Dalam perjalanan menuju rumah ayahnya, diam-diam Laura mencuri pandang pada Christian. Sejak bertemu di kafe Christian belum mengucapkan sepatah katapun pada Laura membuat Laura menjadi cemas jika benar Christian sudah mendengar cerita mengenai dirinya versi Astrid.
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor?" tanya Laura pada akhirnya mencoba untuk mencairkan suasana yang dingin di dalam mobil itu.
"Baik-baik saja seperti biasanya," jawab Christian sekenanya.
Lalu kembali hening di antara mereka. Laura menekuri rok selutut yang ia pakai. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana bersikap terhadap suaminya itu.
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu," kata Laura tiba-tiba.
Laura langsung menoleh karena penasaran dengan apa yang ingin Christian tanyakan padanya. Apa ini mengenai hubungannya dengan Aldi? Apa benar Christian sudah mengetahuinya? Apa akhirnya Laura akan berakhir diusir dari rumah dan kafe Christian?
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Laura lalu menelan salivnaya.
"Apa kamu menyesal menikah denganku?"
"Hah?" Laura terkejut mendengar pertanyaan dari Christian. Pertanyaan itu tidak sesuai dengan dugaanya.
"Aku sadar aku belum bisa menjadi suami yang baik untukmu. Dan juga kamu menikah denganku bukan karena cinta. Aku penasaran apakah kamu menyesal sudah menikah denganku?"
"Aku nggak pernah menyesal menikah denganmu," jawab Laura yang sebenarnya dia tidak yakin dengan jawabannya. Tapi entah kenapa jawaban itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
"Baiklah, itu saja sudah cukup untukku," ucap Christian sambil tersenyum tipis. Dia akhirnya bisa menepis segala tuduhan Astrid terhadap Laura. Karena ia berpikir jika mungkin saja Laura menyesal sudah menjadi istrinya itu berarti sangat mungkin jika Laura berselingkuh darinya.
30 menit kemudian mobil Christian sampai di halaman rumah ayah Laura. Laura turun dari mobil dan langsung memeluk dan mencium tangan ayahnya yang sudah menunggu di teras rumah. Lalu di sambung dengan Christian yang mencium tangan ayah mertuanya.
Meskipun ayah Laura bekerja di perusahaan Christian ,tapi mereka hampir tidak pernah bertemu. Karena pekerjaan ayah Laura hanya menjadi helper untuk tim produksi. Dan Christian jarang sekali mengunjungi ruang produksi.
Sekali lagi dia merasa bersalah karena belum bisa menjadi menantu yang baik. Dia melihat betapa Laura dan ayahnya begitu saling menyayangi meskipun mereka bukan ayah dan anak kandung. Ada perasaan hangat yang menjalar di sekujur tubuh Christian. Dia juga ingin sekali merasakan kehangatan keluarga seperti mereka. Setelah ini Christian berencana untuk lebih sering memperhatikan mertuanya selama di kantor. Dia jadi teringat kembali dengan ucapan Laura satu tahun lalu yang mengatakan jika pekerjaan ayahnya begitu berat untuknya.
Christian melihat ayah mertuanya yang sudah tidak muda lagi. Kenapa baru kali ini dia sadar? Sebelumnya dia begitu dingin dan tidak peduli, kini dia menjadi merasa bersalah terhadap mereka berdua.
"Tunggu di sini ya, ayah buatkan minum untuk kalian," kata ayah Laura. Dia lalu berdiri untuk menuju dapur.
"Biar Laura saja yah!" seru Laura tapi langsung ditolak oleh ayahnya.
"Sudah kamu duduk saja sama nak Christian, biar ayah yang buat,"
Laura terpaksa duduk kembali karena penolakan dari ayahnya. Pak Fahmi melakukan ini karena ada niat terselubung yag sudah dia rencanakan seharian ini.
Saat sudah sampai di dapur, Pak Fahmi membuat dua gelas teh hangat, setelah selesai ia tak langsung membawanya ke ruang tamu melainkan dia mengambil dua buah obat dari dalam saku celananya. Obat itu adalah obat perangsang yang ia dapat dari tetangganya.
Pagi tadi..
Pak Fahmi seperti biasa sebelum pergi ke kantor selali menyempatkan diri untuk menyiram tanaman-tanamannya. Kegiatan ini rutin ia kerjakan semenjak beberapa tahun yang lalu. Ada kesenangan sendiri saat melihat rumahnya dipenuhi dengan tanaman hijau dan bunga-bunga yang indah.
