"Gak usah sayang. Kamu main aja nemenin Ara dan Langit" Jawab Selly
"Bunda, gak apa apa yaa. Namira pengen banget masak. Bantuin Bunda, Namira gak pernah belajar masak" Namira memasang wajah sedihnya membuat Selly mencium keningnya.
"Iya udah sayang. Bantuin Bunda ya, kami potong wortelnya ni"
Namira mengangguk bahagia mendengar ucapan Selly. Seketika matanya beralih ke arah Bara, yang sedang tersenyum sambil memandang Selly.
"Papa" Panggil Namira
Tak ada jawaban dari Bara. Bara masih sibuk memperhatikan Selly yang kini tengah menatapnya juga, akibat panggilan dari Namira.
"Papaaa" Namira kembali memanggil Bara. Kali ini dengan suara yang sedikit berteriak. Mambuat Bara sadar dari lamunannya.
"Eh kenapa sayang" Tanya Bara kaget. Lalu mengalihkan pandangannya dari Selly.
"Papa kenapa bengong aja sambil lihatin Bunda" Namira memicing micingkan matanya seraya menggoda sang Papa.
"Gak apa apa kok" Bara mulai salah tingkah, dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Pa, Bunda cantik gak?" Tanya Namira tiba tiba. Membuat Bara kembali salah tingkah lagi
"Ca- Cantik lah" Jawab Bara terputus putus, entah apa yang membuatnya begitu gugup
"Papa tau gak. Papa kayak anak Sekolahan yang lagi jatuh cinta, diem diem perhatiin doi nya"
Bara diam, ia juga tak mengerti mengapa dirinya bertingkah sedemikian. Melihat Selly begitu nyaman untuknya sekarang. Tak ada perubahan dari wanita cantik didepannya ini. Dia baik dan selalu baik.
"Papa. Sini dong bantuin" Ajak Namira menarik lengan Bara
Bara mengikuti langkah Namira. Sedikit gugup dan salah tingkah, bagikan anak remaja yang sedang bertemu dengan orang yang ia cintai.
"Bunda kasih kerjaan ni Papa, biar ga liatin Bunda terus"
Selly tertawaa mendengar ucapan Namira. Ia begitu bawel, persis dengan putri kecil kesayangannya yaitu Ara. Sifatnya tak buang dan memiliki wajah yang hampir mirip. Hidung mancung, kulit putih, tinggi dan Rambut panjang yang tidak terlalu lurus. Membuatnya kelihatan begitu cantik
"Kamu mirip banget sama Ara. Sama sama bawel, dan suka ngejahilin" Ucap Selly
Namira tertawa kecil mendengar ucapan Selly, benar saja. Baru beberapa jam bertemu. Ara sudah mengeluarkan suara bawelnya dirumah ini. Membuat Namira mengiyakan bahwa ia memiliki kebawelan yang sama dengan Ara.
"Ini mas. Kamu potong daun bawang nya ya, tipis tipis" Selly menyerahkan pisau dan daun bawang ke Bara.
"Gimana cara potong nya?" Tanya Bara yang heran melihat pisau didepannya ini.
"Kenapa pisaunya gak bisa motong?" Tanyanya lagi
"Gimana bisa kamu motongnya. Kalau tutup pisaunya belum kamu buka" Ucap Selly menggelengkan kepalanya. Lalu mengambil alih pisau dari tangan Bara.
Namira yang mendengar ucapan Selly. Langsung tertawa terpingkal pingkal, ternyata ayahnya ini begitu buta soal dapur. Tawa Namira terdengar sampai ke kuping Langit, Ara yang sudah tertidur akibat kelelahan langsung dibawa Langit kekamar Bara.
"Bi kenapa tempat tidurnya dibuat jadi dua?" Tanya Langit yang heran ketika memasuki Kamar Papa nya. Ada dua tempat tidur yang digempetkan disana, membuatnya bingung.
"Tadi tuan Bara yang minta den" Jawab Pembantu rumah megah itu.
"Oo. Sudah selesai kah?" Tanya Langit.
"Sudah den. Saya pamit dulu"
Langit hanya mengangguk mengiyakan. Lalu meletakkan Ara diatas kasur king size nan nyaman itu. Ia mencium kening Ara sesekali mengelus sayang rambutnya. Lalu memutuskan menyusul Namira kebawah
***
"Seru banget kayaknya" Ucap Langit yang berada diambang pintu dapur. Menyaksikan pemandangan yang amat begitu indah ini. Sudah lama Langit tak melihat Namira tertawa puas seperti ini, setelah kepergian saudara kembarnya.
