Namira menyerahkan wortel yang baru saja selesai dipotongnya pada Selly.
"Harum sekali Bunda" Ucap nya memuji masakan Selly
"Kamu pasti bakal suka deh" Selly mengedipkan matanya.
"Iya Bunda. Pasti Namira suka" Jawab Selly sambil tersenyum manis kearahnya.
***
"Makanan sudah selesai" Ucap Selly. Meletakkan mangkuk sup diatas meja makan, yang sudah di nanti nanti oleh Namira dan Langit. Bak anak kecil yang sedang menunggu makananya.
"Yeeeaaaaay" Ucap Namira begitu gembira saat melihat Selly meletakkan sup
"Kamu ini, sudah duduk dengan manis saja" Sindir Selly
"Iya dong Bunda, Namira sudah ga sabar" Namira meraih mangkuk kecil untuknya. Namun, tangannya ditahan oleh Langit.
"Kita makan sama sama lah. Gue panggil Papa sama Ara dulu"
"Ribet banget deh lu. Ga sabar ni gue" Ucap Namira
"Tunggu!" Langit segera berjalan menuju tangga untuk sampai kekamar Papanya.
Langit membuka pintu kamar Bara. Langit melihat Bara tengah memperhatikan Ara dengan begitu dalam, Bara meneteskan air matanya mengecup kening Ara begitu sayang dan merasa ada penyesalan ketika melihat gadis kecilnya itu.
"Pa" Panggil Langit begitu lembut
Bara yang tak sadar akan kehadiran Langit yang entah sejak kapan. Berusaha menghapus air matanya agar tidak dilihat oleh Langit.
"Kamu udah lama disini?" Tanya Bara pada putra itu.
"Baru kok Pa. Langit lihat Papa nangis sambil lihatin Ara" Ucap Langit
Bara tersenyum getir kearah Langit. Ia begitu bersalah pada gadis kecilnya itu, Ia ingin berusaha memperbaiki segalanya. Selly yang menderita karenanya dan Ara yang kurang mendapat kasih sayang darinya. Bahkan ketika Ara kecil lahir dirinya tak ada disana apalagi mengazaninya.
"Papa ngerasa bersalah sama kamu Ara dan Bunda kamu. Gak seharusnya Papa nurutin ego Papa. Bunda kamu sampai harus masuk tempat yang seharusnya gak dia masukin. Dan kamu harus terpisah dari Bunda. Ara juga Papa gak ada disisi Ara saat di lahir" Tanpa sadar Bara kembali meneteskan air matanya.
Langit mendekati Bara. Langit tahu Papanya itu begitu baik. Namun, cinta tak pernah salah dan ia tak bisa dipaksa. Bara tidak mencintai Selly, ia masih mencintai mantan istrinya yang telah meninggalkannya.
"Pa, sudah lah. Semuanya sudah berlalu bukan? Langit, Bunda dan Ara tidak akan benci sama Papa. Langit tau pada saat itu Papa ada di pilihan tersulit Papa. Mungkin itu yang terbaik buat kita Pa" Ucap Langit merasa iba dengan Papanya.
"Papa sudah tua. Semakin lama semakin menyesali semuanya. Seharusnya Papa berusaha belajar cinta pada Bundamu. Dan tak membiarkan Bundamu, Namira, Kamu dan Ara merasa tersiksa seperti ini, akibat keegoisan Papa"
"Pa, Semuanya sudah terjadi tak ada guna menyesalinya. Ini yang terbaik buat kita Pa"
"Langit seharusnya kamu benci sama Papa"
"Langit gak akan pernah benci sama Papa. Papa bertanggung jawab atas Langit, Bunda dan Ara. Papa memberikan uang saku untuk kami setiap bulannya. Memberikan rumah yang layak dan memberikan kasih sayang yang seharusnya. Bahkan ketika Papa sudah pudar rasa terhadap Bunda, Papa tetap membiayai segala perobatan Bunda." Ucap Langit Panjang lebar sambil memeluk pria itu.
