Chereads / Kehangatan dari Senja / Chapter 29 - Tidur

Chapter 29 - Tidur

Bara mengangguk memahami apa yang Langit katakan. Pandangannya beralih pada putrinya yang sedang duduk di pangkuan nya itu. Bara mendengar dengkuran halus dari sana.

"Sudah tidur ternyata" Bara mengacak pelan rambut putri kecilnya itu, sesekali menciumnya.

"Sini mas aku pindahkan ke dia ke kasur" Selly mengangkat Ara dari pangkuan sang Mantan Suami. Selly memang sengaja membuat kasur di ruangannya ini untuk Ara.

"Langit. Mengapa kamu tidak menikah saja dengannya?" Tanya Bara serius akan perkataannya.

"Maksudnya?" Tanya Langit yang tak mengerti apa yang sedang diucapkan Papanya ini

"Jika kamu menikah dengan dia. Dia tidak mungkin hanya mau uang mu, karena Papanya juga pemilik perusahaan tebesar di Negeri ini. Papa pernah mengobrol juga dengan Bundamu, dia bilang kamu dekat dengan wanita. Papa yakin dia adalah Senja bukan?" Tanya Bara

"Langit dan Senja sama sekali tidak memiliki hubungan apa apa. Dan Langit tidak bersedia untuk menikah sekarang"

"Papa tidak akan memaksamu nak. Papa hanya memberi saran, maaf kan Papa jika membuatmu tak enak" Ucap Bara merasa bersalah pada putranya itu.

"Tidak apa apa Pa. Langit mengerti, Langit ingin istirahat sebentar Pa"

Bara mengangguk menyetujui permintaan Langit. Langit berjalan kearah kasur. Selly tersenyum pada putranya yang baru datang itu, seakan paham atas maunya Langit Selly beranjak dari kasur.

Langit merenggangkan tulang tulangnya. Rasanya ia lelah sekali sudah semalaman ia tak merasakan nikmatnya tidur di kasur, membuatnya sangat merindukan kasur. Tak butuh waktu lama Langit sudah menyusul Ara ke alam mimpi.

"Mas" Panggil Selly

"Kenapa?" Tanya Bara

"Menurut pandangan ku. Langit itu mencintai Senja"

"Dari mana kamu bisa berfikiran seperti itu"

"Dia sangat peduli pada gadis itu mas. Bahkan, dia sampai rela tidak datang ke sekolah hanya untuk menemani dan menjaga Gadis itu" Ucap Selly pada Bara.

Bara seperti tak percaya pada ucapan Selly. Mana mungkin putranya itu rela tidak datang ke sekolah hanya untuk orang lain.

"Mas. Kamu tidak percaya kan?"

Bara mengangguk "Bagaimana mungkin Langit melakukan hal itu? Hal itu sungguh sangat mustahil dilakukan Langit. Ia tak mungkin rela tidak masuk sekolah hanya untuk seseorang"

"Aku pun berfikiran seperti itu. Namun, aku lihat sendiri mas. Maka dari itu aku bisa mengambil kesimpulan bahwa Langit menyukai Senja."

"Dia kan laki laki mengapa tidak bilang saja. Toh juga aku akan mendukungnya. Bahkan jika saat ini dia memilih menikah akan ku biayai seluruhnya."

"Sepertinya mau harus bicara padanya mas. Kalian sama sama laki laki bukan? Dan dia putra mu, pasti sifatnya hampir mirip dengan mu. Aku tak ingin dia menyakiti lebih dalam gadis itu mas, dia sungguh gadis yang baik"

Bara menggangguk mengerti apa yang disampaikan Selly. Benar kata Selly jika perlakuan Langit sangat istimewa pada gadis itu. Besar kemungkinan bahwa gadis itu memliki perasaan lebih pada putranya itu.

"Aku akan bicara padanya. Sama seperti diri mu. Aku juga tak ingin putra ku menyakiti wanita. Seperti nya sekarang aku sudah harus pulang. Namira sedang sakit ia ingin ditemani denganku"

"Namira sakit? Sebentar mas akan ku buat kan cemilan untuknya, semoga bisa sedikit membuatnya berselera makan, kan biasanya orang sakit tak selera makan" Ucap Selly lalu ingin beranjak dari tempat duduknya. Namun, dihalangi oleh Bara.

