Chapter 14 - MALAIKAT NIE KECIL 2

Kamar sempat gempar dengan suara ayah Nie MingJue yang mengira nafas wanita itu telah putus. Namun ketika dia menyahut dengan pelan... seluruh Bu Jing Shi tertawa keras dengan bahagia.

"AiShang..." desah wanita itu. Suaranya serak dan nyaris hilang seperti angin.

Seorang tabib yang menggendong bayi mungil cantik itu pun mendekat. Senyum gemasnya entah kenapa dicampuri kegusaran. Dan saat ayah Nie MingJue mengulurkan tangan ingin meraih... perempuan itu mengabarkan satu fakta yang mengejutkan.

"Selamat, Tuan. Bayi laki-laki Anda sungguh tampan..."

"Apa?"

Yang berseru begitu adalah Nie MingJue. Tabib itu tersenyum cerah. "Iya, dan dia sangat-sangat sehat," katanya. "Apa kau mau menggendongnya?"

"Ya!"

Nie MingJue mendekat lebih cepat dari sang ayah. Dia menerima buntalan mungil yang menggeliut-geliut itu. Dan menghirup aroma khas harum bayi yang masih agak anyir oleh darah.

Tubuh rapuh itu bersih. Persis seperti YueRen, yang berbibir kelumit layaknya delima dibelah dua. Dengan mata bulat dan pipi gemuk... sangat berkilau oleh pantulan dari mentari.

"AiShang..." gumamnya pelan. Lalu menatap mata YueRen. Wanita itu tersenyum masam kepadanya.

"Jadi dia laki-laki?" tanyanya segan. "Maaf, MingJue... tapi yang kudengar dia akan terlihat cantik."

Ibu Nie MingJue mendekat dan membelai lembut rambut YueRen. "Tidak apa-apa... tidak apa-apa... kita memang berharap tuan puteri. Tapi MingJue kelihatannya tidak masalah punya teman bersaing pedang," katanya. Lalu menoleh ke Nie MingJue. "Iya, kan?"

Nie MingJue menatap bayi menggemaskan itu. Maniknya berkerlip seperti lampion di tengah gelap. "Tapi dia memang cantik..." gumamnya pelan. "Bapa tabib tidak salah..."

YueRen pun tersenyum lemah. "Benarkah?" tanyanya. "Jadi kau tidak apa-apa dengan bersaing?"

Nie MingJue beralih fokus kepada YueRen. "Ya," katanya dengan membuat senyuman tipis. "Dia akan kuajak kemana pun."

Mendengarnya, seluruh ruangan pun tersenyum. Ayah Nie MingJue yang semula cemas pun bisa ikut lega setelahnya. Pria itu mengelus pelan punggung Nie MingJue.

"Baguslah..." katanya senang. "Sekarang boleh Ayah yang ganti menggendongnya?"

"Hm..."

Nie MingJue pun menyerahkan buntalan itu dan membiarkan ayahnya menggantikan. Pria itu menyayang pelan pipi AiShang dengan hidungnya yang berkumis hingga bayi itu merengek-rengek.

YueRen pun tertawa kecil karenanya.

"Tapi namanya terlalu feminin untuk lelaki," kata ibu Nie MingJue. Sambil menekan lembut pipi gemuk AiShang. Dia menatap suaminya dan memberi saran pelan. "Bagaimana kalau kita ganti dengan HuaiSang?"

"HuaiSang?" pikir ayah Nie MingJue.

"Ya..."

Pria itu lalu mendekat kepada YueRen.

"Bagaimana dengan HuaiSang?" tanyanya secara rahasia.

YueRen mengangguk paham dan malah menoleh kepada Nie MingJue. "Ya... HuaiSang juga bagus, kan... MingJue?"

Nie MingJue yang semula diam pun mendekati adik kecilnya. Dia meraih jemari-jemari mungil itu ke dalam genggamannya dengan lembut.

"Selamat datang, HuaiSang..." kata Nie MingJue. "Malaikat cantik di Sekte QingHe..."

.

.

.

Nie HuaiSang umur 3 tahun. Saat itu, Nie MingJue sering mengeluh ketika latihannya sering diganggu. Dia bisa menghela nafas panjang kala dirambati di kaki-kaki dan menjerit sebal kala dikejar tanpa henti.

Dulu, Nie MingJue memang senang menggendongnya kemana pun. Namun kini, kedua kaki pendek itu justru selalu mengikutinya setiap hari.

Nie MingJue terkadang sampai berhenti latihan berkuda karena cemas adiknya ditendang. Dia mungkin mendengus sebal di awal-awal, namun tetap tertawa begitu mengangkat Nie HuaiSang ke gendongannya. Kalau sudah begitu, Nie HuaiSang akan memeluk lehernya erat dan menggigit kepangan rambutnya begitu gemas.

"Kakak... Kakak..."

YueRen dan Ibu Nie MingJue sendiri senang menonton interaksi kedua bocah itu. Mereka menyulam bersama sambil mengawasi latihan rutin Nie MingJue dan kadang juga bertepuk tangan kalau mereka mulai berkelahi soal sesuatu. Dan kalau Nie HuaiSang menangis, Nie MingJue akan dihukum tidak boleh mendekati adiknya tiga hari.

Mulanya YueRen heran kenapa Ibu Nie MingJue tidak memberi ganjaran yang lebih berat. Namun setelah dia mendengar alasannya, tawa lepas pun mengudara di tengah murid begitu saja.

Meski terlihat brutal di pelataran, sebenarnya Nie MingJue paling tidak bisa jika dipisahkan dari sang adik. Namun jika sudah terlanjur kejadian, Tuan Muda Sekte Nie itu akan berlatih lebih keras agar terbukti pantas sebelum main bersama adiknya lagi.

Tiga tahun kemudian, saat Nie HuaiSang 6 tahun... mereka berdua mulai dilatih pedang bersama-sama. Dan kalau sang ayah ada di rumah, pria itu akan mengawasi jalannya pelatihan secara langsung.

Sesekali mereka juga diadu dengan murid lain. Dan kalau Nie HuaiSang kesulitan, Nie MingJue akan membantu meski adiknya sering tak sanggup. YueRen tentu sering prihatin, namun dia tak bisa apa-apa selain menyemangati karena kesehatannya mulai melemah.

Nie MingJue sendiri tak berniat mengeras usaha adiknya. Dia tahu Nie HuaiSang butuh kakak yang melindungi. Terlebih kala YueRen sering pergi menemani sang ayah di luar QingHe untuk mengurus hal besar apa lagi. Karena itu, terkadang sejenak dia berpikir... Nie HuaiSang memang berbeda. Dia tak lihai dalam berpedang, namun bisa berhenti menangis hanya karena diberi kuas.