Tiba tiba ponsel milik berdering. Ia segera mengeluarkannya dari dalam tas merah miliknya itu. Dan melepaskan pelukan Senja
"Sebentar ya sayang" Pamit Selly pada Senja. Lalu meninggalkan ruangan itu.
Senja menjawab Selly dengan memasang senyum indahnya. Ia lihat Ara yg tertidur nyenyak disampingnya, dan tangannya yang melingkar diperut Senja.
"Cantik" Ucap Senja sambil mengecup pipi gadi kecil itu.
"Abang Sky kenapa sakitin kakak Sunset nya minta maaf Sekarang!" Senja menoleh pada gadis itu. Ternyata ia sedang mengigau, membuat Senja tersenyum manis.
Ternyata gadis kecil ini dan Bunda Langit sangat menyayangi dirinya. Senja bagaikan ada di dekat Mamanya Sekarang. Bahagia dan merasa di cintai.
Tak lama Selly yang sudah selesai dengan telefon nya langsung masuk kembali keruangan Senja.
"Sayang maaf. Bunda harus pergi, ada pekerjaan mendadak di toko kue Bunda" Ucap Selly pada Senja sedikit kecewa.
"Bunda punya toko kue?" Tanya Senja.
"Hanya kecil kecilan. Dan baru merintis lumayan lah, untuk tambahan uang jajan" Selly tertawa kecil.
Senja menggangguk memahami Selly
"Bunda mau bawa Ara?" Tanya Senja
"Bagaimana ya? Kasiahan juga jika harus dibawa dalam keadaan tidur begini" Jawab Selly yang sedikit bingung.
"Gak usah di bawa lah Bunda. Nanti, malah gak jadi tidur"
"Iya juga ya. Dari kemarin dia mengigau ingin segera bertemu kamu. Tidak tenang tidurnya, selalu terbangun"
Senja tertawa mendengar pengakuan Selly. Lagi lagi kedua wanita ini mampu membuatnya seperti berada didalam rumah. Nyaman dan di Cintai
"Bunda titip Ara saja ya nak. Nanti sore setelah urusan Bunda selesai, Bunda akan datang kembali menjemputnya"
"Nah, gitu dong Bun. Senja juga masih kangen banget sama Ara" Ucap Senja bahagia lalu memeluk tubuh gadis kecil itu.
"Iya bunda tau itu" Sellya tertawa kecil.
"Dimana perlengkapan Ara Bunda?" Tanya Senja
"Susu dan beberapa helai pakaiannya ada di dalam tas ini" Ucap Selly memberikan tas kuning berbentuk Spongebob itu pada Senja.
"Baik Bun"
"Titip Ara ya sayang. Maaf Bunda merepotkan mu, padahal kamu masih dalam keadaan sakit"
"Tidak merepotkan Bunda. Justru Senja senang bisa bersama dengan Ara"
"Kalau begitu Bunda pamit ya nak" Selly mencium kening Ara. Tak lupa ia juga mencium pipi Senja
"Hati hati Bunda" Ucap Senja dengan semangat.
"Iya sayaang. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Jawab Senja. Senja sangat bahagia atas perlakuan Selly, ia sangat menyayangi Selly sekarang. Bagi Senja, Selly ada titisan mamanya.
Senja memilih memejamkan matanya, dan menyusul Ara kedalam alam mimpi. Senja memeluk Ara dengan sangat erat, sama seperti Langit memeluk Ara begitu nyaman baginya.
15 menit berlalu, Langit yang baru saja mengisi perutnya dari kantin rumah sakit, membuka pintu ruangan Senja.
"Kenapa begitu sunyi?" Batinnya.
Langit berjalan kearah tempat tidur, dimana ada Ara dan Senja di atasnya.
"Sama sama lucu" Ucapnya tanpa sadar
Langit mengelus rembut rambut Ara. Bagaikan sedang menyaksikan film kesukaannya. Entah mengapa Langit sangat suka dengan pemandangan diahadapannya ini.
Matanya tak beralih menatap Ara dan Senja, sesekali bergantian memegangi kepala Ara dan Senja.
Dengkuran halus Ara, membuatnya semakin ini bergabung kealam mimpi bersama mereka. Namun sial, tempat tidur ini terlalu sempit.
"Apa yg gue pikirin tadi? Gue mau tidur bareng mereka?! Astaga Langit!" Langit memukul keningnya
"Awss sakit egeb" Ucap Langit berkata pada dirinya sendiri. "Oh iya dimana bunda?" Heran Langit yang melihat sekeliling. Namun, tak menemukan Bunda tercintanya itu.
