Grace sedang meletakkan beberapa piring makanan di atas meja saat Aldi sampai di rumah.
"Loh, tumben kamu sudah pulang. Biasanya larut malam?" tanya Grace sambil melirik jam yang menunjukkan pukul tujuh malam lewat sedikit.
"Hari ini tutup lebih awal karena pemiliknya mengalami kecelakaan tadi. Suaminya memintanya untuk segera menutup kafe," jawab Aldi sambil duduk dan menyomot sebuah tempe goreng dari piring.
"Cepat mandi dulu. Kita mau ada tamu,"
"Tamu?" gumam Aldi. Dia belum mengetahui jika yang akan datang bertamu ke rumahnya adalah Laura dan suaminya. Iapun beranjak menuju kamarnya untuk mandi.
***
Sementara itu di rumah Christian, Laura sedang menyisir rambutnya di depan cermin saat suaminya keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan pakaiannya.
"Mulai besok kamu pulang sore saja. Aku akan mencarikan beberapa karyawan lagi untuk kafemu. Dan aku juga sudah menyuruh Chintia untuk mengurus semuanya saat kamu sudah pulang," ucap Christian.
"Hah? Pulang sore? Itu berarti aku gak bisa melihat Aldi menyanyi saat malam? Bagaimana ini?" batin Laura. Laura menerawang kosong.
"Ayo kita pergi," kata Christian lalu pergi lebih dulu meninggalkan Laura yang maaih terdiam. Dia lalu mengekor di belakang Christian menuju rumah Grace. Karena letaknya hanya di seberang rumah jadi mereka hanya jalan kaki menuju sana.
TING TONG
"Selamat datang di rumah saya. Silakan masuk," ucap Grace mempersilakan Christian dan Laura masuk ke dalam rumahnya. Aldi baru saja keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan Christian dan juga Laura. Mereka langsung menuju ruang makan.
"Kalian hanya berdua?" tanya Christian saat hendak duduk.
"Ayah masih kerja, jam sembilan malam nanti baru pulang," jawab Grace.
"Oh begitu, sayang sekali," gumam Christian.
"Ngomong-ngomong adikmu kuliah atau kerja di mana?" tanya Christian kemudian.
"Iya, oh Aldi dia seorang penyanyi kafe," kata Grace dengan bangga mengenalkan Aldi pada Christian dan juga Laura.
"Apa sih kak!" Aldi menyenggol lengan Grace.
"Oh iya? Di kafe mana? Istri saya juga sekarang sedang mengelola sebuah kafe," sahut Christian.
"Apa namanya Al?" tanya Ana pada Aldi.
"Lau's cafe," jawab Aldi lirih.
"Lau's ka.." Grace menggantung kalimatnya. Seperti familiar dengan nama kafe itu.
"Bukankah itu kafe milik bu Laura?" tanya Grace kemudian.
"Iya benar itu kafe milik istri saya,"
Mata Christian dan Grace kini tertuju pada Laura yang semenjak tadi hanya diam.
"Iya, dia memang bekerja di kafeku," kekeh Laura.
"Astaga, sungguh suatu kebetulan," ucap Grace merasa bahagia setelah mendengar ternyata adiknya bekerja di kafe milik istri bosnya.
"Heh, kenapa kamu gak pernah bilang? Kakak kan jadi malu" bisik Grace pada Aldi.
"Kakak gak pernah tanya," jawab Aldi enteng.
"Memang dasar bocah ini!" Grace mencubit pinggang Aldi membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Sakit kak!" keluh Aldi.
Mereka mulai kembali menikmati makan malam dengan santai. Tak banyak percakapan lagi yang keluar dari bibir masing-masing. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu.
"Terima kasih makanannya Grace," ucap Christian saat sudah selesai dengan makanannya.
"Iya saya yang berterima kasih karena pak Christian sudah mau datang ke rumah saya. Oh iya, ada yang mau saya perlihatkan ke pak Christian bisa kita ke ruang kerja saya sebentar?"
"Oh baiklah,"
Christian dan Grace akhirnya pergi ke ruang kerja Grace yang tidak jauh dari tempat mereka makan. Mereka tampak membicarakan hal yang serius sambil memperhatikan komputer milik Grace.