"Tidak usah. Aku terlalu merepotkan mu"

"Tidak mas. Bagaimana juga Namira adalah kakak dari anak anakku." Selly melanjutkan jalannya menyiapkan bekal untuk Namira.

Bara berjalan ke ranjang dimana ada Langit dan Ara yang sedang tertidur pulas. Jujur ia sangat merindukan kedua anaknya itu, dan ingin menghabiskan waktu lama bersama mereka.

Namun, ia mengerti tak mungkin berlama lama ada di dekat Selly. Itu akan sangat menyakiti Selly, Bara selalu merasa bersalah ketika berjumpa dengan Selly. Karena dirinya Selly harus bertahun tahun tinggal ditempat yang seharusnya Selly tak berada di sana.

Apalagi ketika menatap Ara kecilnya. Ia sangat merasa bersalah, ketika Ara harusnya di azani oleh dirinya. Tapi malah ia entah dimana keberadaannya.

Bara terkadang menyuruh Langit membawa Ara ke rumahnya. Karena tidak enak pada Selly. Ara sering bertanya mengapa Bara tak pernah pulang. Namun, jawaban mereka selalu sama. Bahwa Bara sedang bekerja dan tak bisa pulang. Namun, ia akan segera pulang

Tanpa Bara sadari ia meneteskan air matanya. Ketika melihat Ara

"Maaf kan Papa nak" Ucap Bara sambil mencium kening Gadis kecil itu.

"Mas" Panggil Selly

"Eh iya" Bara mengusap air matanya dengan cepat. Agar tak dilihat Selly.

"Kamu sangat merindukan Ara?" Tanya nya

"Tentu bagaimana pun dia adalah putri ku" Jawab Bara sambil memandang nanar ke arah Ara.

"Jika malam ini kamu ingin tidur bersama Langit dan Ara. Aku tak masalah" Ucap Selly

"Lalu bagaimana dengan mu?" Tanya Bara

"Aku tak apa mas. Bawa lah mereka bersamamu. Bagaimana pun juga kau adalah ayahnya. Kita memang sudah berpisah. Namun, bukan kah kita harus tetap berlaku adil pada mereka" Ucap Selly sambil tersenyum manis kearah Bara

"Benar kah?" Tanya Bara memperjelas apa yang diucapkan Selly

"Iya mas"

Selly mencoba membangunkan Ara dan Langit. Ara terbangun dar tidurnya dan tersenyum manis kearah Bunda dan Papanya, lalu Selly menggendong tubuh mungil Ara

"Kenapa Bunda bangunin Ara?"

"Kamu mau gak tidur sama Papa?" Tanya Selly.

"Maaaaaaaaaaaau" Jawab Ara begitu bahagia. Matanya berbinar dengan mendengarkan apa yang Selly ucapkan

"Kalau begitu ikutlah dengan Papa dan jangan nakal ya" Ucap Selly.

"Bukan kah Bunda ikut bersama Ara dan Papa?"

"Bunda ada pekerjaan yang harus Bunda selesaikan"

"Bagaimana bisa Ara tidak ditemani Bunda"

"Kan ada Papa" Jawab Selly.

"Ara ingin seperti teman teman Ara ada Papa dan Bunda nya. Mengapa kalian tidak pernah tidur disamping Ara?" Tanya gadis kecil itu. Begit menyayat hati Selly dan Bara, Bara terdiam ketika mendengar setiap ucapan gadis kecil itu.

Bara tau biarpun Ara masih begitu kecil. Namun, didalam hatinya terselimuti rasa kecewa yang amat begitu besar.

"Maaf kan Bunda nak" Batin Selly.

"Kalau begitu kita tidur bersama Bunda dan Abang Langit ya" Ucap Bara memotong ucapan Selly dan Ara

"Benar kah?" Tanya Ara meyakinkan. Matanya berbinar-binar Ia sungguh bahagia.

Selly menatap Bara tak percaya. Mana mungkin mereka tidur bersama, mereka sudah berpisah. Dan bukan suami istri lagi, sungguh itu adalah hal yang mustahil.

"Kalau begitu pergilah bagunkan Abang Langit" Suruh Bara. Ara langsung minta diturunkan dari gendongan Selly dan mengguncangkan Tubuh Langit.

"Mas?" Tanya Selly meminta penjelasan

"Kita akan tidur berlima. Tenang saja"