"Pimp Pimp !"
Suara klakson mobil mengalihkan perhatian Laura dan Chintia yang sedang asyik berbincang di dalam kafe saat itu. Mereka lalu mendekati mobil yang terparkir di depan kafe.
Aldi keluar dari kursi kemudi dan menunjukkan kunci mobilnya pada mereka berdua. Laura dan Chintia terkejut melihat mobil Aldi. Baru beberapa minggu yang lalu Chintia menyuruhnya membeli mobil kini Aldi benar-benar membelinya.
"Aku hanya mampu membeli yang seperti ini. Bukan mobil mewah seperti milik Pak Christian," ucap Aldo merendah sambil menyentuh mobil jeep wrangler sport berwarna merah yang belum lama ini dia beli. Dia membelinya bekas milik seseorang melalui kenalannya. Setelah lama berpikir akhirnya dia memutuskan untuk membelinya.
"Hei, ini bagus tahu. Kerenn!" Puji Chintia. Ia lalu mengelilingi mobil itu, dan kembali pada Aldo.
"Bagaimana jika kita mencoba berkeliling sebentar? Mumpung kafenya belum buka," usul Chintia.
"Baiklah, satu putaran saja ya," jawab Laura.
Chintia langsung melompat senang. Dia menuju kursi depan tapi dengan cepat Aldi menghalanginya dan menarik tangan Laura untuk duduk di depan.
"Ah iya! Aku hampir melupakan Hyunsik. Kita juga harus mengajaknya," Chintia lalu kembali ke dalam kafe untuk mememui Hyunsik yang saat itu sedang mengelap gelas.
Laura dan Aldi bertemu pandang saat sudah duduk di dalam mobil.
"Ehem, mobil yang bagus," ucap Laura basa-basi.
"Terima kasih, aku membelinya agar kita bisa jalan-jalan berdua. Apa kamu mau?"
"Iya, aku mau," jawaban yang keluar dari mulut Laura membuat dirinya terkejut sendiri. Bagaimana bisa dia semakin tampak murahan di depan Aldi? Dia selalu tidak bisa menolak perkataan lelaki itu.
Sementara itu Chintia menghampiri Hyunsik yang bergeming sambil mengelap satu per satu gelas.
"Hyunsik! Apa kamu mau jalan-jalan sebentar dengan mobil baru Aldi?" tawar Chintia.
Hyunsik melirik ke arah luar dan terlihat mobil milik Aldi. Lalu kembali pada Chintia.
"Tidak, kalian saja," jawab Hyunsik sambil menggeleng dan tersenyum.
"Kenapa? Sebentar saja kok,"
"Kalian bersenang-senanglah sebentar. Aku harus menyelesaikan ini,"
"Kamu membuatku terlihat seperti rekan kerja yang jahat. Kalau begitu aku juga gak ikut, aku akan menemanimu saja. Tunggu sebentar aku bilang dulu pada mereka," kata Chintia lemah lalu berjalan kembali ke depan.
"Mana Hyunsik?" tanya Laura saat Chintia kembali tanpa Hyunsik.
"Dia gak mau ikut. Sebagai kekasih yang baik aku akan menemaninya di kafe,"
"Sayang sekali, kalau begitu..." ucapan Laura terhenti saat Chintia kembali menutup pintu mobil yang sebelumnya sempat ia buka.
"Kalian pergilah berdua. Masih ada 30 menit sebelum kafe buka. Aldi aku titip Laura ya, sepertinya dia butuh menghirup udara segar," ucap Chintia.
"Baiklah, serahkan saja padaku," jawab Aldi sambil tersenyum pada Chintia. Tanpa menunggu waktu lama Aldi menyalakan mobilnya dan keluar dari area kafe. Chintia hanya melambaikan tangannya dan melihat kepergian mereka.
"Padahal aku ingin menaikinya," gumam Chintia nampak sedih.
"Kita mau ke mana?" tanya Laura saat mobil Aldi sudah menjauh dari kafe.
"Ke mana ya? Aku juga tidak tahu mau membawamu ke mana," jawab Aldi sambil tersenyum tipis.
Tidak lama mobil Aldi berhenti di halaman sebuah sekolah dasar yang sudah tak terpakai. Hal itu terlihat karena bangunannya sudah nampak tua dan tidak terurus. Meskipun berada di tengah kota, namun sekolah itu nampak seperti ditinggalkan.
