Beberapa bulan setelah kepergian Agnimaya dari dunia ini, Arjuna belum juga menunjukkan tanda-tanda semangat hidup. Remaja usia tujuh belas itu malah lebih tertutup. Hanya saja ia semakin dingin dan tak tersentuh. Anak-anak di sekitarnya juga merasa sedikit ngeri jika secara tak sengaja bertatap muka dengan Arjuna.
Melihat salah satu anak angkatnya di depan teras rumah yang sendirian, bahkan terlihat gundah gulana, Hilal yang tegas itu, mendatangi si anak.
"Paman Hilal?" sapa Arjuna ketika lelaki itu duduk di sebelah kanannya.
"Merenung dan meratap, bukan sebuah solusi. Itu cuma menambah keterpurukan."
Arjuna paham maksud Hilal, lelaki yang mengeluarkan dari panti asuhan dan mengajaknya tinggal di Jakarta sekarang ini. Meski terlihat kejam dan jauh dari kata lembut, tetapi lelaki ini adalah orang yang sebetulnya sangat peduli kepada sesama.
"Ibu Sri tadi telpon,"
Mendengar empat kata itu, mata Arjuna melebar, terdapat binaran semangat pada indera penglihatannya.
"Beliau menanyakan tentang dirimu, Jun. Paman tidak bisa bilang jika kamu masih terpuruk. Itu mungkin akan membuat Ibu Sri sedih. Jadi, Paman mengatakan jika Juna sudah baik-baik saja saat ini. Maaf ya, Nak!"
"Ibu Sri?! Bagaimana kabar beliau sekarang, Paman?" Arjuna berseru penuh semangat.
Hilal tersenyum simpul, seraya mengangguk. Kemudian berdiri, mengusap kepala Arjuna.
"Beliau baik-baik saja, asalkan mendengar kabar Juna juga baik-baik saja. Paman sudah masak, setelah ini Juna makan, ya? Juna jangan sering melamun seperti ini dong, Sayang? Paman khawatir melihat Juna kerjaannya melamun saja sejak kita datang ke rumah paman ini. Apa Juna tidak senang tinggal bersama Paman?"
"Juna senang kok tinggal bersama Paman," lirih Juna. Dia sembari mengangguk.
"Kalau begitu, Juna jangan terus terpuruk, ya?"
Arjuna hanya mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian lelaki berusia sekitar 40tahunan itu berlalu dari sana.
Kini, wajah Arjuna sedikit cerah, terdapat senyuman hangat. Karena kesedihan yang mendalam, dia telah lupa tujuannya untuk berusaha lebih keras lagi agar menjadi sesorang yang disegani atau ditakuti sekalian.
Bersambung ....