Langit yang lagi bermain dengan begitu serius, tidak sadar akan kehadiran Senja yang kini fokus memperhatikannya.
"Ray, kapten ke 2 team basket Galaxy" Ucap Ray yang tiba tiba menjulurkan tangannya pada Senja.
Senja kaget dan begitu terkagum kagum melihat, ketampanan cowok dihadapannya ini. Sebelas dua belas dengan Langit yang kini menjadi satu satunya orang yg ia sayangi.
Senja membalas uluran tangan Ray "Se Senja" Jawabnya sedikit gugup
Ray yang melihat pipi Senja begitu memerah hanya bisa tertawa kecil "Menggemaskan" Batin Ray, lalu memilih duduk disamping Senja
"Gue kok gak pernah lihat lo disini?" Tanyanya pada Ray.
"Oh iya, gue alumni udah dua tahun si. Cuma gue masih gabung team basket Galaxy. Dulu gue kapten satunya tapi setelah tamat udah gak bisa, jadi digantikan sama Langit. Wajar kalo lo gak pernah liat gue" Terang Ray
Senja mengangguk mengerti apa yang diucapkan Ray.
"Kenapa belum pulang?" Tanya Ray
"Em" Senja berfikir keras, tidak mungkin ia memberitahu bahwa sedang menunggu Langit, bisa bisa Ray menjauhinya. Sementara Ray itu sangat tampan dan sangat hangat padanya, berbeda dengan Langit
"Em, kenapa?" Ray kembali mengajukan pertanyaannya.
"Eh, tadi gue mau pulang. Tiba tiba lagi pengen lihat basket aja" Alibi Senja.
"Lo bawa kendaraan?" Tanya Ray.
"Enggg enggak" Jawab Senja sedikit terbata bata
"Jangan grogi gitu, gue gak gigit kok" Ucap Ray.
"Heheh" Entah mengapa Senja begitu grogi melihat Ray.
"Gue anter pulang ayuk" Ray menarik lengan Senja, membuat Senja hanya menurut saja.
Para pemain basket lain hanya bisa bersorak kearah Ray dan Senja, yang sudah berhasil keluar lapangan basket, seperti biasa, Ray selalu mampu merebut hati wanita cantik hanya dengan sekata dua kata.
Team basket memang tidak mengetahui bahwa Langit sering menghabisi siapa saja yang mendekati Senja, karena mereka hanya sibuk menghabiskan waktu didalam lapangan basket.
Selain terkenal team basket Galaxy juga sering mengikuti pertandingan, membuat mereka jarang bergaul dengan anak anak lainnya.
Langit yang mendengar teriakan anak anak teamnya, tak menanggapinya. Ia fikir mereka hanya iseng, lalu melanjutkan kembali permainanya.
***
Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya Senja dan Ray tiba dikediaman Senja. Ray memarkirkan mobil Bmw m8 terbaru warna putih miliknya itu. Lagi lagi Senja kembali di kagetkan dengan Pria ini. Ternyata ada yang lebih kaya dari Papanya, bahkan Papanya sendiri belum membeli mobil Sekelas milik Ray ini.
"Mau mampir dulu?" Tanya Senja sedikit malu malu
"Gak usah deh, lain kali aja. Udah mau magrib juga, lagian kayaknya dirumah lo gak ada siapa siapa. Ga enak entar" Tolak Ray
Lagi lagi Senja terdiam dengan pria dihadapannya ini, ia begitu manis, baik, lembut dan hangat. Berbeda dengan pria yang sekarang tengah ia cintai itu.
"Ya udah, gue turun yaa. Makasih ya kak" Senja membuka pintu mobil milik Ray. Namun, tangannya ditahan oleh Ray. Kini jantung Senja berdebar begitu hebat.
"Jangan panggil kak, panggil Ray aja biar lebih akrab. Boleh?" Tanya Ray yang masih menggenggam tangan Senja
"Ii- Iyaaa kak, eh Ray" Jawab Senja terbata bata lalu secepatnya keluar dari dalam mobil milik Ray itu, dari pada jantungnya harus keluar sekarang.
Ray tertawa geli melihat Senja, ternyata gadis cantik itu sangat menawan baginya. Pemalu, manis, lucu dan cantik, kelihatan dari rumahnya Senja bukanlah berasal dari keluarga sembarangan. Maka papa nya pasti akan bisa membawakan Senja pada Ray dengan Senang hati.
