"Senja kuat kok om, hanya kurang beruntung saja kali ini" Jawab Senja sambil mengeluarkan otot lengan kecilnya.
"Om percaya deh kamu kuat. Dulu kan kamu pernah jatuh dari pohon sama Deyana, Deyana udah nangis kamu masih meluk dia padahal kan kaki kamu yg berdarah" Mereka bertiga kembali tertawa mengingat kejadian itu. Deyana kecil yang sangat sayang pada Senja kecil.
"Papa ni" Deyana memukul punggung papanya karena malu.
"Senja. Om turut berduka cita atas kepergian Adisty, nampak sekali Adisty orang baik. Ia di sayang Tuhan makanya tuhan segara ingin Adisty berada disisinya"
"Terima kasih om. Bener kata om, Mama orang baik. Senja memang sayang pada Mama. Tapi, Tuhan jauh lebih sayang sama Mama"
Kali ini Senja tak kembali menangis seperti biasanya. Jika ada yang menyinggung tentang Kematian Mamanya. Karena ada Langit yang menguatkannya, benar kata Langit bahwa semua manusia pasti punya masalah.
Dan ia tahu. Bahwa, ia bukan Tuan Putri hidup bukan spesial untuk nya. Melainkan untuk pelajaran membenahi diri. Senja menatap Langit yang masih sibuk dengan layar laptopnya. Ia tersenyum tipis kearah Langit.
"Kamu harus menjadi Senja yang kuat ya. Om dan Deyana pamit dulu, hari sudah semakin malam"
"Baik om" Deyana menjulurkan tangannya untuk menyalam Dirga.
"Langit. Kamu tidak ikut pulang?" Tanya Dirga melihat kearah Langit.
"Tidak om. Kasihan Senja gak ada yg menemani" Jawab Langit.
"Mereka sudah nikah pa" Deyana tiba tiba menyambung percakapan Dirga dan Langit.
Senja dan Langit menatap sinis kearah Deyana. Deyana bergedik, ia memberikan senyum manisnya
"Kamu ini ada ada saja, Baiklah om pamit dulu ya. Jaga Senja ya Langit, dia sangat membutuhkanmu sekarang"
"Iya om pasti. Langit antar kedepan" Tawar Langit pada Dirga.
"Tidak usah. Jaga saja Senja" Dirga memberikan Senyumannya pada Langit
Langit membalas senyuman Dirga, Dirga dan Deyana keluar dari ruangan Senja. Langit mendekati Senja menarik selimut Senja kembali. Gadis itu sudah tertidur pulas. Langit tersenyum tipis kearahnya, lalu kembali pada tugasnya.
****
Senja bangun lebih awal dari pada Langit. Ia melihat kearah Langit yang tertidur diatas sofa dengan jaket yang menyelimuti badannya. Wajahnya terlihat sangat lelah, sudah pasti ia bergadang untuk menyelesaikan tugasnya
Senja turun dari kasurnya ia menghampiri Langit yang masih tertidur pulas. Dengkuran halus, alis tebal, mata khas, hidung mancung, dan wajah yang sangat mendekati sempurna.
"Lo ganteng." Senja tersenyum lalu menatap layar laptop Langit. Ia melihat ada beberapa tugas Langit yang belum selesai, Senja mencoba untuk memahaminya, 15 menit berlalu Senja berhasil mengerjakan 10 soal.
"Bisa kan gue" Senja mengajukan kedua jempolnya "Gue itu hebat, selama ini karena males aja"
Langit yang sadar ada keberadaan seseorang di depannya membuka matanya.
"Ngapain lo sama laptop gue?"
"Tuh udah aku kerjain"
"Emang lo bisa?" Tanya Langit dengar remehnya.
"Tuh, bisa kan" Senja mengambil laptop milik Langit, lalu memberikan Laptop tersebut pada Langit.
Langit mengkoreksi setiap pekerjaan Senja. Betapa kagetnya dia jawaban Senja semuanya benar. Senja memandang Senja heran, ia tak percaya apa gadis di depannya ini pura pura bodoh selama ini?
"Lo... Lo pura pura bodoh?" Ucap Langit terbata bata.
