"Nie-Zhongzu telah melakukan begitu banyak usaha," kata Wei WuXian, menguji. "Bukankah kau ingin menjadi Xiandu?"
Untuk sejenak, raut Nie HuaiSang beku. Lantas berbalik dan memandang pegunungan dengan senyuman tipis yang masih terpatri di bibirnya. "Wei-Xiong, aku ingat seseorang yang mengatakan ini sebelumnya," katanya. "Gunung-gunung dan sungai-sungai ini. Dengan keempat pemandangan yang indah. Tak peduli berapa kali kau melihatnya, tidak akan pernah bosan. Aku orang yang puitis. Hal-hal yang perlu kulakukan, aku tak akan lalai. Tapi untuk hal-hal yang bukan urusanku, aku tak akan ikut campur."
Sekali lagi, Nie HuaiSang berbalik melihat Wei WuXian. Senyumnya disertai seringai kecil. Wei WuXian balas tersenyum hambar, sementara Lan WangJi tetap disana seperti air danau.
"Aku akan pergi," kata Nie HuaiSang. Lantas berlalu menuruni jalanan menuruni pegunungan berbatu itu. Kipasnya berkebat pelan, disertai langkah kaki dan kibaran jubah kebesaran yang khas.
Wei WuXian, "..."
Lan WangJi memandang sekilas ke punggung Nie HuaiSang sebelum menatap wajah Wei WuXian yang penuh spekulasi. "Kau tak bertanya padanya?"
Wei WuXian, "Bertanya apa?"
"..."
Lan WangJi menatap ke mata itu, tapi Wei WuXian justru mendengus pelan. Seolah mengerti isi pikiran Lan WangJi, dia mengutarakan segalanya.
"Bertanya siapa yang mengarahkan Mo XuanYu? Meletakkan roh pedang? Menemukan Sisi dan Bicao, atau mengirim surat anonim itu?" dengus Wei WuXian lagi. "Tapi semua pertanyaan ini tak penting lagi sekarang, kan?"
Wei WuXian dan Lan WangJi berpandangan. Hanya sebentar... lalu Wei WuXian berlalu sembari memutar serulingnya.
Wei WuXian benar. Terlepas dari apapun yang terjadi dulu, sekarang semua telah selesai. Wei WuXian kembali ke dunia ini karena pengorbanan Mo XuanYu. Kelima tanda di lengannya telah hilang sempurna saat Jin GuangYao meregang nyawa di pedang Lan XiChen. Kematian kakak Mo XuanYu itu pun menyapu habis perkara kesalah pahaman Wei WuXian di masa lalu. Nama Mo XuanYu sendiri bersih dan dunia kultivasi tak perlu khawatir akan posisi Xiandu yang diatur seorang bajingan licik seperti Jin GuangYao.
Semua sudah selesai dengan baik.
Jika pun Nie HuaiSang benar-benar jawaban dari seluruh pertanyaan yang Wei WuXian ucapkan, dia tak memiliki motif di luar kepentingan pribadinya. Dari nafasnya yang tenang saat menjawab, dan tatapan matanya beberapa saat lalu, Pemimpin Sekte Nie itu jujur apa adanya.
Lan WangJi tak seharusnya mengkhawatirkan apapun.
Langkah-langkah Wei WuXian memelan ketika Lan WangJi belum ada di sisinya. Wei WuXian berbalik, "Kau lama."
Lan WangJi menyusulnya dan mengiringi. "Xiong Zhang mengatakan maaf untukmu."
Wei WuXian tersenyum. Dari menatap wajah teduh Lan WangJi yang di sebelahnya, dia menatap langit biru di atas sana. Beberapa burung terbang melintas di atas pohon-pohon tinggi. "Aku sudah tahu," katanya. "Berarti aku harus menunggumu, dan itu akan jadi perjalanan yang panjang."
Lan WangJi, "Hanya satu tahun," katanya. "Kau mengenal Xiong Zhang dengan baik."
Wei WuXian mendengus tersenyum. Dia menatap Lan WangJi dengan bibir dibuat-buat mengerucut. Serulingnya mengayun ke wajah itu. "Jahat sekali," katanya. "Aku terpisah dari satu-satunya orang yang mendukungku penuh dalam hidup. Kenapa itu bisa jadi sangat singkat? Kau tahu setahun akan terasa selama apa?"
Lan WangJi, "..."
"Aku akan sering ingin melihatmu, percaya kan?"
"..."
Wei WuXian tertawa melihat raut menyesal Lan WangJi. Dia tahu Lan WagJi ingin mengatakan sesuatu yang bisa meringankan beban hatinya, tapi dia bukan tipe yang mudah meninggalkan kenyataan ketika hatinya sendiri sulit menerima.
Mereka baru menikah, belum ada sepuluh hari pergi, Lan WangJi harus menetap di Gusu sementara Wei WuXian belum diterima secara resmi di dalam Yun Shen Buzhi Chu.
Seharusnya mereka menghabiskan waktu lebih banyak dengan hal-hal menyenangkan saat itu. Bukan semakin menjauh pergi, mengelana entah kemana tanpa tujuan, menginap saat malam dan mengunjungi kedai-kedai saat siang, lalu pergi lagi.
Seharusnya mereka sudah merencanakan lebih banyak hal terlebih dahulu sebelum murid-murid dari Gusu datang.
