"Ta tapi dia dia selalu bilang dia ga suka gue" Jawab Senja.
"Itulah pecundangnya Langit. Cuma lo yang bisa rubah dia. Dan beri dia kehangatan, beri dia ngerasa bahwa dirinya berharga tanpa harus membuat orang menakutinya. Biar dia gak selalu berdiri diatas kekuasan dan kekuatan saja"
"Maksud lo?" Tanya Senja tak mengerti apa yang diucapkan Reyno
"Gue tau lo ngerti maksud gue. Gue mohon lo rubah Langit. Gue gak mau korban seperti Mars semakin banyak" Ucap Reyno lalu meninggalkan Deyana dan Senja.
Deyana mendekati Senja. Jujur dia tau apa yang dimaksudkan oleh Reyno, Deyana dan Langit sudah kenal cukup lama. Maka sedikit sifat Langit Deyana sudah memahaminya, Deyana memegang pundak Senja.
"Gue tau lo bisa ja. Benar kata Reyno, cuma lo yang bisa buat Langit ngerasa berharga tanpa kekuatan dan kekuasaan" Ucap Deyana
"Maksudnya apaan si? Emang Langit orang nya sok mengusain dan berkuasa?" Tanya Senja meminta penjelasan pada Deyana
"Iya, Langit itu keras. Dingin dan berkuasa, dia berkuasa di sekolah, karena dia anak dari pemilik Galaxy. Dan Papanya sendiri sudah mengumumkan bahwa Langit akan menjadi penerus pemilik Galaxy, maka dari itu ia di hormati."
"Langit itu anak papi?" Tanya Senja
"Langit bukan manja atau anak Papi. Lebih tepatnya Papanya terlalu sayang sama dia. Karena dia anak laki laki sematawayang. Dan dia mandiri" Jelas Deyana.
Senja bisa menangkap omongan Deyana, benar saja Langit hanya merasa dihargai ketika punya itu kekuasaan dan kekuatan. Langit sudah pernah menceritakan pada dirinya, apa yang membuat Langit seperti sekarang ini.
"Kehilangan" Tiba tiba Senja mengucapkan kata itu.
"Nah, loh Uda nemuin kata kuncinya kan"
"Lo tau dari mana semua intinya adalah kehilangan?" Tanya Senja. Bukankah Langit hanya menceritakannya pada Senja? Mengapa Deyana mengetahui.
"Gue gak tau apa apa. Mata lo dan ucapan lo yang spontan. Menunjukkan bahwa lo tau inti dari apa yang buat Langit jadi seperti itu" Ucap Deyana
"Gue ga yakin kalo gue bisa" Senja menggelengkan kepalanya. Senja sangat mengenali sifat Langit yang kaku, dingin dan tak mudah di pengaruhi
Deyana memegang dada Senja seakan memberi isyarat pada Senja.
"Pakai ini" Ucap Deyana
"Ini?" Tanya Senja tak mengerti apa yang diucapkan Deyana
"Pakai hati. Apapun yang keras jika di berikan hati yang tulus, maka ia akan luluh. Langit tidak sekeras itu jika bersama Senja" Ucap Deyana
Senja mengangguk mengerti apa yang dikatakan Deyana. Benar saja jika seseorang diberikan hati yang tulus, sekeras apapun dia pasti akan luluh.
"Gue gak janji bisa ngerubah dia, karena pada dasarnya seseorang gak bisa ngerubah seseorang, kecuali atas kemauannya sendiri" Ucap Senja
"Iya, tapi gue yakin kalo lo pake hati. Dia bakal berubah"
"Oke gue coba"
"Ya sudah ayo kita pulang"
"Bentar lagi Papa dan Mama gue akan kesini jemput kita, kemarin gak sempet jenguk soalnya. Jadi mutusin buat jemput deh" Ucap Deyana
"Ya udah deh. Kita nunggu di ruangan aja, gue juga belum ambil perlengkapan gue dari sana"
Deyana dan Senja berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Perhatiannya tertuju pada ruangan Mars yang sedang mereka lewati, Senja memberi kode pada Deyana untuk singgah terlebih dahulu. Namun, Deyana menahan tangan Senja.
