan berkembang, segala hal menjadi sangat mudah untuk dicapai. Hal ini, berbanding lurus dengan keegoisan manusia yang semakin meningkat.

Manusia, adalah makhluk yang tidak mengenal kata puas.

Kemalasan dan keinginan kata 'Praktis' mendorong mereka untuk melakukan berbagai macam hal hingga mengabaikan sesuatu yang sangat penting.

Keseimbangan alam.

Kenyataan bahwa limbah dilepaskan begitu saja ke alam bebas, pepohonan ditebang dan segala macam pemburuan dilakukan ...

Siapa bilang alam tidak akan membalas dendam?

Karena itulah roda berputar dengan sangat mulus. Membawa manusia ke titik terendahnya ketika limbah yang mereka hasilkan justru menciptakan sebuah virus yang sangat menular.

Hanya dalam 1 tahun, setengah dari populasi manusia berkurang drastis. Virus yang menyebar hanya ganas menyerang ras manusia, menyebabkan mereka mati dengan mudahnya. Namun yang berhasil selamat tidak menerima mimpi indah sama sekali. Virus ternyata bukan hanya akan membunuh manusia tetapi juga membuat beberapa hewan dan tumbuhan bermutasi.

Hewan dan Tumbuhan berubah menjadi begitu besar dan agresif. Bukan hanya makhluk darat, makhluk laut pun ikut andil dalam proses pemutasian yang luar biasa.

Kekacauan terjadi. Makhluk sombong bernama Manusia, dengan mudah ditaklukan. Tekanan dan pemusnahan yang agresif dari segala arah pada akhirnya memakan rasa mendominasi Manusia. Populasi mereka berkurang drastis. Dari setengah menjadi seperempat dan dalam beberapa tahun, jumlah mereka bahkan tidak sampai 1 juta.

Manusia, hanya tinggal menunggu waktu untuk benar-benar punah.

Mungkin karena manusia tidak lagi sombong atau mungkin manusia tidak kembali menjadi makhluk yang angkuh. Beberapa makhluk laut, memberanikan diri untuk muncul ke permukaan. Pada awalnya, manusia sangat ketakutan. Namun secara bertahap, mereka menyadari Makhluk Laut ini berbeda. Mereka tidak memakan manusia, mereka lebih seperti ... penasaran.

Mereka, kaum Mer, adalah kaum yang mudah tertarik dengan hal-hal yang baru. Sementara manusia, adalah makhluk yang penuh dengan rasa ingin tahu. Namun karena semua kejahatan mereka telah dilucuti, kelembutan yang dimiliki manusia membuat kaum Mer semakin tertarik. Mereka menganggap Manusia adalah peliharaan yang lucu, karenanya dengan murah hati, menjaga Manusia dari beberapa makhluk yang mencoba membunuh mereka.

Sementara manusia terpesona dengan kekuatan dan kecantikan Mer, mereka tidak lagi merasa takut dan terancam. Sebaliknya, mulai menyambut keberadaan para Mer dan mengajari mereka apa pun yang ada di darat ke makhluk laut yang begitu indah ini.

Karenanya, persahabatan ras Manusia dan Mer pun dimulai.

Dari hubungan yang saling menguntungkan, lalu ke pertemanan hingga akhirnya jatuh ke hubungan untuk saling mengawini. Bagaimanapun, ras Mer bisa mengubah ekor mereka menjadi sepasang kaki. Jadi, tidak masalah untuk hidup di darat.

Ikatan kedua ras terjalin begitu saja selama beberapa abad. Bahkan, sudah tidak ada perbedaan antara ras Mer dan Manusia. Keduanya setara, saling melindungi dan menjaga.

Namun, sebuah masalah secara bertahap mulai terlihat.

Pernikahan antara ras Mer dan Manusia akan menghasilkan keturunan dengan kemampuan fisik yang kuat dan umur yang panjang. Bila yang terlahir adalah ras Mer, mereka bisa hidup di darat dalam jangka waktu yang sangat lama, bila yang terlahir adalah manusia, mereka bisa bernapas di dalam air. Namun, secara bertahap, semua keturunan Mer dan Manusia juga akan selalu memiliki masalah yang sama.