"Papa akan perbaiki semuanya nak" Bara membalas pelukan Langit. Putranya itu bisa memberikan kehangatan untuknya. Kini dirinya merasa begitu tenang
"Mari kita makan Pa. Namira dan Bunda sudah menunggu dibawah"
"Ara?" Tanya Bara melihat putrinya itu masih tidur begitu lelap
"Biar Langit yang bangunkan. Kasihan dari tadi dia juga belum makan"
"Baiklah"
Kini Langit Bara dan Ara. Sudah berjalan menuruni tangga menuju meja makan milik keluarga Dezz itu. Setiba disana Namira begitu cemberut kepada Langit dan Bara
"Lama banget si" Ucap Namira dan Langsung mengambil mangkuk sup
"Sanyo lo" Ucap Langit yang baru saja duduk di hadapan Namira
"Gue udah ga sabar banget" Ucap Namira
"Seharusnya dahulukan orang tua dulu. Baru diri kita sendiri" Ucap Ara tiba tiba membuka suaranya
Namira yang merasa tertampar langsung menghentikan kegiatannya. Ia memandang Ara begitu takjub. Gadis kecil itu begitu sangat lebih baik dari pada dirinya.
Namira hanya cengar cengir kearah Ara. Lalu memberikan mangkuk sup nya pada Bara. Tiba tiba Langit tertawa lalu diikuti oleh Selly dan Bara
"Rasain lo! Kenak skak sama bocil" Ucap Langit lalu melanjutkan tawanya
"Diem lu" Jawab Namira begitu kesal
"Sudah sudah. Kalian kayak tom and Jerry aja" Ucap Selly
"Ini Bunda" Namira memberikan mangkuk sup kepada Selly. Ia takut di skak oleh anak kecil ini Lagi
"Terima kasih sayang. Ara biar Bunda yang ambil kan Ya" Namira mengangguk lalu kembali menyendok kan Sup ke mangkuk yang kali ini untuk dirinya.
***
Setelah selesai makan malam. Keluarga yang sedang bahagia ini, memlilih untuk menonton beberapa film. Tanpa meraka sadari hari sudah semakin larut. Dan Ara kecil sudah kembali terlelap di pangkuan Bara.
"Film nya berapa menit lagi?" Tanya Bara pada Namira
"Sedikit lagi. Sekitar 5 menit"
"Kasihan Ara. Dia sudah begitu lelah" Ucap Bara
"Ara dan Bunda tidur sama Namira saja" Pinta nya melihat kearah Papanya.
"Kita akan tidur bersama malam ini" Ucap Bara
"Ha?!" Ketiganya terkaget mendengar ucapan Bara.
"Papa sudah menyiapkan dua tempat tidur dikamar Papa"
"Papa serius?!" Teriak Namira begitu antusiasnya mendengar ucapan Bara
"Jangan kencang kencang nanti Ara bangun" Ucap Bara
"Papa serius?" Namira mengecilkan sedikit suaranya
"Serius lah. Tuh filmnya sudah habis, mari kekamar Papa" Ajak Bara ia berdiri dan membetulakan gendongan Ara.
Bara berjalan yang diikuti oleh Namira, Selly dan Langit. Setalah sampai tepat di kamar Bara, Namira langsung menyelonong agar masuk terlebih dahulu. Ia tak menyangka benar saja, ada dua tempat tidur yang sudah digempetkan disana.
"Papa ini keren banget. kita akan tidur bersama malam ini" Ucap Namira ia begitu bahagia atas pemberian Papanya ini.
"Kamu seneng?" Tanya Selly yang melihat mata Namira begitu berbinar.
"Seneng banget Bunda" Namira berlari kecil memeluk Selly.
"Lebay banget" Ucap Langit
"Baru sehari kita ketemu. Tapi Namira udah ngerasa sesayang dan sesenang ini ketemu Bunda dan Ara" Ucap Namira. Namira memeluk Selly begitu erat.
Bara tersenyum bahagia, setidaknya ia sudah berhasil mengembalikan kebahagian Namira. Bara begitu bahagia melihat putrinya itu. Bara meletakkan Ara diatas kasur dengan hati hati takut menggangu tidur Ara.
"Kamu, Bunda dan Ara tidur disini. Papa dan Langit tidur di kasur sebelahnya" Ucap Bara pada Namira. Namira mengangguk mengiyakan. Sambil memberikan kedua jempolnya.
Namira dan Selly langsung menidurkan badannya diatas kasur king size itu. Langit yang memperhatikan mereka turut bahagia. Namira dan Bundanya sudah kembali merasakan kehangatan lagi. Langit merasa puas akan hal itu, kebahagian mereka sekarang adalah hal paling penting untuk Langit dan Bara.