Chereads / Istri CEO Klub Bola / Chapter 7 - Mantan

Chapter 7 - Mantan

"Dok.. Bagaimana kalau kita rapat di hotel saja setelah makan malam?" usul dr. Billy.

"Hm.. Oke, boleh. Tapi, data-data yang mau kita bahas sudah kalian back up?" respon dan tanya dr. Andri.

"Sudah diamankan sama dokter Gina, dok," jawab dr. Billy.

"Iya, dok, sudah saya siapkan semuanya," respon dr. Gina.

"Oh, okelah. Kalau begitu, sekarang kita balik ke hotel," kata dr. Andri.

"Siap, dok," respon dr. Gina mewakili anggota staff medis lainnya.

***

Begitu sampai di hotel, mereka istirahat beberapa saat di kamar masing-masing lalu makan malam di restoran hotel. Mereka menyantap menu yang sama seperti makanan dan minuman yang disajikan untuk para pemain dan staff kepelatihan.

Selesai makan, staff medis lanjut rapat di sebuah ruangan yang pihak klub telah menyewa khusus buat mereka. Sementara itu, para pemain dan tim pelatih langsung kembali ke kamarnya masing-masing.

Mereka rapat cukup lama, kurang lebih selama satu setengah jam karena banyaknya data yang harus mereka kelola bersama.

"Oke, kita cukupkan saja sampai sini. Besok jam sembilan kita rapat lagi di tempat ini," kata dr. Andri. "Baik, dok," jawab kompak semua anggotanya.

Selesai rapat, dr. Andri dan dr. Billy kembali ke kamar mereka masing-masing. Sementara itu, anggota staff medis lainnya pulang ke rumah masing-masing.

Sebelum pulang, Gina menyempatkan diri pamitan ke ayahnya. "Gina pulang ya, yah. Kasihan ibu di rumah sendirian," pamit Gina."

"Oh iya, nak. Hm.. Kamu sama siapa pulang?"

"Sama Bulan, yah."

"Oh, oke. Hati-hati ya."

"Iya, yah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Lalu, Gina pun bergegas pulang. Dia baru sampai di rumah sekitar jam setengah sebelas.

***

"Kamu hari ini ke kantor, nak?" tanya ibunya Gina sesaat sebelum sarapan.

"Tidak, Bu. Tapi, dr. Andri suruh ke hotel pagi ini untuk rapat karena masih banyak data yang mau dibahas."

"Oh gitu. Bulan juga ikut?"

"Iya, Bu. Semua anggota tim medis ikut."

"Oh, yayaya. Kalau begitu, ayo sarapan dulu."

Sambil makan, ibunya Gina bertanya banyak hal kepada sang anak. Pembahasan utama tetap soal pekerjaan anak tunggalnya itu.

Akan tetapi, setelah membicarakan itu, sang ibu ingin tahu soal kehidupan asmara Gina.

"Bagaimana, nak? Sudah ada yang memikat hatimu saat ini?"

"Belum, Bu. Ibu kan tahu Gina lagi fokus-fokusnya kerja. Belum ada waktu mikirin itu, Bu."

"Iya, tapi jangan sampai terlena ya, nak. Ibu juga mau lihat kamu nikah."

"Iya, Bu. In syaa Allah."

"Hm.. Ibu penasaran kamu itu sudah berapa lama jomblo? Kalau tidak salah yang terakhir itu kamu sama Rey, kan? Atau ada lagi setelah itu?"

"Iya, terakhir sama Rey, Bu. Itu sudah lebih tiga tahun."

"Lumayan sudah lama juga ya, nak."

"Kamu belum move on dari dia atau memang lagi tidak mau buka hati dulu untuk saat ini?"

"Alhamdulillah, Gina sudah move on dari lama, Bu, apalagi Gina sama Rey itu juga tidak sampai enam bulan. Gina lagi malas aja buka hati terus pdkt, Bu."

"Oh, begitu. Atau jangan-jangan ada mantan selain Rey yang kamu belum move on dari dia terus kamu masih nunggu dia sampai sekarang, nak?"

"Tidak ada, Bu. Untuk apa berlama-lama tidak move on, Bu."

"Yayaya. Kamu itu persis ibu waktu muda. Susah jatuh cinta terus gampang move on."

"Iya dong, namanya juga anaknya Ibu Dinda."