Mereka tidak subur.

Pada awalnya, masalah ini tidak terlihat. Namun setelah sekian tahun berlalu dan angka kelahiran semakin menurun drastis ...

Sudah terlambat untuk mencegahnya.

Tidak peduli bagaimana teknologi mulai berkembang, keturunan perkawinan silang antara Mer dan Manusia akan sangat sulit memiliki keturunan. Baik ketika bertelur atau melahirkan, akan sangat sulit mempertahankannya. Karenanya, secara drastis, jumlah Mer dan Manusia berkurang.

Hanya pernikahan Mer murni dan Mer Murni atau Manusia murni dan Manusia Murni lah yang akan menghasilkan keturunan 50% hidup. Namun sayangnya, dengan banyak pernikahan silang, jumlah Mer dan Manusia murni sudah punah. Mereka, terlambat untuk menyadarinya.

Angka kehamilan hanya sekitar 10% dan kelahiran dengan selamat hanya 2%. Meski Mer bisa bertelur sampai 10 butir dalam sekali bertelur, belum tentu ada telur yang hidup. Karenanya, untuk setiap Mer dan Manusia yang hamil, pemerintah akan sangat memperhatikan mereka. Terlebih, Mer hanya bisa 2 kali bertelur seumur hidup mereka.

Menarik napas secara perlahan dan menghembuskannya. Aroma garam masuk ke dalam paru-paru, memberitahukan keberadaan laut lepas di hadapannya. Namun, sosok jangkung itu tidak mendapatkan ketenangan sama sekali. Meski ras Mer sudah berintegrasi dengan daratan, Laut akan selalu menjadi rumah mereka. Jadi, ketika aroma garam dan suara debur ombak menyentuh indra, seharusnya ketenangan dan rasa nyaman lah yang menyapa.

Namun tidak.

Oz Calvaria tidak merasakannya.

Pikirannya masih terasa berkabut. Perihal penelitian dan semua uji coba untuk mempertahankan keturunan, tidak semuanya gagal, tetapi tidak juga bisa dibilang berhasil. Sudah lebih dari 4 abad, bahkan dari generasi di atasnya, percobaan mereka tidak pernah berhasil. Baik untuk pembuahan di luar rahim atau reproduksi biasa, kehidupan Mer dan Manusia tetap di garis merah yang menakutkan.

Sosok pirang itu menatap laut yang membentang di hadapannya. Sepasang iris sewarna laut dalam menyipit, memperhatikan bentang luas yang terputus pada garis horizon. Diam di balkon yang langsung menghadap ke laut lepas, sosok jangkung itu tidak mengubah posisinya sama sekali.

Bak patung, sosok rupawan seolah memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya dengan tegas melepaskan jas hitam yang dikenakan.

Srak!

Tepat saat pakaian terangkat, terbang terbawa angin dan mendarat di atas permukaan ubin yang dingin, suara riak air terdengar. Seolah-olah benda besar telah jatuh, tercebur ke dalam air dan tenggelam di dalam buih laut yang menghantam karam.

Splash!

Beberapa menit kemudian, sosok pria berambut pirang terlihat. Rambut sewarna sutra emas basah, menempel erat pada wajah tampan yang terukir dengan tegas. Sepasang iris biru itu semakin terlihat gelap, bahkan hitam.

Saat iris yang begitu dingin menyipit memandang cakrawala, sesak dan kekosongan yang memenuhi paru-paru kembali mencengkram. Membuat pria berkulit putih itu mengkerutkan alis begitu perasaan menyakitkan mulai bergelayut mencekik jantungnya.

Ia memerlukan pasangan ...

Sepasang iris gelap menyendu. Suara deburan ombak yang menggulung dan menghantam karang terdengar. Begitu ganas dan memekakan. Namun sosok pirang yang mengapung di permukaan air masih tetap diam. Membiarkan deburan air yang menggulung, menghantam tubuh dan pikirannya.

