Bu Jing Shi di masa lalu. Saat itu Nie MingJue masih empat tahun. Di pelataran tempat latihan, dia sering bermain pedang dengan sang ayah.
Setahun kemudian, tempat itu mulai dihiasi 4 orang: Ayah Nie MingJue, Ibu Nie MingJue, Bibi YueRen, dan Nie MingJue seorang diri.
Bibi YueRen.
Nie MingJue menyebutnya begitu meskipun posisinya adalah istri kedua dari sang ayah. Sebab wanita itu masih muda, bertubuh mungil, berparas anggun, dan sangat baik kepada siapapun.
Pada awal kedatangannya, Nie MingJue tidak menyukai wanita itu. Semua karena seluruh perhatian di Sekte QingHe menjadi miliknya begitu cepat.
Jujur, wanita itu memang menarik. Dia memiliki rasa seni yang sangat tinggi, masakannya enak, sulamannya rapi, lukisannya mengagumkan, dan sering memiliki ide hebat untuk merangkai strategi perang.
Dulu Nie MingJue tidak tahu, tapi belakangan seorang murid di QingHe membicarakan asal-usul dari YueRen.
Wanita itu adalah putri tunggal sebuah keluarga cukup terpandang dari pelosok.
Daerahnya sempit dan dia menjadi primadona berkat bakatnya. Orang-orang sering memuji, dan ayah Nie MingJue melihatnya pertama kali di sebuah panggung sandiwara.
YueRen adalah pelakon seni. Dia menari dengan kipas dan selendang, sesekali juga membuat ekspresi bermacam-macam.
Namun benar-benar baik dan sangat sopan.
Saat berdialog, lirikan matanya seperti bulu diterpa angin. Dia tertawa kecil saat ada burung-burung dara liar dan caranya tersenyum kepada para murid layaknya bangsawan yang menawan.
Di usia 6, Nie MingJue pernah pergi ke hutan selama tiga hari untuk melepas emosi dari dadanya. Dia ingin mencari kawanan roh, ayam pegar, babi hutan, atau apapun untuk membuat sang ayah bangga melihatnya.
Dengan selongsong panah kecil, dia berlari dan memanjat dari pohon ke pohon lain. Tanpa pengawasan, tanpa penjagaan, dan tanpa izin lebih dahulu.
Nie MingJue sadar dia dicari, namun dia tak peduli sedikit pun.
Namun saat pulang, dia justru kembali kesal. Sebab YueRen lagi-lagi berada di tengah kerumunan pelataran. Tapi kali ini lebih besar. Disana hampir diisi penuh seluruh murid, para dayang dan ajudan, bahkan ayah dan ibunya ikut tersenyum senang dan memberi selamat atas kabar baik entah apa.
Nie MingJue pun membanting longsong panahnya ke tanah tanpa sadar.
"MingJue!"
YueRen justru menjadi orang pertama yang menyadari. Wanita itu memisah diri dari kerumunan dan mendekat padanya dengan senyum terlebar yang pernah dia buat selama ini.
"Kau sudah pulang... syukurlah..."
YueRen berlutut dan menggenggam dua tangannya. Dia tetap tersenyum meski Nie MingJue menampakkan sorot mata permusuhan.
"Apa kau terluka?" tanyanya. "Bagaimana bisa kami tak menyadarimu?"
Nie MingJue ingin pergi dari sana secepatnya. Sayang perhatian seluruh kerumunan itu mengarah kepada mereka berdua saat itu.
"Tidak," kata Nie MingJue. "Aku baik-baik saja."
YueRen menepuk bahunya dan mengelus kedua pipinya begitu sayang. "Oh, ya... kau mau mendengar sesuatu?"
"Apa?"
YueRen menunduk melihat perutnya sejenak sebelum kembali menatapnya. "Apa kau mau teman bermain?"
"Teman bermain?"
"Tidak."
Jawaban tegas Nie MingJue justru memancing tawa di kerumunan.
"Bagaimana kalau adik?"
"Adik?"
"Ya, seorang adik yang sangat cantik," kata YueRen. "Kau tinggal menunggu saatnya datang. Karena sekarang dia masih menjadi malaikat di langit sana."
Mula-mula Nie MingJue sangsi mendengarnya. Sebab YueRen memilih kata-kata layaknya dongeng seperti yang biasa dia baca. Namun, lama-lama dia tersenyum tanpa sadar. "Seorang adik..." gumamnya pelan.
"Ya, dan kau tahu? Ayahmu bahkan sudah mempersiapkan nama kecilnya."
Dalam sekejap, Nie MingJue lupa dan emosinya telah menguap entah kemana.
"Siapa?"
Suara YueRen mulai memelan. Dia bahkan mendekat sedikit ke Nie MingJue dan berbisik seolah itu rahasia.
"Ai Shang..." kata YueRen. "Bagus kan?"
"Iya..." kata Nie MingJue. Walau tiga detik kemudian keningnya justru berkerut dalam. "Tapi, bagaimana kalau jadi laki-laki?"
"Apa?" kaget YueRen. Dia justru tertawa meski terpaksa. "Tidak mungkin. Bapa Paranormal bilang cirinya nanti sangat cantik. Mana mungkin laki-laki... haha..."
Nie MingJue pun tersenyum. "Baiklah..." katanya. "Ai Shang kecil yang sangat cantik."
Sejak saat itu, entah bagaimana kelanjutannya. Yang pasti Nie MingJue mulai menyukai apapun hal tentang YueRen. Bahkan setahun kemudian, saat wanita itu membuat gempar sesisi Bu Jing Shi dengan prosesi melahirkannya... Nie MingJue ikut memajatkan harapan di altar doa.
Dia menabur biji bunga. Dan memasang beberapa hiasan keramik padahal tidak pernah melakukan itu sebelumnya.
Semua dipersembahkan kepada Dewa-Dewi selamat. Dan dia terus membayangkan tawa lucu bayi perempuan kecil yang sangat cantik.
Saat tangisan kencang terdengar dari balik tujuh pasrtisi, Nie MingJue berlari datang tanpa sadar. Dia bahkan meninggalkan pedang mungil yang biasa digunakan berlatih di depan altar dan ayahnya yang kepayahan menyusulnya.
"MingJue!"
Nie MingJue tetap berlari hingga melewati semua partisi bertirai di dalam sana. Dia hampir menabrak kuali dupa di sisi pintu saat masuk dan menyasar ranjang tempat YueRen berbaring dengan penampilan sungguh berantakan.
Wanita itu terengah-engah, dan sedetik kemudian terkulai tidur.
"YueRen!"