Chereads / Istri CEO Klub Bola / Chapter 8 - Move On

Chapter 8 - Move On

Gina dan Bulan pun langsung fokus dengan pesanan mereka masing-masing. Mereka sangat fokus melahap makanan yang ada di hadapan hingga hampir tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka.

Selesai makan, mereka hanya istirahat sejenak karena sudah banyak pengunjung restoran itu yang mengantri. Mereka belum sempat melanjutkan obrolan mereka yang tertunda tadi.

***

Setelah menyelesaikan pembayaran pesanan mereka, Gina dan Bulan pun bergegas pulang.

Di tengah perjalanan, mereka melanjutkan obrolan yang sempat terpotong tadi.

"Oh iya, kak. Kakak belum ceritain lengkap kenapa kakak bisa putus dari mantan yang bikin kakak belum move on sampai sekarang."

"Oh iya, ya. Mulai dari mana ya ceritanya.."

"Hm.. Kalau tidak salah, tadi kakak cerita kakak tuh ldran sama dia."

"Oh iya. Jadi, dulu tuh kakak ldr sama dia terus kita sama-sama sibuk dengan pekerjaan. Nah, karena itu kami jarang komunikasi terus suka marah-marahan lah, terus saling curiga, pokoknya jadi sering berantem lah, dek."

"Jadi putusnya karena itu, kak?"

"Bukan itu penyebab utamanya sih, dek."

"Terus apa dong, kak?"

"Hm.. Jadi kami putus itu karena dia menerima dijodohkan sama orang tuanya, dek. Tapi, tidak lama mereka batal menikah."

"Oh begitu. Tapi, kenapa kakak tidak balikan atau setidaknya dekat lagi dengan dia?"

"Masih sakit lah hati ini, dek. Dia lebih pilih cewek lain waktu itu. Dia sih terus coba hubungi kakak, tapi kakak blokir semua medsosnya."

"Kalau aku di posisi kakak, aku juga pasti kayak gitu sih, kak. Tapi, coba aja dulu, kak, siapa tau dia jodoh kakak."

"Ah, enggak, ah."

"Tapi, kalau tidak salah ingat, kakak kan bilang sampai sekarang belum bisa move on dari kenangan dan orangnya."

"Iya, dek. Saya itu sama dia cuma satu tahun tapi selama itu dia selalu bisa bahagiakan saya. Pokoknya dia treat kakak like a queen. Dia juga tidak pernah kasar kalau marah. Pokoknya the best lah. Tapi, itu lagi, kok dia tega ninggalin kakak demi cewek yang antah berantah."

"Tapi kan pernikahannya batal, kak."

"Mungkin itu karma buat dia, dek."

"Hm.."

"Tapi orang tuaku tidak apa-apa soal dia, kami backstreet."

"Kok backstreet, kak?"

"Dia yang minta, dek. Terus setelah ldr, saya juga jadi kurang yakin sama dia makanya yaudah ga usah kakak kenalin sama keluargaku."

"Hm.. Bukannya bermaksud gimana-gimana ya kak, tapi kalau backstreet itu biasanya ada yang disembunyiin, kak."

"Nah itu, dek. Kakak juga sering berpikir begitu. Tapi katanya, dia belum siap aja ketemu sama orang tuanya kakak."

"Hm. Alasan aja itu, kak."

"Mungkin ya, dek. Tapi, biarkan lah, sudah masa lalu."

"Hm.. Sudah nyampe nih, kak. Padahal masih banyak lho yang mau aku tanyain ke kakak."

"Tanya aja lewat wa, dek. Oh iya, obrolan kita tadi jangan sampai ada orang lain yang tahu ya, dek."

"Oke siap, kak. Makasih tumpangannya, kak."

"Iya, makasih juga sudah mau jadi tempat curhat dari tadi."

"Tidak masalah, kak."

"Okelah, dek. Assalamu'alaikum," pamit Gina menuju rumahnya sambil membunyikan klakson mobilnya.

"Wa'alaikumsalam, kak," jawab Bulan.

***

Gina mendapatkan jatah libur hari ini. Dia pun memanfaatkannya dengan beristirahat di kamarnya sambil menonton film-film luar negeri terbaru. Gina hanya keluar kamar untuk makan dan mandi.

