Chereads / 4 Leaf Clover / Chapter 9 - Pemilihan Ketua Kelas

Chapter 9 - Pemilihan Ketua Kelas

POV : Silvia Sapphira

Ternyata hari itu adalah hari pemilihan ketua kelas, aku pun sempat lupa bahwa kemarin kami belum sama sekali melakukan pemilihan ketua kelas.

Sistem pemilihannya adalah pemungutan suara dan juga pencalonan, sama seperti biasanya, namun kelas buangan seperti kelas Firaun ini mana mungkin ada yang mau mencalonkan menjadi ketua kelas dan merepotkan diri mereka sendiri.

Karna jangankan untuk mencalonkan diri menjadi ketua kelas dengan sukarela, jika seandainya menjadi ketua kelas akan mendapatkan hadiah pun belum tentu ada yang mau mencalonkan dirinya menjadi ketua kelas dikelas yang berisikan para siswa bermasalah ini.

Alhasil karna tidak ada yang mau mencalonkan dirinya menjadi ketua kelas, akhirnya berakhir menjadi perang suara saling menunjuk temannya masing-masing. Semua ribut dengan hal itu, termasuk Gaby, kecuali aku dan Milas.

Aku tidak berbicara atau pun ribut itu karna aku memegang teguh janjiku, sementara Milas, ia tidak berbicara atau pun ribut itu karna ia sedang tertidur dengan sangat lelap di pojokan kelas, bahkan sampai ngiler.

Ya... sebetulnya aku ingin membangunkannya, akan tetapi karna wajahnya yang menyebalkan itu, aku pun mengurungkan niatku itu, dan membiarkannya tertidur lelap seperti itu, bahkan aku merasa lebih tenang jika dia bisa diam seperti itu.

Namu karna suasana kelas saat itu terlalu ribut, akhirnya membuat Pak Ridwan pun harus turun tangan menenangkan kelas Firaun ini. Pak Ridwan pun dengan secara tiba-tiba memukul papan tulis yang berada didekatnya menggunakan sebuah penggaris kayu besar. "Oke Diam Semuanya!" Ucap Pak Ridwan marah dan berteriak sangat kencang. Bahkan karna begitu kencangnya, sampai-sampai orang-orang yang sedang berada di kamar mandi sekali pun aku yakin akan bisa mendengar omongannya Pak Ridwan saat itu.

Seketika amukan Pak Ridwan itu akhirnya mampu membungkam seisi kelas dengan seketika. Suara bergemuruh yang tadinya memenuhi ruang kelas tiba-tiba senyap seketika itu juga, tak ada suara apa pun yang dapat terdengar dari kelasku saat itu. Mereka semua terdiam layaknya patung pancoran, menatap Pak Ridwan dengan perasaan bersalah.

Ditengah kesunyian kelasku, Pak Ridwan yang tengah emosi berteriak di depan para murid, dengan suara lantangnya beliau berkata. "Kalo begini terus gak akan kelar-kelar!, jadi biar bapak yang milih calon ketua kelasnya, nanti jika suara terbanyak setuju maka dialah yang akan jadi ketua kelasnya, tapi jika suara terbanyak tidak setuju dengan pilihan bapak, bapak akan milih lagi sampai suara terbanyak menyetujuinya, dan nanti Ketua kelas yang akan memilih pengurus kelasnya, Gimana semua setuju ?" Ucap Pak Ridwan yang mungkin sudah kehabisan akal dengan anak-anak dikelas ini.

Ya maklumi saja, semua murid yang berada disini memang paling ahli bikin orang-orang punya penyakit darah tinggi, bahkan mungkin hingga stroke!.

Semua murid kemudian dengan serentak menjawab layaknya anak TK yang ditanya oleh gurunya. "Setuju Pak...!" Jawab semua murid di kelas, tak terkecuali diriku sendiri, dengan mengangkat selembar kertas bertuliskan YES!, yang aku angkat setinggi-tinggi mungkin.

Pak Ridwan lalu mulai menenangkan dirinya, ia mengehela nafasnya sejenak. "Oke kalo semuanya setuju, kalo begitu saya langsung tunjuk aja siapa yang jadi ketua kelasnya, dan saya memilih Milas sebagai ketua kelas XII IPS 2!!" Ucap Pak Ridwan sambil menunjuk ke arah Milas.

