Chapter 20 - PERPISAHAN 2

Lan WangJi menatap wajah itu dengan pandangan yang berkabur. Begitu pun Wei WuXian. Keduanya hanya diam, meski ada lebih banyak hal yang ingin dikatakan.

Bulu merah Chen Qing berkibar.

Wei WuXian, "Aku pergi ke arah sana."

Lan WangJi, "Aku akan pergi ke arah sini."

Bichen lagi-lagi bergetar di genggaman Lan WangJi. Rohnya menatap wajah Wei WuXian terliha jauh lebih tersakiti daripada sang pemilik. Dia telah meluncur berkali-kali untuk melindungi sosok terkasih Lan WangJi itu. Dulu dia bergerak karena keinginan tuannya, namun sejak merasakan seberapa bahagia Lan WangJi menemukan Wei WuXian kembali, dia mengerti harus apa.

Tidak bersiaga di sekitar Wei WuXian selama setahun kedepan adalah hal yang sulit dibayangkan. Apalagi jika melihat kelopak mata Lan WangJi turun.

Wei WuXian tersenyum getir, namun tak mengatakan apa-apa.

Lan WangJi. "Apa kau telah memutuskan kemana kau akan pergi?"

Wei WuXian menggeleng pelan. Senyumnya masih ada. Dia lalu menghela nafas panjang. "Dunia ini sangat luas," katanya. "Aku akan mengembara sambil minum anggur, dan menjadikan Xiao Pingguo sebagai tumpangan sekaligus rumahku."

Lan WangJi mengangguk. Keningnya berkerut-kerut samar meski ingin terlihat tenang.

Wei WuXian melihat itu dan tak mampu mempertahankan senyumnya. "Lan Zhan, aku pergi."

Lan WangJi mengangguk lagi.

Wei WuXian mengeratkan kekangannya hingga Xiao Pingguo mengibaskan telinga beberapa kali. "Xiao Pingguo, ayo pergi," katanya. Dengan langkah perlahan dia melewati bahu Lan WangJi. Lan WangJi tak melihat, tapi dia tetap ingin tersenyum lagi dan berkata dengan lantang, "Gunung hijau tak akan berubah! Air yang mengalir tak ada habisnya... dan kita akan bertemu lagi...!"

Lan WangJi berbalik perlahan. Matanya mengikuti tiap gerik Wei WuXian dan lambaian tangannya yang diangkat tinggi-tinggi.

Chen Qing menguarkan aroma lembut untuk pertama kali saat itu. Meminta WangJi kembali ke tuannya. Roh Guqin itu mengangguk sebelum melesat jatuh menuju Lan WangJi.

Lan WangJi memandang punggung itu nyaris tak berkedip. Rambut halus yang berkibar pelan dengan hiasan pita merah sepanjang pinggang. Sosok itu terdengar riang tapi jiwanya merasakan getaran rapuh Wei WuXian yang menyebar di udara.

Wei WuXian bukan lagi Yiling Laozu tak terkalahkan seperti dulu. Tubuhnya rapuh. Mo XuanYu meninggalkan sedikit energi dalam tubuh pengorbanan itu. Inti emasnya bahkan belum terbentuk ketika memutuskan untuk mati. Sehingga ketika Wei WuXian hadir menggantikan, tubuh itu tak datang dengan cara layak. Rambutnya berantakan, tubuhnya kelaparan, dan bersimpuh di tengah array darah yang mengering.

Wei WuXian kembali dengan panggilan dari sebuah jiwa yang sakit. Sangat sakit. Lan WangJi memang tidak tahu secara detail, tapi siapa yang tak pernah mendengar kabar mengenai Mo XuanYu? Pria itu pernah memberikan kegemparan dalam dunia kultivasi ketika diusir dari Jin LingTai. Pulang dengan membawa aib besar yang diketahui semua orang hingga ibunya tak sanggup lagi untuk berbangga diri.