"Mereka lagi kecewa banget. Jangan di ganggu dulu yaa" Ucqp Deyana. Senja mengganguk mengiyakan Deyana
"Sebenarnya separah apa si Mars?" Tanya Senja
"Gue juga gak tau jelasnya. Yang gue tau udah sempet dibawa kerumah sakit terdekat. Tapi kurang memadai gitu, hal hasil Mars ngedrop dan jadi begini. Reyno ngamuk banget tadi, suaranya sampai kedengaran keruangan lo. Gue penasaran soalnya suaranya kayak gue kenal. Dan ternyata benar saja kalau itu Reyno" Jelas Deyana
"Gue pengen tau keadaan Mars deh"
"Jangan sekarang ya. Reyno juga pasti lagi gak karuan deh"
"Ya udah deh. Kita balik ajaa"
Setelah berada diruangan Senja. Senja memilih untuk mengumpulkan perlengkapannya, yang tadi sempat terhenti karena mencari keberadaan Deyana. Tak lama ponsel milik Deyana berbunyi membuat ia merogo saku celana nya
Papa is calling
"Halo pa"
"Papa sudah di bawa ya" Jawab seseorang dari seberang sana
"Baik Pa, Deyana dan Senja akan segera turun" Ucap Deyana sambil mutuskan sambungan telefon dari Papanya
"Papa gue udah sampai, Yuk buruan turun" Ajak Deyana pada Senja
"Ayuk, tolongin bawain ini dong" Ucap Senja memberikan tas berisi pakaian kotor miliknya pada Deyana
Mereka berjalan keluar rumah sakit. Mata Senja memperhatikan sekelilingnya, perhatiannya tertuju pada gadis kecil yang tengah memegang balon dan disuapin oleh Papanya. Senja merasa iri akan hal itu, ia tak pernah mendapatkan perhatian lebih seperti gadis itu.
Deyana yang sadar dengan apa yang dilihat Senja. Langsung mengelus pundak Senja
"Udah yuk" Ucap Deyana sambil memasang senyum manisnya. Senja menurut dan berjalan mengikuti langkah Deyana.
Setiba diparkiran rumah sakit. Mata Deyana berbinar menangkap mobil yang amat ia ketahui siapa yang ada didalamnya. Deyana langsung menarik lengan Senja. Dan berlari kecil
"Papa Mama" Teriak Deyana sambil mengetuk pintu mobil
Sofi dan Dirga langsung memasang senyuman indahnya. Dan memilih turun terlebih dahulu dari mobil. Sofi berjalan mendekati Deyana lalu mencium pipi putri semata wayangnya itu, begitu pula Dirga.
Lagi lagi hanya ada rasa iri pada hati Senja. Bak tersayat belati, kini dada nya sesak. Matanya memerah pipinya memanas. Entah karma apa yang sedang Tuhan berikan padanya. Jika bisa memilih lebih baik dirinya tak usah dilahirkan.
Sofi sadar, mata Senja sedikit ber air. Ia melepaskan pelukannya dari Deyana dan berjalan kearah Senja. Memeluk singkat gadis itu lalu mencium pipinya
"Tante" Ucap Senja membalas pelukan Sofi
"Kamu sudah sembuh sayang?" Tanya Sofi sambil melepaskan pelukannya, lalu mengelus kepala Senja
"Sudah Tante"
"Sakit apa si sebenarnya"
"Hanya kecapean kok Tante"
"Oh, ini sudah sembuh totalkan?" Tanya Sofi sedikit khawatir
"Sudah kok Tante"
"Ya sudah, ayo kami antar pulang. Kamu masih harus banyak istirahat" Sofi berjalan ke mobil miliknya. Diikuti oleh Dirga, Deyana dan Senja.
"Rumah kamu masih dirumah lama kan?" Tanya Sofi pada Senja.
"Masih Tante"
"Gimana kalau kita makan dulu?" Tanya Dirga
"Setuju" Deyana mengangkat kedua jempolnya
Sofi dan Senja hanya tertawa melihat tingkah laku Deyana. Yang begitu manja saat bersama orang tuanya, berbeda dengan Deyana di sekolah. Yang sedikit bawel dan tomboy.
Dirga memarkirkan mobilnya disalah satu rumah makan terbesar, Deyana sangat menyukai makanan yang ada rumah makan itu. Membuat Dirga memlilih untuk berhenti rumah makan ini saja