"Nanti saja dibahas, kak. Coach sudah menunggu," kata Bulan.
"Nanti jelasin ya," pinta Gina
"Ga janji kak. Hahaha," respon Bulan.
***
Gina menjalankan tugasnya dengan baik pada pagi hari ini, meskipun ini pengalaman yang baru buatnya. Bulan juga benar-benar membantu kakak seniornya itu. Etos kerja mereka diapresiasi dr. Andri dan anggota staff medis lainnya.
"Kalian luar biasa. Saya harap salah satu atau mungkin saja kalian berdua bisa gantikan posisi saya suatu saat ini," kata dr. Andri ke Gina dan Bulan.
"Saya salut sama kalian. Dua orang perempuan, masih muda terus anggota baru di dunia yang baru bagi kalian tapi cekatan sekali," ucap dr. Billy.
"Saya juga kagum. Kalian cepat sekali proses belajarnya, padahal kalian belum ada tiga bulan kerja disini," tambah dr. Martin.
"Terima kasih, Dok. Saya sama Bulan juga masih perlu belajar dan butuh bimbingan," respon Gina.
"Iya, Dok. Kami ini masih minim ilmu dan pengalaman. Jadi, mohon bantuannya, Dok," respon Bulan.
***
Setelah menjalankan tugasnya, Gina pun beristirahat di hotel, di kamar bapaknya. Sementara itu, rencananya, Bulan kembali ke rumahnya dan baru akan bergabung kembali nanti sore satu jam sebelum pertandingan di stadion.
Gina tidur sangat pulas, tapi tetap bisa terbangun sesuai alarm yang telah dia setel di hpnya. Setelah terbangun, Gina terlebih dahulu mengumpulkan nyawanya secara utuh sebelum bersiap berangkat ke stadion.
"Halo, kak Gina, dokter Andri sudah menunggu kita di lobby hotel," ucap Bulan.
"Iya ini lagi siap-siap. Eh, bukannya kamu tadi bilang nanti nyusulnya langsung ke stadion?"
"Iya, rencananya begitu, kak. Tapi, dokter Andri suruh saya balik kesini, kak."
"Oh, begitu. Tolong bilang ke dokter Andri, paling lambat sepuluh menit saya sudah di lobby."
"Oke, siap, kak."
***
Seluruh pemain, staff kepelatihan, dan staff medis berangkat ke stadion sepuluh menit sebelum jam tiga. Lima belas menit kemudian, mereka sampai di stadion yang sudah ramai dengan keriuhan suporter tim tuan rumah. Tidak kurang dari tiga puluh ribu penonton yang hadir untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding hari ini.
"Ramai juga ya, dok," ucap Gina ke dr. Andri sesaat setelah mereka memasuki pintu gerbang area stadion.
"Iya, apalagi ini pertandingan pertama musim ini toh."
"Iya dok, apalagi saya sudah lama sekali tidak injakkan kaki ke ini stadion. Ada kayaknya sepuluh tahun."
"Padahal ayahmu sudah hampir empat tahun kerja disini."
"Iya, dok. Tapi, saya sibuk kuliah terus langsung lanjut kerja."
***
Gina dan staff medis lainnya langsung menuju ruangan khusus dekat ruang ganti para pemain. Mereka menyiapkan segala alat yang penting untuk dibawa ke pinggir lapangan nanti saat mendampingi tim bertanding.
Namun, hanya dr. Andri dan dr. Billy yang ditugaskan di pinggir lapangan. Mereka stand by di dekat bench pemain cadangan. Sementara itu, Gina dan staff medis lainnya menyaksikan pertandingan dari tribun penonton vip.
"Di sebelah mana bagus, kak?" tanya Bulan.
"Hm.. Disitu saja, dek, supaya dekat dari lorong," jawab Gina sambil menunjuk tempat duduk yang dimaksud.
"Oke, ayo, kak," ajak Gina.
Lalu, mereka berdua pun menuju tempat yang telah disepakati.
***
Sembari menunggu wasit meniup peluit pertanda kick off, Gina bertanya sesuatu ke Bulan.
"Eh dek, apa maksud kamu tadi yang soal Rio?"
"Hm.. Cuma bercanda, kak."
"Oh.. Kalau yang serius itu kamu sama Juan? Hahaha"
"Astaga kakak.. Kenapa Juan terus yang dibahas? Kakak suka ya sama dia?"
