Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Istri CEO Klub Bola

🇮🇩AmirIndarsyah_96
--
chs / week
--
NOT RATINGS
44.9k
Views
Synopsis
Gina merupakan anak tunggal yang kini berprofesi sebagai dokter. Sementara itu, ayahnya Gina merupakan mantan pesepakbola profesional yang terpaksa harus pensiun dini karena cedera lutut yang tak kunjung sembuh. Ayahnya sekarang berprofesi sebagai asisten pelatih di salah satu klub sepakbola ternama di Liga kasta kedua. Saat ini, Gina belum memiliki pasangan. Ayahnya berharap anaknya segera menikah. Sang ayah juga berharap Gina berjodoh dengan lelaki yang berprofesi di dunia sepakbola, dunia yang ditekuni sang ayah dari masa kecil. Akan tetapi, Gina masih ingin fokus ke kariernya. Akankah Gina mewujudkan harapan sang ayah? Siapakah jodohnya Gina? Temukan jawabannya dan ikuti kisah lengkapnya. Hanya di WebNovel.
VIEW MORE

Chapter 1 - Impian Ayah

"Ayah serius pengen mantu pemain bola?" tanya Gina.

"Pengen sih, nak, tapi enggak harus. Keinginan ayah sebenarnya mau punya anak pemain bola tapi karena rezeki dari Allah itu kamu anak ayah satu-satunya, jadi ayah harap punya mantu pemain bola atau minimal yang kerja di dunia sepakbola," jawab sang ayah.

"Hm.. Cucunya aja yang pemain bola, yah," respon Gina.

"Bisa, sih. Tapi, kayaknya kelamaan, nak. Belum tentu juga kamu sama suami kamu nanti kasih restu anak-anak kamu jadi pemain bola," kata sang ayah.

"Kalau aku sih pasti izinin, yah. Masa kakeknya pemain bola terus aku larang cucunya main bola, asalkan dia nanti tetap perhatikan juga sekolahnya."

"Nanti dilihat, nak. Terpenting, cari suami dulu, nak. Menurut ayah, usia sama kepribadian kamu sudah sangat layak untuk menjadi seorang istri dan ibu."

"Iya, yah. Tapi, aku masih mau fokus kerja dulu, yah. Hm.. Doakan saja anak ayah yang lucu dan imut ini semoga cepat dapat jodoh sesuai sama yang ayah inginkan. Aamiin."

"Aamiin.. Aamiin Ya Allah."

***

Gina yang kini berusia dua puluh delapan tahun berprofesi sebagai dokter spesialis tulang di salah satu rumah sakit swasta ternama di kota mereka tinggal.

Sementara itu, ayahnya merupakan mantan pesepakbola profesional yang terpaksa harus pensiun dini karena cedera lutut kambuhan. Sang ayah kini bertugas menjadi asisten pelatih di salah satu klub di liga kasta kedua.

Ibunya Gina kini berstatus ibu rumah tangga sambil menjalankan bisnis makanan dan minuman yang bisa dipesan secara online. Dia dulunya bekerja sebagai pegawai di salah satu bank swasta. Dia mengundurkan diri lima belas tahun yang lalu karena menuruti kehendak sang suami.

Ibunya Gina ini tipe istri penurut sama suami, termasuk dengan rencana mencari menantu yang beprofesi sebagai pesepakbola atau yang bekerja di dunia sepakbola. Ibunya Gina setuju dengan rencana suaminya itu, asalkan si laki-laki yang menjadi calon pasangan anaknya nannti itu akhlaknya baik terus bisa membimbing anaknya menjadi wanita shalehah.

***

Ayahnya Gina sudah tiga kali mengenalkan pemain di klub yang dilatihnya, tapi Gina menolak semuanya dengan berbagai alasan.

Alasan utama karena dirinya masih belum siap untuk menjadi seorang istri apalagi menjadi seorang ibu. Gina juga masih teguh pada sikapnya yang ingin fokus di karirnya, apalagi profesi yang dijalaninya saat ini memang sudah menjadi cita-citanya sejak kelas satu SMP.

***

"Kenapa kamu tidak kerja di klubnya ayah kamu saja? Siapa tahu disitu kamu bisa wujudkan impiannya ayah kamu," saran Melia, sahabatnya Gina saat sesi curhat tengah malam melalui whatsapp voice call.

"Ayahku sih tadi siang sempat nawarin seperti saran kamu itu. Tapi, hatiku belum srek. Aku masih senang di tempat kerjaku yang sekarang," respon Gina.

"Coba aja dulu, Gin, siapa tahu gaji di klubnya ayahmu lebih besar, apalagi itu klub lumayan kaya."

"Iya sih, Mel. Kalau ayahku serius mau aku kerja di klubnya, pasti ayahku nanti tawarin lagi. Setelah itu, baru deh mungkin aku coba tanya-tanya tentang gaji."