Langit memilih duduk diatas sofa. Entah mengapa ia jadi ikut mengantuk melihat dua wanita itu tidur begitu nyenyak.
Langit yang hendak meregangkan tubuhnya, dikagetkan dengan kedatangan seorang pria kedalam ruangan itu.
"Kamu siapa?!" Tanya pria itu sedikit sinis
Langit yang sudah pernah melihat pria itu, ketika hendak kerumah Senja tentu sangat mengenali siapa pria itu. Ya dia adalah Reynand.
"Saya Langit om. Temannya Senja" Langit mengulurkan tangannyan untuk menyalam Reynand. Reynand membalas uluran tangan Langit. Setalah itu Reynand berjalan mendekati putrinya itu.
"Ini siapa?" Tanya Reynand pada Langit, ketika melihat Ara yang masih tertidur disamping Senja.
"Oh dia adik saya om"
"Kamu yang menjaga Senja semalaman?"
"Iya om" Jawab Langit.
"Ini ponsel milik Senja. Jika dia bangun nanti tolong berikan ini padanya, Saya ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Tolong jaga dia ya" Ucap Reynand seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet kulit miliknya itu. Lalu, memberikannya pada Langit.
"Gak usah om. Saya ikhlas bantu Senja"
"Saya gak suka penolakan"
"Tapi saya ikhlas om"
"Kalau begitu anggap saja, membayar hutang saya padamu"
"Hutang?" Tanya Langit heran. Ia tak mengerti maksud pria yang mungkin seumuran dengan Papanya ini.
"Iya. Bi Ijah bilang kamu yang membayar keperluan rumah sakit anak saya. Saya tidak suka keluarga saya berhutang Budi" Terang Reynand.
Langit yang mengerti maksud Reynand. Segera menerima uang pemberian Reynand itu.
"Terima kasih om" Ucap Langit
"Saya seharusnya yang berterima kasih kepada kamu. Kalau begitu saya pergi dulu" Ucap Reynand sambil menepuk bahu Langit.
"Biar saya antar ke depan om" Ucap Langit.
"Tidak usah. Kamu disini saja, Jaga anak saya. Saya titip dia kepada kamu" Jawab Reynand. Lalu, berjalan meninggalkan ruangan itu.
Langit menatap kepergian pria itu. Sangat berwibawa dan tampan. Pantas saja memiliki anak secantik Senja.
"Papa Senja baik banget. Sayangnya terlalu sibuk" Batin Langit.
Tak lama setelah kepergian papanya, Senja terbangun dari tidurnya. Lalu menatap Langit yang sedang melihat kearah bawah jendela
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Senja heran, apa yang sebenarnya dilihat Langit
"Eh udah bangun?"
"Udah ni. Kalo belum bangun ya masih merem lah" Ucap Senja sambil menunjuk matanya.
"Selo aja keles. Ni ponsel lo" Langit berjalan mendekati Senja dan memberikan ponsel miliknya itu.
"Dapet dari mana?" Senja heran mengapa tiba tiba ponselnya itu berada ditangan Langit. Bukannya sejak kemarin ia tak membawa apa apa
"Ya bisa lah. Tadi papa lo yang anter" Jawab Langit terus terang
"Papa?!" Senja terkaget. Ia yakin Langit pasti salah orang
"Iya papa lo. Kenapa pake muka heran segala? Kayak ga pernah ketemu Papanya aja"
"Sala liat kali. Mana mungkin Papa" Jawab Senja tak percaya.
"Gue ngomong sendiri tadi. Dia emang papa lo Senja Anindita"
"Masa si?"
"Dih gak percayaan amat"
"Cuma nganter ponsel?"
"Iya cuma nganter ponsel. Katanya ada kerjaan yang gak bisa dia tinggalin."
"Ooo"
"Kenapa lo heran banget papa lo kesini?"
"Iya gak biasanya aja. Biasanya sibuk kerja Mulu" Jawab Senja santai. Lalu membuka ponselnya.
Begitu banyak pesan yang tak ia baca. Mulai dari buaya buaya galaxy, yang mengucapkannya ucapan cepat sembuh.
Ada satu pesan yang menarik perhatiannya, sebelumnya ia tak pernah mendapat pesan dari orang tersebut. Bahkan, Jika memberikannya uang saku. Pria itu akan menyuruh Adisty memberi tahu Senja bahwa ia sudah Mengirimkan Senja uang saku