Senja melambaikan tangannya pada Ray, Ray mengklekson Senja, lalu melajukan mobil miliknya itu. Entah mengapa kini hati Ray begitu berbunga bunga ketika bertemu Senja.
"Astaga jaa. Jantung lo" Senja memegang dadanya dengan kedua tangannya.
Ketika Senja membuka pagar rumah mewah miliknya itu, ia dikagetkan dengan suara klekson motor dari belakangnya.
"Kampret" Umpatnya. Ia menoleh kebelakang, kini lagi lagi ia kembali dibuat kaget. Ternyata pemilik motor tersebut adalah pria yang ia cintai.
Siapa lagi kalau bukan Langit Aryana Dezz, Senja membukakan gerbang. Membiarkan Langit masuk, Langit memarkirkan motornya di halaman rumah Senja. Lalu membuka helmnya dan menunggu Senja selesai mengunci gerbang.
"Kenapa baru pulang?" Tanya Langit yang kini berada didepan Senja. Namun, masih dengan wajah datarnya.
"Iya, tadi ketiduran di UKS" Jawab Senja sambil cengir cengir kearah Langit. Langit membalasnya dengan wajah datar, lalu turun dari motor miliknya dan menarik lengan Senja. Langit memilih duduk di depan sofa depan rumah Senja
"Ambilin gue minum" Pinta nya pada Senja.
"Kenapa gak masuk aja si?" Tanya Senja yang heran melihat Langit.
"Disini aja, gak ada siapa siapa dirumah lo. Ga enak"
"Eh, Langit takut yaa. Takut khilaf sama Senja?" Tanya Senja sambil mencolek colek pundak Langit
"Dih ga selera! buruan deh ambilin minum"
Bukannya mengambilkan Langit minum, Senja malah duduk disamping Langit, mendekati Langit dan menggodanya.
"Kita begini kek suami istri tau, Langit pulang kerja minta minum sama Senja" Senja tertawa terbahak-bahak lalu meninggalkan Langit, menuju dapur menyiapkan minuman untuk Langit
"Setres" Ucap Langit,
Langit mengingat kedatangannya kemari bukan untuk meminta minum pada Senja. Namun, mengantarkan pesanan kue dari Bundanya untuk Senja. Dan ada beberapa makanan yang ia belikan untuk sarapan Senja besok pagi.
Langit berjalan kearah motornya mengambil Paper bag isi makanan yang ia bawakan tadi, lalu kembali duduk di sofa teras milik keluarga Senja itu.
Senja yang telah selesai menyiapkan minuman Langit. Langsung menghampirinya, betapa kagetnya ia melihat ada dua buah paper bag berisikan makanan ada diatas meja miliknya itu.
"Kok ada ini?" Tanya nya pada Langit, sebab ia tak melihat apapun tadi.
"Titipan Bunda buat lo" Jawab Langit seadanya, lalu mengambil minuman dari tangan Senja.
"Titipan Bunda apa titipan Langit?" Tanya Senja Lagi lagi dengan nada menggoda
"Bunda lah"
"Bukannya tadi lo lagi latihan basket, dan perasaan gue lebih dulu pulang. Lo masih main basket, kenapa udah kerumah bunda aja buat ambil titipannya?" Tanya Senja heran
"Lo bego sampe tulang tulang ya" Langit tersenyum sinis
"Ha?" Tanya Senja yang tak mengerti dengan apa yang Langit ucapkan
"Lo tadi pulang naik taksi online kan?"
Tentu saja Senja akan mengiyakannya. Tidak mungkin Senja berkata jujur jika dirinya di antar oleh Ray, bisa bisa Langit akan menghabisi Ray. Senja hanya mengangguk mengiyakan
"Noh, makanya itu! Gue naik motor lebih cepat ketimbang lu yang naik mobil" Ucap Langit. Senja yang baru sadar bahwa Langit menggunakan motor langsung menepuk keningnya. Betapa bodohnya dirinya
"Hehehehe lupa" Jawab Ssnja sambil cengengesan
"Kok lo tau gue latihan basket?" Langit kembali melontarkan pertanyaannya