"Nah gitu bagus, Gin. Siapa tahu kan gaji gede dapat, jodoh juga dapat. Hehehe."

"Hm.. Tapi aku mau nanya, kamu kenapa kayak dukung banget rencana ayahku, Mel?"

"Kamu tahu kan ada mantanku pemain bola. Nah, kata dia, gaji di dunia bola itu gede banget, termasuk staff-staff medisnya, apalagi klub tempat ayahmu itu klub kaya. Aku sih dukung kamu dapat jodoh pemain bola, tapi aku ga rela kalau kamu sama mantanku. Aku masih sayang dia soalnya. Hahaha."

"Yaelah malah curcol. Hm.. Kalau pemain bolanya sih mungkin gajinya gede, tapi belum tahu kalau staf medisnya. Aku mau jalanin keinginanku dulu aja, kalau memang sudah takdirnya pindah tempat kerja nanti pasti ada saja jalannya."

***

Gina melupakan sejenak rencana dan impian ayahnya karena fokus di tempat kerjanya. Akhir-akhir ini, banyak pasien yang membutuhkan pertolongannya. Kebanyakan pasiennya berusia dibatas lima puluh tahun. Para pasiennya Gina juga berasal dari berbagai kalangan.

"Mohon maaf, Bu. Ibu ini tantenya Rafli kan, Bu?" tanya Gina.

"Iya, Dok. Hm.. Tapi, ponakanku ada dua yang namanya Rafli. Rafli yang mana, Dok?" jawab dan tanya balik si pasien.

"Rafli yang dulunya penyanyi cilik terus sekarang jadi Youtuber, Bu," jawab Gina.

"Oh.. Rafli Faris. Bu Dok kenal sama dia?"

"Tidak, Bu. Tapi, akhir-akhir ini aku sering nonton vlognya dia di Youtube, terus beberapa kali lihat Ibu di vlognya."

"Oh, begitu. Kirain Bu dok kenal, atau Bu Dok mau Ibu kenalin ke dia?"

"Kenalin?"

"Iya, siapa tahu Bu Dokter sama ponakan saya bisa.. Maaf, Bu Dokter sudah berkeluarga?"

"Belum, Bu. Alhamdulillah, saya masih fokus kerja, Bu."

"Oh, alhamdulillah. Kalau ada kesempatan, nanti Ibu kenalin dia ke Bu Dokter." Gina pun hanya tersenyum menanggapi perkataan ibu itu.

"Hm.. Kalau begitu, saya balik dulu ya, Bu Dokter."

"Iya, Bu. Jangan lupa minggu depan terapi pertamanya ya, Bu."

"Iya, Dok, In syaa Allah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Gina sambil senyum kemudian mempersilakan pasien berikutnya untuk masuk ke ruangannya.

***

"Gina.. Kamu masih nyaman di tempat kerjamu, nak?" tanya ibunya Gina.

"Alhamdulillah, nyaman, Bu. Hm.. Memangnya kenapa, Bu?" jawab dan tanya balik Gina.

"Hm.. Kamu sudah tahu kan, nak, ayahmu mau kamu kerja di klubnya?"

"Iya sudah tahu, Bu."

"Coba kamu pikirin dengan matang, nak. Terus minta sama Allah untuk dikasih petunjuk mana yang terbaik buat kamu, nak."

"Iya, In syaa Allah, Bu. Tapi, jujur Bu, Gina masih sangat nyaman di tempat kerja yang sekarang."

"Alhamdulillah kalau kamu nyaman, nak. Kalau ibu sih setuju-setuju saja dengan rencana ayahmu, tapi ibu juga harus menghargai keputusan kamu apalagi kamu masih nyaman kerja disana. Hm.. Kamu juga harus tahu ayah kamu itu sama sekali tidak maksa kamu harus pindah kok, nak.

"Iya, Bu, Gina paham. Ayah juga baru satu kali bicarakan itu sama Gina."

***

Dua bulan berlalu sejak ayahnya memberitahukan impian dan rencananya, Gina masih fokus bekerja di tempat kerjanya yang sekarang. Gina pun semakin betah dan nyaman.

Sementara itu, klub ayahnya juga belum pernah memberikan tawaran apapun kepadanya. Ayahnya belum berhasil meyakinkan manajemen klubnya untuk merekrut anaknya menjadi salah satu staf tim medis.

Ayahnya Gina juga tidak terlalu fokus mengurusi hal itu karena sedang menjalani jadwal pertandingan yang sangat padat. Dia beserta jajaran kepelatihan lainnya harus memastikan timnya bisa tampil impresif dan lebih percaya diri agar mampu meraih poin maksimal pasca nasib naas mengalami rentetan kekalahan di empat pertandingan beruntun. Kekalahan memalukan saat tumbang dari rival sekota di laga kandang.

***