"Aku gak bodoh Langit! Cuma males aja selama ini"
"Waktu gue ngajarin lo, lo sama sekali ga ngerti dan gak bisa kan. Ini kenapa bisa?!" Tanya Langit yang merasakan Senja ini begitu aneh
"Aku jujur deh. Aku tu perhatiin kamu terus, kamu si ngajarin aku pake style ganteng banget" Senja membuat gelembung pada pipinya, Langit begitu gemas dengan tingkah laku gadis disampingnya ini. Tanpa ia sadari ia mengacak ngacak rambut Senja.
"Ih Langit rusak tau rambut aku" Senja menggeram lalu mencubiti lengan Langit.
"Aw aw sakitt. Iya ampun ampun" Langit menyerah ternyata cubitan Senja tak jauh beda dengan cubitan Bundanya.
"Resek banget deh"
"Lo cantik kalo lagi bete kek gini" Langit berusaha merayu Senja yang sedang ngambek pada dirinya itu.
Tentu saja Senja baper bukan main. Namun, ia harus pura pura jual mahal, Langit mulai mendekati wajahnya ke wajah Senja. Berusaha merayu gadis itu, dan tak lama Senja menoleh kearah Langit. Membuat Langit tak sengaja mengecup pipi Senja.
Keduanya terdiam 1 detik 2 detik 3 detik 4 detik 5 detik yaaaa. 1 Menit dalam keadaan seperti itu, Langit dan Senja sama sama terdiam. Kedua begitu kaget, apa yang barusan mereka lakukan.
"Selamat Pagi ini makanan untuk Sen.... Eh maaf maaf mengganggu" Ucap salah seorang perawat yang hendak mengantarkan makanan pada Senja.
Senja dan Langit langsung menjauh. Senja memilih untuk kembali ketempat tidurnya sementara Langit memilih ke toilet. Perawat itu masuk dengan malu malu, lalu meletakkan makanan untuk Senja diatas nakas.
"Saya permisi dulu, Silahkan di makan" Ucap perawat itu lalu memberikan Senja senyuman manis. Senja membalas senyuman manis suster itu.
8 menit berlalu Langit keluar dari dalam toilet dengan wajah yang masih memerah. Senja memandangi Langit, "Aneh" Batinnya. Tentu saja aneh. Langit baru pertama kalinya mencium gadis lain kecuali Bunda dan Ara. Namun, Senja baginya itu sudah hal biasa.
Tak heran jika Langit begitu kaku sekarang, dan sedikit malu. Langit menutup laptopnya dan meletakkannya pada kedalam tas. Lalu merapikan buku bukunya. Langit menatap keatas nakas Senja masih belum menyentuh makanannya.
Langit berjalan mendekati Senja. Namun, ia masih sedikit gugup. "Kenapa belum dimakan?" Tanya Langit heran.
"Entar lagi aja"
"10 menit lagi. Waktunya lo minum obat"
"Iya tau."
"Kalo begitu, ya makan"
"Suapin" Pinta Senja sedikit manja. Bukannya jijik Langit malah menuruti permintaan gadis itu.
"Geseran dikit. Gue mau duduk" Pinta Langit. Senja menggeser badannya dan membiarkan Langit duduk disampingnya.
Langit memasukkan sesuap bubur kedalam mulut Senja. Senja hanya menurut, hatinya sangat bahagia akhirnya, ia bisa merasakan hatinya jatuh cinta kembali setelah begitu dalam mengalami trauma.
"Besok udah boleh pulang kan?" Tanya Langit membuka percakapan diantara mereka.
Senja tak menjawab, ia masih sibuk memandangi wajah sempurna Langit. Bagi Senja, Langit adalah salah satu keindahan yang paling indah di muka bumi.
Langit mendekatkan wajah nya kepada wajah Senja. Semakin dekat. Senja memejamkan matanya ingin bibirnya mengulum senyum manis.
"Woi!" Langit berteriak di kuping Senja.
"Eh aduuuuuu Langit!" Senja mencubit lengan Langit begitu kuat.
Langit tertawa terbahak bahak, melihat muka merah Senja akibat ulahnya itu. Bahkan, rasa sakit ditangannya akibat cubitan Senja tak terasa. Yang ia rasakan saat ini adalah Bahagia.
"Puas banget ya Tuan Dezz" Ucap Senja menggeram.