Senja dan Deyana melanjutkan perjalanannya menuju kantin, tiba tiba Deyana menarik lengan Senja. Membuat sang empu hampir saja terbanting kebelakang
"Apaan si monyet" Umpat Senja akibat terkejut
"Dih kasar ga suka"
"Ih ga suka gelay" Ucap Senja, sambil melembek lembek kan suaranya.
Deyana tertawa geli mendengar ucapan Senja, Senja yang yang melihat Deyana pun ikut tertawa.
"Diem!" Bentak Deyana menghentikan tawanya. Senja yang kaget akibat teriakan Deyana, langsung terdiam dan tak berkata apa apa
"Lo ke uks deh, gue takut entar Bu Dian nyusul. Biar gue yang kekantin beli makanan" Ucap Deyana
"Wah bener juga"
"Dah sono" Deyana mendorong tubuh Senja
"Dih jangan kasar kasar dong jamet"
Deyana tak menghiraukan perkataan Senja, ia berjalan menuju kantin sementara Senja berjalan menuju UKS. Koridor Galaxy begitu sunyi membuat Senja mempercepat jalannya, ia takut jika ada guru yang keluar lalu menghukumnya.
Setibanya di uks, betapa kagetnya Senja melihat seseorang yang tak asing baginya sedang tertidur diatas brankar uks. Senja mendekati orang tersebut dengan pelan pelan, takut menggangu tidur pria itu.
Senja mengelus lembut rambut pria itu, sesekali memperhatikan matanya. Senja sangat suka melihat mata Langit. Ya siapa lagi kalau bukan Langit Aryana Dezz seseorang yang kini selalu berputar putar di ingatannya.
Senja semakin mendekat kan wajah dengan wajah Langit. Deru nafas Langit semakin terdengar di telinga Senja, Nafasnya melewati setiap helai wajah Senja, bak sedang mengabsen satu persatu yang ada di wajah Senja.
Langit yang merasakan ada yang mendekati wajahnya, langsung membuka matanya. Bukannya kaget Langit malah terdiam menatap dalam mata coklat indah milik Senja. Senja yang melihat mata Langit terbuka bukannya menjauh, malah semakin mendekat kan wajahnya.
"Astaga" Ucap seseorang yang tiba tiba membuka pintu UKS.
Senja dan Langit langsung melepaskan pandangan mereka dan beralih kearah pintu. Senja yang kaget memilih mundur dengan wajah yang begitu merah
"Astaga astagaaaaa! Apa yang kalian lakukan?!" Tanya Bu Dian
"Gak ngapa ngapain" Jawab Langit seadanya.
"Gak ngapa ngapain bagaimana?! Ibu lihat sendiri, kamu dan Senja sedang ah sudahlah"
"Kita gak ngapa ngapain kok Bu" Senja membuka suaranya
" Kamu juga. Kamu bilang sedang tidak enak badan, mengapa sekarang sudah bisa berbuat seperti itu?!" Bu Dian membentak Senja dan mengarahkan telunjuknya kearah wajah Senja
Langit yang menyaksikan adegan itu segera berdiri dari brankar dan mendekati Bu Dian.
"Jangan sakiti atau hukum dia! Kita gak ngapa ngapain dan omongan saya tadi sudah sangat jelas. Pergilah jika tidak ingin pekerjaan anda hilang, dan biarkan Senja beristirahat, saya harap anda lupakan kejadian tadi!" Tegas Langit lalu meninggalkan ruang UKS.
Bu Dian terdiam dengan ancaman Langit. Sungguh Langit tak akan main main dengan setiap kalimat yang ia ucapkan. Bu Dian menatap Senja sekilas lalu memilih keluar dari UKS. Dari pada harus kehilangan pekerjaannya.
Senja mengelus kedua dadanya dengan kedua tangannya. Hatinya sungguh lega, lagi lagi Langit mampu menyelamatkan nya, jika tidak Senja akan kehilangan sekolahnya lagi. Senja begitu takut jika itu terjadi, sebab itu adalah permintaan terakhir Mamanya.
Senja memilih duduk diatas brankar yang Langit tiduri tadi. Seketika ia mengingat sesuatu, benar kata Reyno. Langit selalu memanfaatkan Kekuatan dan kekuasaannya. Seseorang membuka pintu UKS membuat lamunan Senja terbuyarkan
"Eh Bu Dian kenapa?" Tanya Deyana yang baru saja masuk, dengan dua kotak makanan dan dua es jeruk.
