Hyunsik melirik jam di tangan kirinya. Dia bernapas lega sebab tidak terlambat untuk pergi ke kafe. Karena semalam dia lembur untuk menyusun skripsi kuliahnya. Sebenarnya dia sedikit tidak enak badan pagi ini, tapi karena mengingat selama ini kafe selalu ramai apalagi berkat dirinya, ia menjadi tidak enak untuk absen bekerja.
Ia memandang jalanan dari jendela bus di sebelah kirinya, lalu saat bus berhenti untuk menaikkan penumpang dia melihat sosok orang yang dikenalnya yaitu Laura sedang naik ke dalam bus.
"Noo..na," panggilannya melemah saat ia juga melihat Aldi naik di belakang Laura.
Hyunsik kembali duduk di kursinya dan mengurungkan niatnya untuk menyapa Laura. Entah kenapa ia sangat kesal melihat mereka seperti itu. Dia benar-benar tidak menyukai sebuah penghiatan seperti yang mereka lakukan saat ini.
Tanpa disadari hatinya seperti teriris jika mengingat kejadian yang ia lihat beberapa hari silam antara Laura dan Aldi. Bukan karena apa. Melainkan dia bisa merasakan bagaimana perasaan suami Laura saat ini.
Ingatannya kembali melayang beberapa tahun silam. Saat ia belum lama kuliah di Indonesia. Dia pernah menyukai seorang gadis yang nampak sederhana tapi begitu manis hingga membuat Hyunsik jatuh hati padanya.
Mereka sempat menjalin hubungan beberapa bulan, sampai saat suatu hari gadis itu mengatakan jika dirinya hamil karena lelaki lain.
Bagai disambar petir di siang hari, rasanya ia tidak ingin mempercayai hal tersebut. Bagaimana mungkin gadis yang ia anggap begitu manis dan polos melakukan hal itu di belakangnya? Apa salahnya? Apa kekurangannya? Hyunsik tidak mampu mencerna kejadian yang menimpanya saat itu. Hingga sampai sekarang dia masih enggan untuk berhubungan dengan wanita lagi. Rasanya sulit bagi dirinya untuk percaya lagi terhadap wanita.
Mengenai gadis itu? Dia tidak pernah melihatnya lagi di kampus setelah ia mengungkapkan hal itu padanya. Itulah sebabnya dia sangat membenci sebuah penghianatan.
Hyunsik kembali mengamati Laura dan Aldi yang asyik bercanda. Mereka tentu tidak melihat kehadirannya yang duduk jauh di belakang karena merasa dunia hanya milik mereka berdua. Sampai saat bus berhenti dan Laura turun bersama Aldi. Hyunsik menjadi malas bekerja hari ini. Dia melewatkan pemberhentiannya dan tetap di dalam bus tanpa tujuan yang pasti.
Sebelumnya dia sempat mengirimkan pesan kepada Chintia jika dirinya tidak bisa masuk kerja hari ini karena sakit mata. Matanya memang benar-benar sakit setelah melihat Laura yang semakin dekat dengan Aldi hari ini. Dia memilih untuk kembali ke kamar kosnya untuk istirahat.
"Kok sudah pulang?" tanya ibu kos yang saat itu baru saja selesai memasak.
"Iya saya tidak enak badan bu, hmmm, baunya sangat enak," puji Hyunsik pada masakan ibu kosnya.
"Kalau begitu makanlah dulu lalu setelah itu kamu bisa istirahat,"
"Nanti saja bu, saya mau langsung tidur,"
"Baiklah, semoga cepat sembuh ya,"
Hyunsik lalu masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan ibu kos yang sudah seperti ibunya sendiri. Karena beliau selalu bersikap baik terhadapnya membuat dirinya merasa betah tinggal di sana.
Baru beberapa menit Hyunsik memejamkan mata, tapi suara ketukan dari luar pintu kamarnya terpaksa membuatnya terbangun. Ia berjalan malas menuju pintu dan membukanya.
"Ada perempuan mencarimu. Pacarmu ya?" goda ibu kos pada Hyunsik.
"Ah yang benar saja, saya kan tidak punya pacar," kekeh Hyunsik lalu keluar menuju teras untuk menemui tamunya.
