Setelah mengecek dapur, Gina dan Bulan kembali ke ruangan mereka masing-masing di kantor klub untuk beristirahat sejenak. Mereka istirahat sampai berkumandangnya adzan ashar. Lalu, mereka pun bergegas menunaikan kewajiban di mushalla di samping kantor klub. Mushalla itu baru diresmikan empat bulan lalu. Selesai shalat, Gina dan Bulan kembali ke kantor sebelum menuju lapangan latihan.
***
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore para coach dan para pemain semuanya. Pada kesempatan kali ini, kami dari tim medis akan memperkenalkan dua anggota baru kami. Paling kanan itu namanya dokter Gina dan di samping kirinya itu namanya dokter Bulan. Mereka berdua akan membantu kita semua setidaknya hingga musim depan. Untuk lebih jelasnya, dipersilakan kepada dokter Gina dan dokter Bulan untuk memperkenalkan diri," ucap dr. Andri selaku ketua tim medis.
"Baik, terima kasih, dok. Perkenalkan, nama saya Gina Safira. Kalian bisa panggil saya Gina atau Fira. Saya disini ditugaskan menjadi wakil ketua tim medis untuk tim akademi tapi kata dr. Andri saya juga bisa ikut membantu di tim senior. Mungkin itu saja dari saya, terima kasih."
"Perkenalkan, nama saya Bulan. Saya disini ditugaskan menjadi anggota tim medis untuk tim akademi. Sama seperti kak Gina, saya juga bisa ditugaskan untuk membantu tim senior. Sekian, terima kasih."
"Oke. Sekarang, silakan kalau ada yang mau bertanya ke kami atau mungkin tanya ke dokter Gina dan dokter Bulan," ucap dr. Andri.
"Dok. Saya mau bertanya. Saya sebagai kapten mewakili pemain-pemain yang masih jomblo, mau bertanya apakah dokter Gina dan dokter Bulan masih single atau sudah ada pasangan?" tanya kapten Hafid, kapten tim senior.
"Aduh kapten, nanti marah istrimu tanya begitu," respon dr. Andri.
"Bukan untuk saya dok, tapi untuk ini teman-teman yang jomblo. Hahaha," respon kapten Hafid.
"Yayaya.. Silakan dokter Gina dan dokter Bulan kalau mau dijawab," kata dr. Andri. Sayangnya, dr. Gina dan dr. Bulan hanya tersenyum dan tidak mau menjawab.
"Kalau dokter Bulan, silakan kalian tanya langsung nanti. Tapi, kalau dokter Gina, kalian bisa langsung tanya ke Coach Feri," ucap dr. Andri yang membuat para pemain diam terheran.
"Ya.. Dokter Gina ini anak tunggalnya Coach Feri. Jadi, kalau kalian mau tanya sesuatu tentang dokter Gina, silakan langaung saja ke beliau. Bagaimana coach?" sambung dr. Andri.
Coach Feri hanya tersenyum dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
***
Coach Feri yang memimpin latihan untuk tim senior hari ini karena pelatih kepala sedang tidak fit. Latihan berlangsung hingga jam enam sore dengan berbagai menu. Menu utamanya adalah penguasaan taktik bertahan yang kerap menjadi kelemahan mereka saat berlaga.
Selesai latihan, Coach Feri mandi di kamar mandi yang ada di ruang ganti. Setelah mandi, Coach Feri melaksanakan shalat maghrib di ruangannya. Usai shalat, Coach Feri langsung menuju ke kantor klub untuk mengajak Gina pulang. Akan tetapi, Gina sudah pulang duluan bersama Bulan sedari tadi.
***
"Tadi sebenarnya ayah mau nebeng di mobil kamu, nak. Tapi, hp ayah lobet terus ayah lupa bawa cas sama powerbank," ucap Coach Feri ke Gina sesaat setelah mereka makan malam di rumah.
"Hm.. Terus ayah pulang sama siapa?" tanya Gina.
"Sama Pak Herman, untung dia belum pulang," jawab ayahnya Gina.
"Oalah. Maaf, yah. Harusnya lain kali ayah bilang mau pulang jam berapa, yah."
"Iya, nak. Ayah lupa tadi. Tapi, semoga besok mobilnya ayah sudah sehat."
"Eh.. Bagaimana kerjaanmu tadi, nak? Lancar atau ada kendala?"