"Sekolah dasar? Kenapa kita ke sini?" tanya Laura penasaran.
"Karena di sini banyak pepohonan. Aku dengar tadi kamu butuh udara segar,"
"Tapi kenapa ke sini? Di taman juga banyak pohon,"
"Sebenarnya ini dulu sekolahku," lirih Aldi.
"Benarkah? Ah jadi kamu mau bernostalgia. Aku juga rindu sekolahku,"
"Sebenarnya gak ada yang ku rindukan dari sekolah ini. Banyak kenangan buruk saat itu,"
"Kenapa?" tanya Laura. Dia melihat wajah murung Aldi. Meskipun ia menjalin hubungan terlarang dengannya tapi ia tak banyak tahu mengenai lelaki itu.
JEDER!
Tiba-tiba suara petir menyambar. Lalu di ikuti hujan yang langsung deras. Laura melihat hujan yang turun ke kaca mobil. Seketika Aldi menangkup pipi Laura dan membawa matanya lagi padanya.
Jantung Laura lagi-lagi berdegup kencang karena perlakuan Aldi. Jari-jari lelaki itu terasa hangat menyentuh kulitnya. Bibirnya menangkap bibir Laura dan mengulumnya perlahan. Laura memejamkan matanya saat Aldi membawanya semakin dalam kehangatan yang mereka ciptakan.
Tangan Aldi meraih tuas kursi dan menariknya membuat kursi Laura tertarik ke belakang. Tangannya lalu kembali pada kepala Laura dan mengelus rambut wanita itu tanpa melepaskan pagutannya. Tangannya kini menuju kerah kemeja Laura kemudian turun melalui kancing-kancing dan membukanya satu per satu.
Seolah sudah terbuai dengan seluruh sentuhan Aldi. Laura membiarkan dirinya pasrah dengan segala yang di lakukan Aldi. Lelaki itu berhasil melepas semua yang menghalangi tubuh Laura tanpa melepaskan bibirnya dari bibir Laura.
Laura memalingkan wajahnya yang malu setelah Aldi melepaskan pagutannya.
"Kenapa? Aku gak akan memaksamu jika kamu tidak ingin melakukannya," suara Aldi terdengar parau.
Laura memandang wajah Aldi. Ia tahu jika sekarang lelaki itu sedang menginginkannya. Dan ia sendiri juga menginginkan sentuhan Aldi lebih jauh lagi. Tanpa menjawab pertanyaan Aldi, Laura melingkarkan tangannya pada leher Aldi dan mengecup bibirnya.
Mendapat lampu hijau dari Laura, Aldi membalas kecupan Laura. Tangannya kini dengan berani bermain di sekujur tubuh Laura dari bawah hingga atas membuat wanita itu semakin lepas kendali menikmatinya.
Dengan cepat Aldi melepas seluruh pakaiannya dan menyatukan tubuhnya dengan tubuh Laura. Wanita itu tampak kesakitan saat Aldi kesulitan menerobos dinding kehormatan Laura. Dengan tekanan yang lebih keras akhirnya milik Aldi berhasil menembus pertahanan Laura.
Aldi menoleh ke arah Laura yang sudah duduk memandang kosong ke arah depan.
Ia tidak menyangka jika selama ini Laura masih suci. Dia tahu jika wanita itu tidak bahagia dengan pernikahannya, tapi ia sama sekali tidak mengira jika Laura belum pernah melakukan hal itu dengan suaminya.
"Apa kamu menyesal?" tanya Aldi pada akhirnya.
"Heh, emm enggak," jawab Laura sambil tersenyum tipis.
"Maafkan aku," ucap Aldi penuh penyesalan.
"Jangan minta maaf seperti itu. Hal itu membuatku gak nyaman. Kita melakukannya atas dasar saling suka. Jadi gak perlu ada yang menyesal,"
Aldi mengecup pipi Laura, dan menggenggam tangan kirinya.
"Aku akan selalu ada untukmu. Jadi jangan khawatir," ucap Aldi yang dibalas anggukan oleh Laura.
Kini mereka berdua kembali ke kafe karena sudah melewatkan jam buka. Entah alasan apa yang akan mereka gunakan untuk Chintia dan Hyunsik. Mungkin untuk Chintia mereka tidak perlu ambil pusing, tetapi kalau Hyunsik mengingat jika lelaki itu sudah mengetahui hubungan antara Laura dan Aldi. Mungkin dia tidak akan semudah itu percaya pada alasan mereka.