Sejak awal Mo XuanYu memiliki darah pelayan di balik kesempatan besarnya menginjakkan kaki di sebelah Jin GuangYao. Sebagai sama-sama anak tidak sah Jin GuangShan yang diberi kesempatan untuk belajar kultivasi. Saat Jin ZiXuan digadang-gadang terlalu kekanakan dan tak telalu cakap dalam tugas, Nyonya Kedua Mo berteriak ke seluruh Desa Mo bahwa anaknya memiliki celah menjanjikan. Dibandingkan dengan Jin GuangYao yang lahir dalam tempat pelacuran, jelas rasa kepercaan diri terhadap anaknya lebih besar.

Dunia kultivasi tahu ada banyak celah dalam tampuk kepemimpinan Sekte Jin. Sebagai murid teladan di masa lalu, Lan WangJi jelas tak melewatkan belajar pohon silsilah sepenting itu.

Hanya saja, kepribadian Mo XuanYu adalah persoalan yang berbeda.

Lan WangJi sempat menoleh beberapa kali ke sembarang arah ketika mengunjungi Desa Mo bersama Wei WuXian. Sebab penduduk disana berdesas-desus dan menunjuk Wei WuXian mirip Mo XuanYu... yang dulu terkenal berpenampilan menarik, memiliki tubuh ramping, dan berjubah hitam.

Kata mereka, Mo XuanYu sebenarnya menawan. Sayang syaraf otaknya ada yang putus hingga pernah mengejar lubang hewan buas disamping menaksir laki-laki.

Hanya saja mereka tak berani bertindak lebih ketika melihatnya.

Han GuangJun memiliki nama besar kemana pun dia pergi. Sikapnya tenang meski beberapa dari mereka masih tak menerima Yiling Laozu sebagai korban kesalah pahaman besar di masa lalu.

Wei WuXian yang di sebelahnya justru terkikik. "Ini kampung halamanku," katanya. "Setidaknya anggap saja begitu. Lan Zhan, bagaimana pun aku terlahir kembali disini..."

Lan WangJi mengangguk. "Mn."

Wei WuXian langsung menarik lengan Lan WangJi ketika melihat sebuah kuil. "Lan Zhan, ikut aku!" serunya. Lalu masuk ke dalam begitu saja. Di dalam sana ada beberapa biksu.

Wei WuXian memberi hormat terburu-buru yang diikuti Lan WangJi sebelum menyasar aula doa.

Mereka duduk berdampingan di tempat itu. Lantas Wei WuXian bertanya tanpa maksud ingin bertanya. "Kita lakukan hari ini?"

Lan WangJi tidak menjawab, tapi dia mengikuti ketika Wei WuXian melakukan sujud sakral itu.

(Anggep aja ini ilustrasi di Desa Mo ya. Hahaha... Nggak ada di film soalnya 🤣)

Semuanya berlalu begitu cepat. Sangat cepat. Nyaris seperti tak pernah benar-benar terjadi. Wei WuXian telah memberikan segalanya. Matanya bahkan masih terpejam untuk menyuarakan harapan ketika Lan WangJi menoleh dan menatap wajah bahagia itu.

Wajah yang tak mungkin Lan WangJi lupakan seumur hidupnya.

Lan WangJi pun berbalik, hanya demi melihat sisa-sisa gambaran wajah itu sekali lagi sebelum benar-benar hilang.

"Lan Zhan, lain kali saat kita bertemu lagi, kau harus memikirkan nama untuk lagu ini."

Seolah-olah ada suara Wei WuXian yang kembali mengingatkannya saat mereka baru berhadapan beberapa saat lalu. Lan WangJi memang tak menjawab, namun kini dia benar-benar ingin kembali pada saat itu.

"Aku sudah memikirkannya..."

Lan WangJi ingin mengatakan hal itu, sekarang, jika bisa. Tapi tidak. Wei WuXian sudah berjanji akan kembali ke tempat ini setelah menunggunya. Jadi dia harus tetap melangkah ke arah yang telah ditunjuk hingga saatnya tiba.