"Ada insiden tadi, emang lo liat dia gimana?" Senja kembali mengajukan pertanyaan pada Deyana.
"Mukanya kesel gitu, terus gue senyumin tetap aja kecut, yaudah deh. Apa tadi ketahuan kalo Lo sebenarnya ga kenapa kenapa?" Tanya Deyana
"Seperti nya begitu deh" Ucap Senja entengnya
"Astaga. Gue takut entar kalo dia nelfon nyokap gue gimana?"
"Ya tinggal jujurlah apa susahnya" Jawab Senja begitu entengnya
" Enteng banget mulut lo nyerocos ya" Deyana menggeplak kepala Senja.
"Awwwsh, sakit tolol" Ucap Senja sambil mengelus ngelus kepalanya.
"Ni makan" Deyana memberikan bungkusan yang ia bawa tadi pada Senja.
Senja menerima pemberian Deyana, lalu melahapnya hingga habis, ia tak memperdulikan Deyana yang melihatinnya dari tadi sambil geleng geleng kepala
"Lo keknya ga makan dari seminggu yang lalu ya?" Ucap Deyana melihat kearah kotak makanan milik Senja, yang kini sudah kosong dan bersih, berbeda dengan kotak makanan milik Deyana yang masih penuh.
"Gue gak makan, dari kemarin terakhir makan sama lo" Ucap Senja lalu meneguk es jeruk yang Deyana bawakan tadi
"Wah, emang nya bi Ija dari tadi malem ga kelihatan ya?"
Senja hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Deyana.
"Lo udah coba hubungi?" Deyana kembali melontarkan pertanyaan
"Astaga" Senja menepuk jidatnya, ia lupa mengapa tidak melakukan hal itu dari kemarin malam
"Lupa kan lo" Deyana menggeleng gelengkan kepalanya.
"Heheh" Senja tertawa kecil lalu, segera mengeluarkan ponselnya dari saku roknya. Ia langsung mencari kontak Bi Ija
Tuuuut tuuuut, Setelah beberapa kali panggilan. Akhirnya panggilan Senja di angkat oleh BI ija
"Halo"
"Halo, iya non Senja?" Jawab seseorang dari sebrang sana.
"Bi, bibi dimana? Kenapa Senja gak lihat bibi dari kemarin?" Tanya Senja
"Maaf non, tapi bibi sudah dipecat oleh tuan"
"Ha?!" Senja kaget mendengar penjelasan Bi ija. Ia sungguh tak menyangka bahwa Papanya akan benar benar membiarkan dia sendirian dirumah itu.
"Kenapa bisa bi?" Tanya Senja mulai meninggikan suaranya
"Bibi juga gak tau pasti non, yang jelas malam itu semua orang yang bekerja dirumah milik keluarga non Senja, disuruh tuan untuk mengosongkan rumah. Karena semuanya telah ia pecat"
"Baik bi, terima kasih atas penjelasannya. Maaf jika papa berbuat yang tidak baik"
"Iya non tidak apa apa"
Senja memutuskan sambungan telefonnya. Tangannya mengepal geram, apa sebenarnya yang diinginkan oleh Papanya. Mengapa ia menjauhkan Senja dari semua orang.
"Ada apa ja?" Tanya Deyana yang melihat perubahan pada raut wajah Senja.
"Papa mecat semua orang yang ada di rumah" Ucap Senja, nafasnya mengebu gebu.
Deyana hanya bisa mengelus pundak Senja. Ia berharap bisa meringankan beban Senja sedikit saja. Namun, ia tak tau bagaimana caranya.
"Gue gak tau, harus gimana sekarang. Gue sendirian benar benar sendirian di dalam neraka itu." Senja menarik Deyana dalam pelukannya. Hari ini Deyana kembali begitu rapuh. Ia butuh bahkan sangat sangat butuh sesorang yang bisa memeluknya.
"Gue tau lo kuat, kalo lo mau nyerah boleh kok. Lo tinggal sama gue aja ya" Ucap Deyana yang masih memeluk Senja begitu kuat.
"Gak Dey, gue harus tetap disitu. Gue harus tau apa penyebab Mama meninggal semendadak itu" Ucap Senja lalu melepaskan pelukannya.