"Eh Pak Fahmi, lagi nyiram bunga ya Pak. Rajin banget," kata salah satu tetangganya yang kebetulan lewat.
"Iya nih, Bu Ayu habis belanja ya?"
"Iya nih, habis belanja sayuran. Oh iya Pak, bagaimana dengan Laura, sudah ada kabar mengenai calon cucu pak Fahmi?" tanya Bu Ayu iseng. Seperti biasa ibu-ibu komplek selalu ingin tahu mengenai tetangganya.
"Belum Bu, sepertinya saya masih harus bersabar untuk bisa menimang cucu," jawab Pak Fahmi seadanya.
"Mungkin mainnya kurang hot kali Pak, makanya nggak jadi-jadi hihi," kata Bu Ayu dengan cekikikan.
"Kalau mengenai itu, saya tidak tahu Bu," Pak Fahmi mencoba menanggapinya dengan biasa saja. Karena dia tahu betul watak Bu Ayu yang memang selalu ceplas ceplos.
"Kalau Bapak mau, saya bisa kasih obat yang selalu saya dan suami saya pakai Pak,"
"Obat apa tuh Bu?" Pak Fahmi mulai penasaran.
"Obat supaya mainnya lebih hot," bisik Bu Ayu.
"Memang bisa berhasil Bu?"
"Tentu saja, buktinya anak saya ada 8 Pak saking hotnya hihihi," ungkap Bu Ayu.
Pak Fahmi nampak berpikir sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk mencobanya. Mungkin saja memang manjur.
Setelah mendapat persetujuan dari Pak Fahmi, Bu Ayu langsung pulang ke rumahnya untuk mengambil obat yang ia maksud untuk diberikan kepada anak dan menantu Pak Fahmi.
"Ini Pak obatnya, campur saja di minuman mereka pasti langsung bereaksi,"
"Terima kasih Bu Ayu, mudah-mudahan manjur ya. Saya bisa secepatnya menimang cucu,"
"Sama-sama Pak, tidak perlu sungkan,"
Setelah Bu Ayu pergi, Pak Fahmi langsung masuk ke dalam untuk menelepon Laura dan menyuruhnya untuk mampir ke rumah malam ini. Dia begitu tak sabar ingin memberikan obat ini kepada mereka.
Setelah memastikan obat sudah tercampur dengan baik, Pak Fahmi segera memberikan minuman itu kepada Laura dan Christian.
"Kenapa lama sekali Yah?" tanya Laura.
"Tadi air panasnya habis jadi Ayah masak dulu. Kamu ini nggak sabaran," jawab Pak Fahmi yang tentu saja hanya alibi.
"Ayo diminum. Nak Christian juga. Dihabiskan ya.."
Laura dan Christian akhirnya meminum teh itu karena Pak Fahmi terus mendesak mereka.
"Kalian menginap ya malam ini. Hari sudah malam, pasti kalian capek," kata Pak Fahmi mencoba menahan mereka agar obat bereaksi dengan sempurna.
Laura menoleh kepada Christian untuk menanyakan keputusannya.
"Baiklah, kita menginap saja malam ini," jawab Christian.
Tentu saja hal itu membuat Laura dan Pak Fahmi senang mendengarnya.
"Ayo dihabiskan minumnya, lalu kalian segera tidur karena besok kan masih harus bekerja,"
Christian dan Laura segera menghabiskan minuman mereka. Setelah habis, Pak Fahmi terus mendesak mereka untuk istirahat saja di kamar membuat keduanya tidak punya pilihan lain selain menurutinya.
"Kenapa sikap Ayah aneh sekali malam ini?" gumam Laura saat sudah masuk ke dalam kamar lamanya.
Sementara Christian sibuk melihat-lihat isi kamar Laura. Di dinding terdapat banyak foto-foto dirinya bersama teman-temanya. Sedangkan fotonya dengan Pak Fahmi terpajang rapi di nakas yang berada di sebelah ranjang.
"Kenapa panas sekali ya? Padahal kipas anginnya sudah nyala. Biasanya dulu tidak sepanas ini," gumam Laura.
"Aku mandi sebentar ya," pamit Laura. Dia lalu keluar untuk mandi.
15 menit berlalu, Laura kembali ke kamar dengan rambut basah yang masih terselimut handuk.
Aroma harum tubuh Laura membuat Christian menelan salivanya. Tidak seperti biasanya, kali ini dia melihat Laura begitu cantik dan menggairahkan.
Sampai-sampai ada sesuatu yang begitu mengganjal tubuhnya. Yang harus ia tuntaskan malam ini.