"Hahaha.. Bisa aja kamu, nak."

***

Sebenarnya, ada yang ditutupi Gina tentang kisah asmaranya dengan mantannya. Gina belum mau ceritakan itu ke ibunya. Namun, dia janji pada dirinya suatu saat akan bercerita, setidaknya sebelum menikah kelak.

Selesai sarapan, Gina langsung bersiap berangkat ke hotel untuk rapat. Kali ini, dia berangkat sendirian karena supirnya sedang pulang kampung merawat anaknya yang sedang sakit. Akan tetapi, Gina tiba di hotel sendirian karena Bulan minta nebeng. Mereka berdua pun sampai di hotel lebih cepat setengah jam dari waktu yang telah disepakati kemarin.

***

Begitu sampai di ruangan tempat rapat, mereka mengeluarkan semua data dan hasil analisa mereka masing-masing. Lalu, mereka mencari solusi dan menarik kesimpulan dari setiap hasil data-data itu.

Mereka rapat cukup lama karena tadi ada perdebatan yang cukup menguras waktu dan pikiran. Mereka baru selesai rapat ketika sudah mau masuk waktu shalat dzuhur.

"Kamu tidak shalat, dek?" tanya Gina ke Bulan.

"Tidak kak, lagi halangan," jawab Bulan.

"Oh, sama dong. Kalau begitu, ayo keluar cari makan. Mau ga?"

"Boleh.. Boleh.. Mau makan dimana, kak?"

"Apa ya yang bagus? Sushi aja kali ya."

"Boleh juga. Di Mall MTR kan, kak?"

"Iya."

***

Selama perjalanan menuju mall, Gina dan Bulan tidak banyak berbicara. Bulan fokus menyetir, Gina sibuk membalas chat di grup teman kelas SMPnya yang membuatnya tersenyum hingga sesekali tertawa terbahak-bahak.

Sesampainya di mall, mereka langsung menuju restoran yang telah disepakati. Mereka pun langsung memesan makanan dan minuman favorit mereka.

Sambil menunggu pesanan datang, Gina dan Bulan bergantian bercerita tentang kisah hidupnya, termasuk kisah asmaranya masing-masing.

"Eh.. Kamu itu masih jomblo atau sudah jadian sama Juan, dek?"

"Hah? Kenapa Juan lagi yang dibahas, kak?"

"Bukan masalah Juannya, dek."

"Terus apa, kak?"

"Ada yang mau kakak tanyakan tapi kamu jawab dulu pertanyaan yang tadi."

"Oh.. Alhamdulillah, sampai saat ini masih jomblo akut, kak. Kalau soal Juan, jangankan jadian, kami chatan juga jarang sekali. Aku juga tidak tertarik sama dia."

"Yayaya.. Kamu sudah berapa lama jomblo?"

"Kenapa memangnya, kak?"

"Udah, jawab aja dulu, dek."

"Sudah mau empat tahun, kak."

"Hm.. Sudah lama juga, ya. Itu kamu lama jomblo begitu karena belum move on dari mantan?"

"Tidak, kak. Saya itu orangnya lumayan cepat sekali move on, kak."

"Terus kenapa bisa lama begitu? Tidak mungkin dong tidak ada yang dekat sama kamu selama empat tahun ini."

"Ada sih pernah, kak. Tapi, masih belum yakin. Masih belum srek gitu lho, kak."

"Oh begitu. Yayaya."

"Memangnya kenapa, kak?"

"Kakak tuh mau tanya gimana sih caranya move on seutuhnya?"

"Kenapa nanya gitu, kak? Kakak belum move on dari siapa?"

"Ada lah seseorang, dek."

"Hm.. Kakak belum move on karena apa? Belum move on dari orangnya atau kenangannya?"

"Hm.. Karena apa ya.. Awalnya sih kakak berpikir belum move on karena kenangan kami berdua. Tapi, anehnya kenapa makin kesini justru kakak tidak bisa move on dari orangnya."

"Boleh tahu ga kak, kakak dulu putusnya karena apa?"

"Kami tuh dulu LDR terus karena jarak itu rasa percaya di antara itu semakin hari semakin menipis. Terus kami putus karena itu.. Terus.."

"Maaf, kak. Ini pesanannya. Minumannya tunggu sebentar ya, kak," kata salah seorang pelayan restoran yang mengantarkan pesanan mereka.

***