"Eh Langit. Sini deh, lihat ni Papa" Namira menunjuk kearah Bara yang susah sekali menjalankan pisau ditangannya.
Langit memasuki dapur melihat kearah yang Namira tunjuk. Langit pun ikut tertawa bersama Namira, seakan lupa segalanya, mereka tertawa terpingkal-pingkal sangkin bahagianya.
"Seneng banget anak anak Bunda" Ucap Selly sekilas melirik kearah Bara yang masih kesusahan.
"Papa nyerah deh. Udah gak dibantuin malah diketawain" Ucap Bara mengangkat tangannya keatas. Bagai pencuri yang sedang ketahuan.
Namira kembali tertawa terbahak bahak, suara tawanya kini menggelegar. Bara melihat putrinya itu, turut bahagia. Ada kedamaian dihatinya, setalah kepergian kembaran Namira, dan Langit yang memutuskan untuk tinggal bersama Bundanya. Bara sudah tidak pernah mendengar Namira tertawa dengan sebahagia ini.
"Namira seneng banget ada Bunda, Langit dan Ara disini, Namira ngerasa punya keluarga yang utuh lagi" Ucap nya sambil memeluk Selly.
"Bunda juga seneng ketemu anak sebaik dan seceria kamu. Bunda jadi ngerasa ada dua bawel yang nemenin Bunda sekarang" Selly membalas pelukan Namira.
Entah mengapa, Namira begitu menyukai suasana ini. Padahal ini pertemuan pertamanya dengan Selly dan Ara. Namun, ia tak ingin ini berakhir. Namira merasa dunianya kembali. Kebahagiannya keceriannya, dan kasih sayang yang diberikan Selly hanya dalam beberapa jam. Mampu membuat ia merasakan kehangatan kasih sayang seorang ibu.
"Pa. Bagaimana jika Bunda, Langit dan Ara tinggal bersama kita disini?" Tanya Namira. Membuat seluruh makhluk yang ada didapur terkejut akibat ucapannya.
"Ngawur Lo!" Ucap Langit memotong omongan Namira.
"Kok ngawur. Lo dan Ara kan juga anak Papa, wajar dong"
"Tapi, Papa dan Bunda udah pisah. Dan sangat tidak mungkin mereka serumah" Kandas Langit.
"Tapikan Papa juga pulangnya seminggu sekali. Dan Bunda juga pisah kamar sama Papa, masalahnya dimana?"
"Gak bisa Nam. Papa dan Bunda sudah bercerai mereka gak mungkin tinggal satu rumah, kecuali mereka rujuk kembali" Terang Langit.
"Yaudah kalau gitu Papa dan Bunda rujuk aja lagi" Pinta Namira. Lagi lagi Namira membuat Bara, Selly dan Langit terkaget.
"Ide bagus" Ucap Langit
"Gimana Pa, Bun. Kalian mau kan rujuk kembali. Demi kita anak anak kalian, kita sangat butuh peran dari kalian berdua yang utuh. Bukan pisah begini"
Tak ada jawaban dari Selly dan Bara. Keduanya sama sama sibuk dengan pikirannya masing masing, jika boleh jujur. Jujur Selly akan dengan senang hati jika harus rujuk dengan Bara, sebab dirinya masih sangat mencintai Bara. Namun, Bara sendiri masih tidka tahu untuk siapa dan bagaimana perasaannya sekarang. Semua terasa begitu hambar.
"Pa" Namira kembali memanggil Papanya yang terlihat begitu bingung. Dengan permintaan putrinya itu.
"Papa ke kamar dulu. Ganti baju dan bersih bersih" Bara meninggalkan dapur. Berjalan kearah tangga menuju kamarnya
Selly yang tak ingin ditanyai mengenai hal itu lagi. berusaha mengalihkan perhatian Langit dan Namira.
"Ara dimana?" Tanya Selly. Akhirnya ia menemukan cara menghindari pertanyaan Namira.
"Namira sudah tidur" Jawab Langit. Sambil mengiris daun bawang milik Papanya tadi.
"Bunda" Panggil Namira
"Iya sayang? Sepertinya sup nya mulai mendidih. Sini wortelnya biar Bunda masukkan" Lagi lagi Selly berusaha menghindari Namira