"Noona, sedang apa di sini?" tanya Hyunsik setelah melihat Laura yang sedang duduk di teras rumah kosnya. Ia menghampiri Laura dan duduk di kursi sebelahnya.
"Aku dengar kamu sakit, jadi aku ingin menjegukmu," jawab Laura.
"Bukan untuk memastikan aku berbohong atau tidak?"
"Tentu saja tidak! Kenapa kamu berpikiran seperti itu?"
"Aku cuma mengira-ngira saja,"
"Hmm tapi kamu bilang, kamu sakit mata. Tapi kurasa mata kamu tidak kenapa-kenapa," guman Laura sambil memperhatikan mata Hyunsik dengan seksama membuat yang ditatap menjadi salah tingkah.
"A aku tidak bohong. Ini memang benar sakit. Hanya saja tidak bisa dilihat dengan mata telanjang," sangkal Hyunsik.
"Lalu harus dengan apa? Mata batin??" sahut Laura.
"Bukan begitu juga," jawab Hyunsik lalu berdiri dari tempat duduknya.
"Kalau tidak ada yang perlu noona bicarakan lagi, aku mau kembali istirahat," ucap Hyunsik tanpa memandang ke arah Laura.
"Jadi kamu mengusirku??"
"Maaf, tapi iya,"
Laura mendengus kesal karena ia sudah jauh-jauh ke sana tapi Hyunsik malah mengusirnya. Dia semakin merasa jika lelaki itu sudah banyak berubah padanya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi. Kamu istirahatlah. Dan aku harap besok kamu sudah masuk kerja ya," tutur Laura lalu mengambil tas nya dan berniat pergi dari rumah kos itu. Tapi baru sampai depan pagar langkahnya terhenti saat Hyunsik memanggilnya.
"Noona tunggu!"
Laura membalikkan badan dan sudah melihat Hyunsik di depan wajahnya.
"Bisakah noona berhenti untuk dekat dengan Aldi?"
Laura memiringkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Hyunsik. Sekarang ia tahu penyebab kenapa lelaki itu berubah dan terkesan menjauhi dirinya.
"Hyunsik dengar aku, ini semua tidak seperti yang kamu pikir," sangkal Laura. Dia tidak ingin orang lain mengetahui perasaan terlarangnya terhadap Aldi.
"Aku dan Aldi hanya.."
"Aku melihat apa yang noona lakukan di toilet dengan Aldi," potong Hyunsik membuat lidah Laura kelu dan tidak mampu meneruskan kata-katanya.
"Kamu serius?" tanya Laura memastikan hal tersebut. Dan Hyunsik hanya mengangguk membuat Laura gugup dan malu berhadapan dengannya.
"Sebelum semuanya terlambat aku harap noona segera mengakhiri hubungan noona dengan Aldi,"
"Mengakhiri? Aku bahkan belum memulai hubungan apa-apa dengannya," batin Laura.
"Kamu tidak tahu apa-apa tentang apa yang aku rasakan Hyunsik," ungkap Laura lemah.
"Aku memang tidak tahu bagaimana perasaan noona, tapi ini jelas sesuatu yang tidak benar. Aku tidak mau... nantinya noona akan terluka dan menyesal,"
Mata Laura terasa basah saat mendengar perkataan dari Hyunsik. Dia tahu lelaki ini begitu peduli padanya. Tapi ia sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak bisa menjauh dari Aldi. Jika Laura mau, sudah sejak saat kejadian di rumah sakit dulu Laura marah dengannya. Tapi kenyataannya ia sendirilah yang membawa dirinya semakin dalam terperangkap dalam perasaannya terhadap lelaki itu.
"Maafkan aku Hyunsik,"
"Untuk apa noona minta maaf? Jangan bilang jika noona.."
"Benar, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu untuk menjauh dari Aldi. Aku masih menikmati perasaan ini,"
Hyunsik tak bisa berkata apa-apa lagi. Setidaknya dia sudah berusaha menyadarkan Laura meskipun hal itu sia-sia. Memang tidak ada orang yang bisa mencegah saat seseorang sedang jatuh cinta.
"Aku akan memerima semua konsekuensinya nanti," ucap Laura lalu pergi meninggalkan Hyunsik yang masih berdiri mematung di depan pintu halaman.