Mereka berdua juga membahas soal lepasnya Xue Yang dan beberapa kalimat tidak bisa Nie HuaiSang dengar dari luar. Yang pasti itu berkaitan dengan penusukan Jin GuangYao ke Kepala Komandan yang dianggap Nie MingJue bukanlah kesengajaan sederhana.
Jin GuangYao beralasan itu karena dia ingin menghentikan Kepala Komandannya yang melepaskan Xue Yang dari dalam penjara bawah tanah. Tapi, mana mungkin?! Separah apapun kelakuan sang Kepala Komandan itu, dia tetap kepercayaan keluarga Nie sejak lama. Mereka bertiga bahkan sempat melewati masa kecil berada jauh sebelum Jin GuangYao diusir dari Jin LingTai dan bergabung dalam Sekte Nie di QingHe.
Lagipula, siapa yang selama ini selalu ditugasi 'menjaga' Xue Yang dan berinteraksi dengan penjahat itu, bukan?
Nie HuaiSang sendiri baru sadar begitu ingat Jin GuangYao sempat berbisik padanya di gerbang depan. Tepat sebelum anjing-anjing Sekte Wen menyerang QingHe.
"HuaiSang, aku akan ke belakang dulu untuk mengecek Xue Yang..."
Tentu, Nie HuaiSang hanya menoleh kebingungan saat mendengar itu.
Mengecek? Tapi buat apa? Bukankah tempat persembunyian Xue Yang di bawah tanah dan sangat aman?
Nie HuaiSang pun bisa menyambung segala potongan itu satu per satu.
Jin GuangYao lah yang melepaskan Xue Yang saat itu. Lalu dia memanfaatkan situasi untuk membunuh si Kepala Komandan yang pernah membuatnya sakit hati, setelah menghinanya sebagai anak pelacur dan sebagainya... Namun Nie MingJue melihat peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri.
Sebenarnya Nie HuaiSang juga melihat hal itu, namun dia terlalu bingung untuk mengadili hingga Nie MingJue berteriak padanya dengan suara yang begit kasar.
"HuaiSang! Bawa Meng Yao padaku!"
Saat itu, Nie HuaiSang memang masih salah arah, namun kini tidak lagi.
Nie HuaiSang terisak. "Aku benar-benar telah melakukannya..." Nafasnya bersesakan di balik kipas itu. "Aku sudah membuktikannya, aku sudah melindungimu kali ini, Kakak..."
Di dalam Kuil Guanyin, saat itu. Nie HuaiSang sempat membelai tutup peti mati yang baru saja disegel Wei WuXian. Dengan wajah penuh kerapuhan, dipandanginya benda itu dalam diam. Sebab di dalamnya ada jasad Nie MingJue yang telah utuh dan Meng Yao yang telah kehilangan lengan kirinya. Bersama.
"Sekarang aku telah membawanya padamu. Satu tempat denganmu, Kakak. Sehingga kali ini kau bisa mencabiknya di dalam sana tanpa bisa lari..." Nie HuaiSang meremas dadanya. "Kuharap itu semua cukup kan... Aku tidak perlu memutus seluruh anggota badannya... Aku tidak perlu karena kau bisa melakukanya sendiri kan..." suara isakkannya semakin keras.
Nie HuaiSang memang telah mengurus peti mayat itu dengan baik. Dan dia tidak mengkremasi mereka, justru benda itu kini terkubur begitu dalam nyaris mendekati inti bumi. Sengaja. Agak tak ada seorang pun mampu menjangkaunya, agar mereka tak lagi memiliki kesempatan reinkarnasi, dan Nie MingJue bisa membalaskan dendamnya sepuas hati disana.
Kejam?
Nie HuaiSang tidak akan menyangkal itu jika ada seseorang mengetahui segala rahasianya. Hingga menuduhnya. Asal dengan bukti, bukan sekedar wacana seperti yang Wei WuXian lakukan padanya saat di Gusu tadi.
Namun, tentu saja itu mustahil. Sebab seperti yang dia katakan disana. Pada hal yang perlu dia lakukan, dia tak akan lalai. Namun pada hal yang bukan urusannya, dia tak akan ikut campur.
Nie HuaiSang telah melakukan segala rencananya dengan sempurna. Tanpa cela sedikit pun meski ada yang hampir mampu membuka seluruh kedoknya. Sebab dia bergerak sendirian. Layaknya pencuri yang tak mempercayai siapapun karena tidak ingin dikhianati siapapun.
Tak seperti Jin GuangYao yang agak ceroboh melakukan segala rencananya.
Nie HuaiSang sendiri merasa bahwa dia telah berubah. Tepatnya sejak kematian Nie MingJue. Sangat disayangkan. Memang. Sebab dia bukan Nie HuaiSang yang dulu dapat dibodohi dengan mudahnya seperti saat Wei WuXian mengusirnya dari pembicaraan penting dengan cara memperlihatkan ayam Pegar yang berkeliaran di hutan. Namun, dia tetap puas dengan perubahan itu.
Nie HuaiSang memang menyukai dirinya yang dulu. Tapi dirinya yang sekarang justru terasa lebih bebas. Lebih kuat dan melegakan kemanapun kakinya melangkah.
Nie HuaiSang tidak takut lagi, sekalipun Nie MingJue memang tak berada disisinya. Dia juga tak pernah meminta bantuan Lan XiChen dalam menyelesaikan masalah apapun, tak seperti dulu. Tapi tetap saja, dia merasakan kekosongan di dalam hati. Sebab sesuatu telah hilang, sesuatu yang istimewa, berharga, dan tak pernah tergantikan hingga kini.
"Kakak aku harus apa..." lirih Nie HuaiSang. "Aku sudah membawanya kepadamu, tapi sekarang aku harus apa..."
Bersambung...