Langit terus saja tertawa tanpa memperdulikan wajah kesal Senja. Tak lama ada yang membuka pintu ruang rawat Senja.
"Wah wah tumben sekali kamu tertawa begitu ngakaknya" Ucap Selly yang baru saja datang.
Ara langsung berlari menghampiri Senja.
"Kak sunseeeeeeeeet"
"Araaaaa apa kabar kamu"
"Baik nak sunset. Ara mau naik Bun" Ara meminta Bundanya untuk menaikkannya ke ranjang Senja.
"Bunda kenapa gak bilang mau dateng?" Tanya Langit
"Bunda udah bilang kemarin kan"
"Oh iya Langit lupa"
"Bagaimana keadaan mu sayang?" Tanya Selly sambil mencium kepala Senja.
"Alhamdulillah sudah membaik Bun. Senja senang deh, Bunda dan Ara sempat kan datang menjenguk Senja"
"Seharusnya memang begitu. Kan kamu calon menantu Bunda" Ucap Selly sambil memberikan kode kepada Langit.
"Apa apaan si Bun" Jawab Langit.
"Gak usah malu malu la. Tinggal jujur aja"
"Langit sama Senja gak ada apa apa kok"
"Tapi kamu bisa tertawa sebegitu meriahnya hanya bersama Senja. Bahkan sama Ara kamu hanya sekedar tertawa biasa"
"Biasa aja Bunda" Jawab Langit lalu memilih kembali duduk diatas sofa
"Bagaimana Langit? Kamu menyukainya kan" Selly mencoba menggoda Senja.
Senja tersipu malu. Ia senyum senyum tak jelas hatinya bagai sedang berbunga bunga, senyumnya mengembang manis. Ara mencium pipi Senja menbuat Senja terkaget
"Eh"
"Kak Sunset cantik kalo lagi malu malu" Ucap Ara yang dari tadi mengagumi Senja.
"Kamu bisa aja yaa" Senja menggelitiki Ara yang ada disampingnya. Membuat Ara tertawa bahagia.
"Ampun ampun. Kak Sunset Ara mau ngomong"
"Ngomong apa ci gadis kecil cantik ini? Mau ngomong apa Sayang"
"Kak Sunset tinggal dirumah Ara aja ya. Kak Sunset cocok sama Abang Sky" Ucap Ara sambil membuat tangannya seperti anak kecil yang sedang memohon pada ibunya untuk dibelikan coklat.
Selly, Langit, dan Senja hanya bisa lihat lihatan. Dari mana gadis kecil ini tau tentang cocok cocokan? Bahkan ia masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu.
Tiba tiba Selly tertawa. Lalu, mencium Ara dengan gemas.
"Kalian lihat, bahkan anak kecil saja tahu bahwa kalian itu cocok" Ucap Selly.
Lagi lagi Senja malu malu. Senyuman kecil terlintas di bibirnya. Mukanya memerah, ia sangat bahagia mendengar Bunda Langit memberi izin atas hubungan mereka.
"Bunda!" Ucap Langit dengan nada sedikit tinggi.
"Kenapa sayang? Bunda hanya mengatakan apa yang Bunda lihat. Kalian itu sangat cocok, kamu bisa bertunangan dengan Senja sekarang, setalah tamat kalian baru bisa menikah"
"Menikah?" Tanya Senja dengan wajah merahnya. Ia sangat malu sekarang.
"Iya menikah, Bunda akan bicarakan pada Papa Langit. Pasti dia menyetujuinya" Selly duduk disamping Langit dan memegang bahu putra nya itu
"Kamu anak laki laki satu satunya di keluarga Dezz. Dan kamu yang akan melanjutkan bisnis Papa mu. Kamu juga sudah memiliki bengkel mobil yang cukup terkenal bukan? Padahal usia mu masih 17 tahun." Ucap Selly panjang lebar.
"Langit punya usaha bengkel mobil?" Tanya Senja tak percaya. Ia bahkan tak mengetahui tentang itu, dan Deyana juga tidak pernah bercerita tentang itu.
"Iya. Langit punya Bengkel mobil, Bahkan itu dari hasil keringat nya sendiri. Tidak ada campur tangan Bunda atau pun Papa Langit"
"Bunda tapi Langit masih terlalu muda untuk menikah" Terang Langit.