Aldi melirik ke arah ruangan itu lalu berganti ke arah Laura yang masih memainkan makanan di piringnya.
"Bagaimana tanganmu? Apa masih sakit?" tanya Aldi sedikit mengejutkan Laura. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Aldi yang duduk di depannya.
"Sudah gak apa-apa," jawab Laura sambil tersenyum tipis.
Lalu hening kembali di antara mereka.
"Hmm.. apa kamu menyukai spongebob?"
"Hah?" Laura heran dengan pertanyaan acak dari Aldi.
"Ah gak lupakan saja. Aku hanya asal bicara"
"Jika aku mengatakan ini bisakah kamu anggap aku hanya asal bicara?"
Aldi memandang heran ke arah Laura. Ia tidak tahu apa maksud Laura mengatakan hal itu padanya.
"Aku suka saat melihatmu bernyanyi. Aku suka saat kamu khawatir padaku ketika tanganku terluka. Aku suka bunga pemberianmu walaupun aku tahu kamu mengambilnya dari taman rumah sakit,"
"Jadi kamu tahu," gumam Aldi. Ia tersenyum mengetahui perbuatannya yang ketahuan.
"Tiap kali aku mengingatnya, hal itu membuatku tersenyum. Aku pasti sudah tidak waras," ucap Laura lalu kembali menatap makanan yang ada di piringnya.
"Sepanjang hari. Aku gak bisa berhenti memikirkanmu. Setiap harinya aku merasa bisa gila jika tidak melihatmu," kata Aldi tiba-tiba.
Laura melirik ruangan di mana Christian dan Grace berada. Memastikan jika mereka tidak mendengar ungkapan gila dari mereka berdua.
"Maaf seharusnya aku gak mengatakan hal ini," Aldi menyesal telah membuat Laura menjadi tidak nyaman karenanya.
"Gelangmu bagus, dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Laura mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu menyukainya?" Aldi melepas gelang anchor berwarna hitam miliknya dan memakaikannya pada tangan Laura.
"Ah, gak. Aku hanya.." belum sempat Laura menghindar gelang tersebut sudah melingkar di pergelangan tangannya. Tidak lama terlihat Grace dan Christian sudah keluar dari ruangan kerja Grace dan menuju ke meja makan. Laura segera menyembunyikan tangannya di bawah meja.
"Ayo kita pulang," ajak Christian.
"Iya," jawab Laura.
"Kami pamit pulang dulu ya," ucap Christian. Grace mengangguk dan mengantarkan mereka berdua sampai depan pintu.
***
Malam harinya..
Laura memandangi Christian yang sudah terlelap di sebelahnya. Dia membalikkan badannya dan memunggungi suaminya. Tangannya ia letakkan di depan cahaya temaram lampu yang berada di nakasnya. Memperhatikan gelang pemberian Aldi yang nampak biasa tapi terasa istimewa.
"Kini baru aku sadari. Cinta bisa hadir tabpa di sadari. Dengan perlahan tapi pasti. Merasuk di jiwa ini.
Perasaan ini takkan pernah aku mengerti. Sejenak khilafku lupakan dia yang miliki diriku.
Saat cinta menyentuh hati. Akupun tak kuasa untuk menghindari. Meski aku telah berdua, aku jatuh cinta lagi."
__Laura__
"Matikan lampunya jika tidur," ucap Christian membuyarkan lamunan Laura.
"Ah iya," jawab Laura lalu mematikan lampunya. Ia mencoba untuk tidur agar bisa mencerna semua kejadian yang menimpanya hari ini. Ia belum tahu pasti perasaannya pada Aldi akan bersikap sementara atau lebih lama. Awalnya dia mengira semua ini karena ia mendapatkan semua hal yang tidak bisa ia dapatkan dari Christian. Tapi bagaimana jika perasaan ini sudah semakin dalam? Bagaimana jika nanti Christian mengetahui hal ini? Ah sudahlah Laura enggan memikirkannya untuk sekarang. Mau tidak mau dia harus siap menerima konsekuensinya di kemudian hari, meskipun itu bukan hal yang diinginkannya.