Gina sebenarnya ingin bertanya ke ayahnya tentang kabar yang dia dapat dari Pak Adi. Namun, Gina terpaksa menundanya sebab mood sang ayah sedang tidak bagus karena tim menderita dua kekalahan dari tiga tandang di Pulau Sumatera. Alhasil, Gina mau tidak mau harus menunggu suasana hati ayahnya normal kembali.
Kendati begitu, Gina bukannya tidak ada usaha untuk menuntaskan rasa penasarannya. Gina pun bertanya kepada ibunya.
"Bu.. Gina mau tanya sesuatu."
"Hm.. Mau tanya apa, nak?"
"Ibu akhir-akhir ini suka nonton acara gosip? Di tv atau di youtube gitu?"
"Akhir-akhir ini sih sudah jarang. Memangnya kenapa, nak?"
"Hm.. Ibu tahu Rafli Faris?"
"Rafli Faris yang dulu penyanyi cilik?"
"Iya, Bu, tapi sekarang dia jadi youtuber."
"Oh, ibu tahu. Memangnya ada apa, nak? Dulu waktu kamu kelas satu sampai dua SD kamu ngefans banget sama dia."
"Hah? Iya kah, Bu? Gina tidak ingat sama sekali."
"Iya. Dulu dia acara sabtu sama minggu sore. Kamu itu pasti nonton dia."
"Hm.. Sumpah, Gina tidak ingat sama sekali, Bu."
"Terus kenapa dengan Rafli, nak?"
"Hm.. Pak Adi bilang kalau istrinya baru-baru nonton di acara gosip. Istrinya bilang Rafli mau beli klub tempat Gina sama ayah kerja, Bu."
"Serius? Hm.. Ibu sih belum pernah lihat beritanya. Ayah kamu juga belum cerita apa-apa tentang itu."
"Oh, gitu ya, Bu."
"Hm.. Kamu lagi libur hari ini, nak?"
"Iya, Bu."
"Bisa temenin ibu ke salon nanti siang, nak?"
"Hm.. Bisa, Bu. Gina juga sudah lama tidak ke salon."
"Sudah dzuhur ya nak kita kesana. Ibu sudah booking tadi malam."
"Iya siap, Bu. Gina mandi dulu ya, Bu."
"Oke. Sudah mandi, kamu langsung sarapan ya."
"Iya, Bu."
***
Selesai mandi dan sarapan, Gina bersantai di kamarnya sambil membalas chat-chat di semua akun media sosialnya yang belum sempat dan ingin dibalasnya. Sebab, ada juga chat yang belum sempat tapi dia tidak ingin membalasnya.
Rafael, mantan kekasih hati yang membuat Gina belum move on seutuhnya hingga kini, tetiba mengirim chat dengan akun baru instagramnya. "Jika berkenan, mari jalin silaturahmi kembali. Tak berkenan pun tak apa-apa."
Kalimat itu sudah sering sekali Gina terima dari Rafael sejak Rafael batal menikah dari wanita yang dijodohkan orang tuanya. Kalimat itu pula yang terkadang hampir menggoyahkan kokohnya tekad Gina untuk move on.
Gina pun memilih mengabaikan chatnya Rafael. Dia tidak ingin memblokir mantannya itu lagi karena pikirnya percuma saja pasti sang mantan akan membuat akun-akun baru lagi. Lalu, Gina pun membalas chat-chat dari teman-temannya semasa sekolah dulu yang selalu berhasil membuat hari-harinya ceria.
***
Gina tidak jadi ke salon menemani ibunya karena dia merasa masih butuh istirahat lebih. Untungnya, ibunya memakluminya. Ibunya pun terpaksa pergi sendirian. Namun, tidak benar-benar sendirian karena ternyata si ibu telah janjian dengan tiga orang teman kelompok arisannya.
Sambil menikmati trearment salon, salah satu teman ibunya Gina menanyakan kabar Gina karena bermaksud ingin menjodohkan Gina dengan anak keduanya.
"Eh, ses, ngomong-ngomong, Gina itu sekarang sudah punya calon suami?" tanya Ibu Alma, salah seorang teman ibunya Gina.
"Belum, ses. Dia lagi fokus kerja di kantornya yang baru."
"Kantor? Bukannya dia kerja di rumah sakit ya?"
"Udah pindah. Sekarang dia kerja jadi tim medis di klub ayahnya."