"Alhamdulillah, bisa dibilang lancar. Tapi, Gina juga masih berusaha adaptasi, yah. Gina juga tadi baru kenalan sama orang-orang yang kerja di dapur."
"Alhamdulillah kalau begitu, nak. Tapi, ayah juga mau kasih saran ke kamu. Kamu harus selalu ramah ke semua orang yang bekerja di lingkungan kerja kita ya, nak. Terus, kalau kamu butuh bantuan apa-apa, jangan ragu minta bantuan sama mereka. Mereka pasti akan bantu kamu."
"Iya, yah. In syaa Allah."
***
Selesai sarapan sebelum berangkat ke kantor klub, Gina dan ayahnya berbincang cukup serius. Sementara itu, ibunya Gina sibuk membersihkan dapurnya.
"Hm.. Ayah mau nanya sesuatu, tapi ayah harap kamu tidak marah."
"Hm.. Mau nanya apa, yah?"
"Kamu kan sudah liat atau mungkin kenalan sama para pemain. Sudah ada yang memikat hatimu, nak?" tanya serius ayahnya Gina tapi seakan bercanda.
"Ayah serius tanya itu atau cuma bercanda, yah?" tanya balik Gina.
"Serius dong, anakku sayang. Masa bercanda," jawab sang ayah.
"Aduh ayah. Gina itu sekarang mau fokus dulu kerja, apalagi ini dunia baru buat Gina. Gina juga belum ada kenalan secara personal sama pemain, yah, karena memang Gina belum mau memikirkan itu."
"Oh iya, nak. Kalau sudah ada yang memikat hatimu, bilang-bilang ya ke ayah."
"Siap, yah."
***
Hari ini, ibunya Gina ikut dengan suaminya dan anaknya ke kantor klub karena ada acara syukuran dan doa bersama dalam rangka menyambut musim yang baru.
Perjalanan mereka sempat terhadang macet. Di tengah kemacetan, mereka berdiskusi. Lagi dan lagi pembahasan mereka seputar jodohnya Gina.
"Gina.. Ibu mau tanya sesuatu."
"Tanya apa, Bu?"
"Sebenarnya tipe suami idaman kamu itu kayak bagaimana, nak? Siapa tahu ibu sama bapak bisa bantu carikan buat kamu, nak."
"Duh ibu, berat banget pertanyaannya. Hehehe."
"Berat bukan berarti tidak bisa dijawab kan, nak."
"Iya, Bu. Gina coba jawab ya. Jadi, laki-laki idaman Gina itu yang pastinya seiman dan sholeh, Bu. Kalau bisa sih hafidz, Bu. Hehehe. Terus pekerja keras dan sayang sama orang tuanya terus bisa sayang sama ibu dan bapak juga. Nah itu susah, Bu. Gina khawatir salah pilih, Bu."
"Kalau soal fisik bagaimana, nak?"
"Hm.. Gina sih berharap punya suami nanti lebih tinggi, tapi jangan terlalu tinggi, Bu. Hehehe"
"Oh. Kriteria kamu kok kayak kriteria ibu ya, nak."
"Iya, Bu. Tapi, kan ayah tidak tinggi, Bu."
"Bapakmu memang tidak tinggi tapi kan lebih tinggi dari ibu. Terus bapakmu juga kan laki-laki sholeh ya meskipun belum jadi hafidz."
"Ehem.. Ehem.. Ada apa nih bicarakan bapak?" tanya ayahnya Gina.
"Iya. Tapi, bapak fokus nyetir aja. Ini urusan cewek-cewek. Hahaha," jawab ibunya Gina.
"Iya. Iya. Jadi, ayah ga boleh ikut nimbrung nih?"
"Boleh kok, yah. Hm.. Gina mau nanya.. Ayah sama ibu mau punya menantu kayak bagaimana kriterianya?"
"Coba ayah yang jawab dulu," respon ibunya Gina.
"Hm.. Kalau ayah sih berharapnya suami kamu nanti itu kerjaannya di dunia sepakbola juga, kalau bisa. Kalau soal sifat, yang pasti attiudenya baik, tidak bandel, dan sayang sama kita sekeluarga, nak. Kalau soal fisik, itu tergantung selera kamu."
"Hm.. Oke. Oke. Kalau ibu, gimana?"