.

.

.

Mer kecil sangat puas. Perutnya kenyang, agak menggelembung seolah ingin membuktikan bahwa si kecil, tidak mampu memasukkan apa pun lagi ke dalam mulutnya.

Berbaring terlentang di atas permukaan pasir yang lembut, ia tidak mau bergerak lagi. Mulut kecil itu tidak henti mengeluarkan bola-bola udara. Gelembung kecil yang keluar akan melayang ke atas. Terlihat menarik dengan pergerakannya yang bergoyang rapuh, lalu pecah saat sebuah tentakel raksasa menyodoknya.

Mer kecil terkikik senang. Gelembung udara kembali keluar, membuatnya tersedak dan batuk.

"Oh astaga! Bubu, kau tidak apa-apa?" pertanyaan panik mengalun. Tentakel besar bergerak lembut, membawa si kecil agar berbaring di permukaan tangan raksasa itu. Ia membalik si kecil menjadi tengkurap, menepuk-nepuk punggung mungil itu dengan sangat hati-hati.

Mer kecil merasa nyaman. Sepasang kelereng birunya menyipit, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Ekor hitam-emas tidak henti mengibas-ngibas, mencerminkan suasana hati yang baik dan senang.

Tentakel besar bergetar diiringi dengan tawa yang bergema, guncangan bak gempa tidak berpengaruh untuk si kecil. Tangan putih itu terentang, menepuk-nepuk dengan kekuatan pelan seolah memprotes guncangan yang mengganggu.

"Oh, maaf, maaf, Mama terlalu senang," guncangan menghilang. "Bubu sudah kenyang? Apakah Bubu suka dengan tentakel Mama? Apakah rasanya lezat?"

Mer kecil tidak mengerti. Sepasang kelereng biru yang bulat menatap polos Gurita Raksasa di depannya, berkedip beberapa kali, lalu tersenyum senang. Kedua tangan kecil itu terentang, memeluk tentakel yang menjadi alas tidurnya, lalu mengusap kepala ke tentakel raksasa.

"Manisnyaaaaaa~"

Gurita raksasa benar-benar ingin menjerit. Memuji dan memamerkan peliharaan kecilnya! Oh liat anak ini! Ia hanya memotong sedikit daging untuk dimakan dan si kecil menjadi begitu penurut dan imut! Gurita raksasa merasa sangat gemas. Ia ingin menggenggam si kecil dan memeluknya, tetapi takut kekuatan yang ia hasilkan, justru membuat si imut menjadi serpihan daging berantakan.

Helaan napas terlontar. Gurita raksasa kembali menatap peliharaan kecilnya. Ikan aneh dan lucu ini tertidur. Ia dengan mudah melemaskan seluruh anggota tubuhnya di tentakel raksasa dalam keadaan tengkurap dan memejamkan mata.

Coba lihat tubuh kecil dan lembutnya? Bila si kecil tidak bertemu dengannya, apakah akan dimakan makhluk laut lain? Ukurannya bahkan jauh lebih kecil ketimbang bola-bola penghisapnya! Memikirkan kehidupan si kecil, membuat Gurita Raksasa merasa sesak. Sungguh... seberapa takut si kecil selama ini?

Merenggangkan salah satu tangan untuk menghalangi arus air, Gurita Raksasa semakin merasa protektif untuk bayi Mer ini.

Oh, ia akan membesarkan makhluk lemah ini. Ya, Gurita Raksasa merasa itu bukan hal yang sulit. Lihat saja seberapa manis, pendiam dan patuhnya si kecil? Perihal makanan, ia bisa berburu untuk si kecil. Seberapa banyak yang bisa dimakan perut kecil itu?

Gurita Raksasa merasa suasana hatinya kembali baik. Tanpa sadar, ia mulai melakukan beberapa rencana masa depan, langkah-langkah untuk perawatan dan pembesaran peliharaan barunya.

.

.

.

TBC