"Aku bercanda..."
Wei WuXian menyenggol bahunya dengan tawa.
"..."
"Lan Zhan, kau sudah pernah menungguku selama 16 tahun," kata Wei WuXian. Membuat Lan WangJi memandangnya dengan perasaan tak terbaca. "Itu pun tanpa kepastian. Aku malah harusnya tak kembali. Jadi, jika dibandingkan setahun aku menunggumu, itu bukan apa-apa. Iya, kan?"
"Tidak."
"Eh? Tidak?"
Lan WangJi beralih menatap lurus. Rautnya datar, namun telinganya memerah. "Kau tidak pernah pergi."
Wei WuXian, "..."
Untuk beberapa langkah, Wei WuXian tertinggal karena sempat berhenti. Kini giliran Lan WangJi yang berbalik dan menunggunya.
Wei WuXian berdiri sejajar lurus dengan Lang WangJi. Dia diam. Namun isi kepalanya berisi banyak hal.
Lan XiChen telah menumpahkan segala kekesalan padanya waktu itu. Menghamburkan segala rahasia Lan WangJi di masa lalu selama dia pergi. Jin GuangYao bahkan menjadi pendengar baik yang bisa mengerti Lan WangJi meski hanya lewat cerita-cerita Lan XiChen sesekali.
Wei WuXian yakin Lan WangJi telah melalui banyak hal bahkan sebelum dia memahami perasaan Tuan Muda Lan Kedua itu. Mungkin Lan WangJi juga merasakan putus asa, sampai-sampai menyimpan begitu banyak arak Senyum Kaisar di bawah lantai kayu Jingshi. Simbol di dadanya juga menjelaskan kegilaannya yang tak pernah Wei WuXian banyangkan, tapi... diantara semua itu, Lan WangJi tak pernah sekali pun mencoba membunuh dirinya sendiri.
"Lan Zhan, bisa kau katakan itu sekali lagi?"
"..."
Wei WuXian berlari-lari kecil dan mendekat. Senyum lebarnya disertai serbuan hangat dalam hati. Matanya berair. "Kenapa tidak mengatakannya? Aku tadi kan... tidak dengar..."
Lagi-lagi, Lan WangJi tetap diam. Tapi Wei WuXian melihat telinga-telinga itu semakin memerah. Dia pun terkikik bahagia. Lalu menabrak peluk pria itu.
"Kau tidak pernah pergi."
Selama 16 tahun itu, Lan WangJi tetap bertahan hanya untuk membawa kenangan tentangnya ikut hidup. Wei WuXian mengerti meski Lan WangJi menolak mengulangi. Lagipula mereka akan berpisah sebentar lagi, tak ada waktu untuk memikirkan kesedihan lebih lanjut. Langit dan bumi telah menjadi saksi apapun yang mereka lalui hingga sujud yang ketiga di Desa Mo waktu itu.
Ada begitu banyak hal. Dan Wei WuXian sudah memiliki segalanya selama Lan WangJi ada. Itu hanya setahun, tidak perlu dipikir berat. Lan WangJi pasti menjalankan ini dengan baik demi seluruh dunia kultivasi. Dia tidak sendirian. Pria itu pasti menjaganya dari dekat meskipun tampak jauh.
Wei WuXian, "Dengar ya, aku akan bersenang-senang semauku. Dan ini bukan minta izin."
"Mn."
"Kau akan memikirkan masalah rumit saat aku senang-senang minum arak."
"Mn."
Wei WuXian hampir meneteskan air matanya jika tidak menatap langit. "Aku akan membawa token giokmu kemana-mana dan memberi banyak tagihan makanan untuk setiap kedai. Dan lagi, jangan marah-marah kalau aku muncul setiap malam di mimpimu. Kujamin kau tak akan bisa tidur!"
"Mn."
Wei WuXian melepaskan diri dan mendengus. Raut wajahnya dibuat-buat kesal. "Kau tidak mengatakan hal lain lagi?"
"Kembali."
Wei WuXian tersenyum lebar lagi. "Tentu saja! Meskipun ada monster jahat menggangguku, meskipun tangan atau kakiku ada yang hilang di luar sana, aku pasti akan kembali dan kau tak boleh menolakku. Hahaha..."
Wei WuXian lalu berlari turun dari tangga-tangga itu. "Ayo!" jeritnya. Tanpa menunggu lagi dia terus berlari tanpa henti. Lan WangJi sampai menjentikkan sedikit cahaya biru dari jemarinya. Roh WangJi pun mengikuti diam-diam. Setiap langkah semangat Wei WuXian agar kaki-kaki itu terjaga dari bahaya apapun di depannya.
Bichen di genggaman bergetar pelan saat Lan WangJi berjalan pelan menyusul Wei WuXian. Pedang anggun itu seperti ikut cemas dan ingin menyusul WangJi yang telah jauh menghilang di balik tikungan. Tapi Lan WangJi hanya memandangnya sekilas dengan senyum tipis.
Lan WangJi, "Tidak apa-apa."
Di atas pegunungan, Xiao Pingguo tampak lebih tenang daripada biasanya. Ekornya yang mengibas pelan ketika Wei Wuxian memegang kekangnya. Keledai hitam itu tampak tak menaruh dendam sebesar ketika awal dia dicuri Wei WuXian dari kandang.