Rina memanfaatkan waktu ini liburnya ini dengan baik karena dia tahu betul mulai besok jadwal tim akan sangat padat, terutama tim akademi klub yang menjadi tanggung jawab utamanya. Kendati begitu, Gina tetap mengecek data kesehatan tim akademi yang berlatih hari ini. Semua masih terkendali dalam pantauannya.

***

"Kamu libur lagi hari ini, nak?" tanya ayahnya Gina sesaat sebelum mereka sarapan.

"Tidak, yah. Nanti jam satu baru ke kantor. Ayah melatih kan nanti sore?" jawab dan tanya balik Gina.

"Iya, nak. Tapi, mungkin menu latihannya tidak terlalu berat apalagi kan baru-baru bertanding."

"Iya sih, yah. Apalagi ada beberapa pemain yang secara data medis, staminanya masih di bawah standar."

"Oh, iyakah, nak?"

"Iya, yah. Coba koordinasi sama dokter Andri, yah."

"Oh, pantasan. Kemarin, coach Jason ajak ayah sama asisten coach yang lainnya untuk ketemu dokter Andri secepatnya. Mungkin mereka berdua sudah komunikasi duluan."

"Iya, yah."

"Ehem.. Sarapan dulu ya. Supaya kalian kuat kerjanya," ucap ibunya yang membawa makanan hasil masakannya yang sudah tidak diragukan lagi kelezatannya.

"Siap, Ratuku," respon ayahnya Gina.

"Aduh, jangan bikin iri jomblo, dong," protes Gina.

"Makanya cepat cari jodoh terus nikah, nak," ledek canda ayahnya Gina.

"Pengen sih tapi belum ada yang cocok, yah."

"Sudah.. Sudah.. Makan dulu. Nanti lagi bahas jodoh. Ibu sudah lapar banget nih," sela ibunya Gina.

***

Gina merasa kerjaannya hari ini cukup melelahkan dan membosankan karena ternyata Bulan sehingga dia merasa cukup kesepian. Namun, Gina tetap profesional dan berusaha menikmati setiap tugas yang diberikan dr. Andri dan dr. Billy.

Gina cepat pulang hari ini. Sebelum jam setengah enam, dia sudah sampai di rumah. Sementara itu, Coach Feri, ayahnya Gina masih melatih hingga jam enam sore.

Sesampainya di rumah, Gina istirahat sejenak di kamarnya lalu mandi sore. Selesai mandi, Gina bersiap untuk melaksanakan shalat maghrib bersama ibunya. Sebelum shalat, Gina sempat merapikan kasurnya yang sedikit berantakan.

***

"Gimana tadi kerjaan kamu, nak?" tanya ibunya Gina beberapa saat setelah mereka shalat.

"Alhamdulillah lancar, Bu. Tapi, bosen. Ga ada temen. Bulan lagi libur ternyata."

"Oh. Gitu. Kamu ga nyamperin ayahmu tadi di lapangan?"

"Tidak, Bu. Takut ganggu terus takut dibilang caper juga."

"Caper?"

"Iya, Bu. Cari perhatian ke pemain. Takunya dikira begitu, Bu."

"Oh, begitu. Hm.. Kamu makan dulu gih sana. Ibu udah masak ikan bandeng. Ada juga terong tumis kecap kesukaanmu."

"Wah. Enak bangetbtuh pasti. Tapi, bentar aja ya, Bu. Gina belum laper."

"Oh, okelah, atau sekalian kita tunggu bapakmu pulang dulu aja baru kita makan."

"Sepakat, Bu. Hehehe."

***

Klub Glory United FC akan menghadapi pertandingan keduanya di Liga musim ini. Kali ini, mereka harus bertandang ke klub yang bermarkas di Pulau Sumatera, Sumatera Jaya FC.

dr. Gina dan dr. Bulan belum ditugaskan untuk mendampingi tim di laga away. Mereka masih harus menyelesaikan setiap pekerjaan yang ada di kantor klub. Hanya dr. Andri dan dr. Billy yang ikut bersama para pemain dan pelatih kesana.

"Bulan, bisa temani kakak di kantor besok pagi?" tanya Gina melalui sambungan telepon whatsapp.

"In syaa Allah bisa, kak. Tapi, ada apa ya, kak?"

"Besok itu kan tes medis rutin untuk tim akademi. Kakak minta bantuan kamu, ya minimal bagian administrasinya. Bisa kan, dek?"

"Oh iya bisa, kak. Jam berapa, kak?"

"Kalau bisa sih kamu sudah di kantor jam delapan karena kita mulainya jam sembilan."

***