"Bunda tidak memaksamu menikah. Biarpun Papa mu juga sudah sangat menginginkan kamu untuk menikah, tapi kami tidak pernah memaksa kehendak padamu. Semuanya terserah bagaimana mau kamu, Bunda dan Papa selalu mendukungmu."
"Papa menginginkan Langit menikah?"
"Iya. Kami sudah terlalu tua nak, dan Papa mu segera ingin kamu mengambil alih perusahaannya saat kamu tamat nanti. Dan dibalik itu semua kamu harus punya pendamping hidup. Mama tau Senja orang baik, dia begitu gampang mengerti keadaan siapa pun"
"Ma tapi Langit gak bisa menikah sama Senja"
"Kenapa? Dia kurang apa di mata kamu? Dia cantik, dia baik, dia manis bahkan dia impian semua laki laki di luar sana"
"Ma! Langit gak suka Senja, Langit ga cinta sama Senja."
"Lalu? Kenapa kamu rela bermalam disini demi menjaga dia?"
"Semua atas dasar kemanusiaan"
"Kamu gak bisa bohongi hati kamu Langit. Bunda tau kamu mencintai Senja."
"Bunda. Gak ada yang tau isi hati Langit!"
Langit keluar dari ruangan Senja. Sekilas ia menatap wanita itu sinis, mengapa semua orang mengira ia menyukai Senja?.
Selly berjalan mendekati Senja. Ia melihat wajah bahagia Senja tadi, seketika berubah menjadi murung. itu semua karena Langit anak laki laki sematawayangnya itu
"Maaf kan Langit ya Senja"
"Senja gak apa apa kok Bunda" Senja berusaha tetap tersenyum. Padahal hatinya begitu kecewa
"Kamu yakin kamu gak apa apa? Langit memang keterlaluan, nanti Bunda bakal kasih dia hukuman" Ucap Selly menggeram akan tingkah laku anaknya itu.
"Senja gak apa apa Bunda. Percaya deh" Senja tetap berusaha memasang senyum manisnya.
"Kakak Sunset jangan khawatir. Nanti Ara cubit Abang Sky nya" Ucap Ara sambil memeluk erat Senja.
Senja hanya tersenyum lalu kembali memeluk Ara dengan begitu lembut. Mengecup pipi gadis kecil itu sesekali menikmati setiap aroma tubuh Ara yang masih khas anak kecil. Senja sangat menyukainya.
"Kakak Sunset Ara boleh gak bobok disini? Ara ngantuk banget" Ara menepuk kasur yang sedang ia duduki itu.
"Boleh dong sayang. Bobok gih"
"Kak Sunset bobok juga ya. Temani Ara"
"Ara emang nya tadi malem gak bobok? Kok sekarang udah ngantuk aja?" Tanya Senja.
"Ara tadi malem begadang kakak Sunset"
"Kenapa begadang?"
"Ara tu dari tadi malem pengen ketemu sama kamu. Kasian katanya, karena disuntik" Potong Selly yang sekarang duduk di kursi samping tempat tidur Senja.
Tak lama Selly dan Senja mendengar dengkuran halus. Dari mana lagi jika bukan dari Ara yang kini sudah tertidur pulas.
"Ya ampun sudah tidur dia" Ucap Selly sesekali memegangi rambut Ara dengan sayang.
"Bunda?" Panggil Senja
"Iya kenapa sayang?" Jawab Selly
"Terima kasih atas makanannya kemarin" Senja tersenyum manis pada Selly.
"Kamu suka?"
"Suka banget Bunda. Sama seperti masakan almarhum Mama, Senja jadi rindu Mama" Seketika wajah ceriah Senja kembali murung.
"Kalau kamu mau. Kamu bisa kok makan dirumah kapan aja, dan kamu bisa minta bunda buatin makanan kesukaan kamu"
"Gak ah Bunda. Takut ngerepotin"
"Enggak dong sayang. Bunda udah anggap kamu seperti anak Bunda sendiri, Bunda sangat sayang sama kamu" Selly berjalan mendekati Senja lalu mencium kepala gadis itu dengan sayang
"Bunda baik sekali" Senja memeluk Selly dengan erat. Ia merasa Mamanya hidup kembali. Selly sangat persis seperti Adisty, Penyayang dan baik hati.