"Oh gitu ya, ses."
"Memangnya kenapa, ses?"
"Tidak kenapa-kenapa sih, ses. Cuma mau ngenalin si Rudi ke Gina. Siapa tahu bisa berteman."
"Oh begitu. Kalau kenalan atau berteman sih boleh-boleh saja. Tapi, anak saya itu cuek terus kadang juga galak sama laki-laki."
"Hm.. Gina tidak pernah pacaran ya, ses?
"Pernah tapi kayaknya terakhir itu tiga tahun yang lalu."
"Wah lama juga ya, ses."
"Iya, ses. Aku tuh sama ayahnya sebenarnya sudah beberapa kali jodohin dia tapi dianya belum mau. Katanya sih mau fokus kerja sama belum ada yang srek di hatinya."
"Kalau bisa jangan dibiarin terlalu lama gitu, ses. Hati-hati jangan sampai jadi perawan tua lho."
"Itu juga yang aku khawatirin, ses. Aku takut dia keasyikan kerja sampai cuek dengan urusan jodohnya."
Ibu Alma tidak merespon ucapan ibunya Gina lagi karena dia ketiduran saat tengah asyik menikmati treatment dari salon langganan para pejabat yang ada di daerah itu.
***
Selepas dari salon, Ibu Dinda, ibunya Gina langsung pulang. Sampai di rumah, dia segera menuju ke kamarnya untuk bersantai. Sementara itu, Gina baru saja terbangun dari tidur pulasnya.
"Sudah bangun?" tanya ibunya Gina ke sang anak melalui chat whatsapp.
"Baru bangun, Bu," respon Gina setelah hampir sepuluh menit.
"Siap-siap sholat ashar, nak. Sudah sholat, ibu mau ngobrol sama kamu."
"Baik, Bu."
***
Selesai sholat, Gina dan ibunya berdiskusi tentang suatu hal yang tidak jauh dari urusan jodoh.
"Tadi jadi ke salon, Bu?"
"Iya jadi, nak."
"Sendirian atau sama teman, Bu?"
"Sama teman, nak. Nah.. Teman ibu nanyain kamu tadi, nak."
"Nanyain Gina? Ada apa, Bu?"
"Dia nanyain kamu sekarang kerja dimana. Terus.. Dia juga mau ngenalin anaknya ke kamu."
"Hm.. Terus, respon ibu gimana?"
"Ya ibu jawab kalau kenalan sih boleh-boleh saja tapi ibu juga kasih tahu ke dia kalau kamu sekarang lagi fokus banget sama kerjaan kamu."
"Iya, Bu. Tapi, ibu ga ngasih kontak Gina ke dia kan, Bu?"
"Engga dong, nak. Ibu juga harus izin ke kamu dulu lah."
"Alhamdulillah."
"Hm.. Kamu memang mau belum buka hati ya, nak?"
"Buka hati sih, Bu, tapi belum ada yang Gina persilakan masuk. Hehehe."
"Aduh ada-ada saja kamu, nak. Terus, apa saja syaratnya kalau ada orang yang mau masuk ke hatimu?"
"Tidak tahu, Bu. Gina juga bingung. Mungkin simplenya gini, Bu.. Cowok itu harus punya kunci yang membuat hatinya Gina tidak bisa terbuka lagi buat cowok yang lain."
"Nah.. Kuncinya itu apa, nak?"
"Nah itu juga yang Gina tidak tahu sampai sekarang."
"Aduh susah juga kalau begitu, nak."
"Kalau susah, tidak usah terlalu dipikirkan, Bu. Hehehe. In syaa Allah, kalau memang sudah waktunya, Gina pasti dapat jodoh terus menikah."
"Iya, ibu juga paham soal itu. Tapi kan kita sebagai manusia juga harus berusaha, nak."
"Iya, Bu. Tapi harus dari usahanya Gina juga, Bu. Gina tidak srek kalau dijodoh-jodohkan, nanti terpaksa kan jadinya tidak bagus buat semuanya, Bu."
"Hm.. Iya, nak. Ibu sama ayahmu cuma bisa berharap yang terbaik buat kamu."
"Aamiin. Makasih ya, Bu."
Mereka masih lanjut ngobrol tapi pembahasan mereka beralih ke topik pengelolaan keuangan. Rencananya, Gina mau mengikuti jejak kedua orang tuanya untuk berinvestasi reksadana saham.
***