"Kalau kakak suka, kamu cemburu ya?"
"Enggak dong, kak. Cie kak Gina sama Juan,"
"Astaga, kenapa jadi serangan balik. Serius ya dek, menurutku, kamu cocok sama Juan."
"Tapi menurutku tidak, kak."
"Kenapa tidak?"
"Prittt..." bunyi peluit wasit pertanda kick off yang sekaligus otomatis menghentikan sementara pembicaraan antara Gina dengan Bulan.
***
Lima belas menit awal pertandingan, permainan dikuasai tim tuan rumah, Glory United FC. Namun, sayang sekali, pertahanan tim tamu, Spirit, masih terlalu kokoh untuk bisa ditembus.
Pertandingan berlangsung seru dan ketat. Kedua tim saling berbalas serangan. Akan tetapi, hingga menit empat puluh, belum ada satu pun gol yang tercipta.
Barulah menit empat puluh satu, Juan membawa tim tuan rumah unggul berkat sepakan jarak jauhnya berhasil bersarang ke jala gawang lawan. Skor satu kosong menutup babak pertama.
"Cie.. Cie.. Juan cetak gol," kata Gina ke Bulan sesaat setelah mereka berselebrasi melompat kegirangan.
Bulan hanya tersenyum dan tidak merespon kakak seniornya itu dengan perkataan.
***
"Cie.. Rio masuk tuh, kak," ucap Bulan.
"Rio? Nomor berapa?" respon Gina.
"Itu nomor tujuh belas, kak."
"Hah? Bukannya itu Ferdi?"
"Iya, kak. Tapi, teman-temannya panggil dia Rio, katanya sih mirip Rio yang pemain bola eropa."
"Oh, jadi selama ini Rio yang kamu maksud itu Ferdi."
"Iya, kak. By the way, Ferdi itu suka lho sama kakak."
"Ah, jangan bikin gosip kamu, dek."
"Ih, beneran, kak. Coba tanya aja langsung ke Ferdi."
"Yakali nanya langsung. Ada-ada aja kamu."
***
"Prittt..." bunyi peluit wasit dari tengah lapangan pertanda babak kedua telah dimulai.
Tidak seperti babak pertama, awal babak kedua kali ini dikuasai tim tamu yang ngotot ingin mencetak gol penyama kedudukan. Akan tetapi, Juan, Ferdi, dan kawan-kawan masih tangguh menghalau serangan lawannya.
Hingga menit tujuh puluh tujuh, skor masih tetap satu kosong untuk keunggulan tuan rumah. Barulah menit kedelapan puluh delapan, gol kedua tercipta. Gol kali ini dicetak Ferdi melalui sundulan memanfaatkan umpan tendangan pojok dari kapten mereka, Hafid Alim.
Mayoritas penonton, tentunya kecuali suporter tim tamu, merayakan gol itu. Gina dan Bulan pun kembali meloncat kegirangan.
"Cie kak Gina. Itu Ferdi selebrasinya nunjuk kakak lho barusan," goda Bulan.
"Ah, mana ada. Pacar atau keluarganya kali yang dia tunjuk."
"Kalau pacar atau keluarganya pasti ada di sekitar kita yang respon selebrasinya Ferdi, kak."
"Mungkin ada, tapi tadi kita kan fokus juga selebrasi."
"Astaga, aku serius lho kak."
"Sudah.. Sudah.. Kita lanjut nonton saja."
"Ih, kakak mah gitu."
***
Gina dan Bulan kembali fokus menonton pertandingan selesai. Tim tuan rumah, Glory United FC, berhasil mempertahankan keunggulan mereka dengan skor dua kosong hingga akhir laga.
Seusai pertandingan, Gina dan Bulan langsung menuju ruangan khusus tim medis dekat ruang ganti pemain.
Di ruangan itu, mereka menyiapkan segala keperluan untuk rapat nanti malam. Rencananya, mereka akan mengevaluasi kondisi fisik para pemain, baik yang tadi turun bermain maupun yang terpaksa hanya duduk manis di bangku cadangan.
Sementara itu, dr. Andri dan dr. Billy masih di lapangan berkoordinasi dengan staff kepelatihan mengenai menu pendinginan bagi para pemain yang tadi bertanding dan latihan tambahan bagi para pemain yang tidak bertanding.
***