Merasakan namanya terpanggil dari dalam mimpi indahnya itu, seketika Milas pun terbangun dalam keadaan terkejut melihat Pak Ridwan menunjuk dirinya, dia pun langsung panik dan kelabakan. Dia bahkan tidak mengetahui kenapa ia ditunjuk oleh Pak Ridwan, bahkan ia mengira bahwa ia sudah ketahuan tidur oleh Pak Ridwan.

Milas lalu dengan sigap langsung berdiri, lalu dengan cepat juga ia menundukan setengah badannya seraya meminta maaf kepada Pak Ridwan. "Mohon maaf pak, saya janji gak bakal ngelakuin lagi." Serunya yang terlihat seakan-akan menyesali perbuatanya itu. Ya... meski mungkin semua orang dikelas ini tau bahwa Milas tidak akan pernah menyesali hal itu, dan bahkan mungkin ia akan tidur lagi beberapa menit setelah ia meminta maaf.

"Kamu kenapa Milas, kenapa tiba-tiba minta maaf ?" Ucap Pak Ridwan kebingungan melihat tingkah Milas.

Alhasil itu membuat Milas menjadi bingung dengan keadaan yang dialaminya saat itu, dengan ucapan Pak Ridwan yang seperti itu, Milas kemudian merasa bahwa ia tidak bersalah, meski ia merasa masih kebingungan, namun karna sudah merasa aman, dengan sombongnya ia kemudian duduk seraya berkata. "Hahah ngak pak, Cuma iseng aja biar gak tegang...."

"Oh begitu, kalau begitu berarti sudah diputuskan, kamu yang jadi ketua kelasnya."

Terkejut mendengar hal itu seketika Milas pun langsung berdiri, karna dia tidak mau menjadi ketua kelas, dia pun seketika langsung mengajukan protes terhadap pilihan Pak Ridwan tersebut. " Lah, lah, lah... Pak..., kok saya, Saya ini kan murid yang sering dapet SP pak? Mana pantes...." Ucap Milas berusaha membela dirinya sendiri agar tidak terpilih menjadi ketua kelas.

Sedangkan disaat yang bersamaan Gaby dari kejauhan tersenyum menyeringai melihat ekspresi Milas yang terlihat panik karna baru saja menerima jabatan sebagai ketua kelas. Aku rasa aku tau mengapa Gaby begitu bahagia melihat Milas panik, mungkin jawabannya sama sepertiku, ia sudah muak dengan tingkah Milas sampai-sampai penderitaan Milas adalah kebahagiaan dirinya.

Lalu kemudian ia menatap wajah Milas dan tersenyum menyeringai kearahnya. "Semua murid disini juga dapet SP keles... udah... terima nasib ae Mil...." Cetus Gaby meledek Milas seraya tertawa terbahak-bahak. Tapi apa yang Gaby katakan itu memang benar adanya sih, jika itu alasanya Milas, maka kenyataanya semua orang dikelas ini adalah pengkoleksi SP yang handal. Ya namanya juga kelas buangan bukan ?.

Seperti yang kita tau Milas itu adalah seseorang yang sangatlah gigih, dia pastinya tidak mungkin menyerah begitu saja, maka dari itu, kemudian dia melakukan pembelaan sekali lagi.

Seraya menatap Pak Ridwan Milas berusaha meyakinkan Pak Ridwan bahwa dirinya tidak layak dengan berkata. "Iya sih... tapi maksud saya, saya itu lebih banyak dari mereka Pak, nanti bapak nyesel loh...." Sahut Milas merendah.

Pak Ridwan menatap matanya Milas dengan sangat tajam, lalu dengan sangat yakin Pak Ridwan berkata. "Justru karna alasan itulah bapak pilih kamu, supaya kamu ngerasain gimana susahnya ngurus anak anak kayak gini. Dan ini juga pembelajaran supaya kamu berubah! tapi seperti yang bapak bilang tadi, kalo semuanya gak setuju atau lebih banyak gak setujunya, kamu gak bakalan jadi ketua kelasnya." Ucap Pak Ridwan kepada Milas.

Milas hanya bisa terdiam menatap Pak Ridwan kosong. Sepertinya ia tau bahwa, bahkan dirinya sendiri tidak akan bisa menggoyahkan kemauan Pak Ridwan.

Lalu Pak Ridwan melihat ke sekitar, melihat kesemua murid yang berada didalam kelas Firaun ini. "Jadi semuanya setuju ?" Tanya Pak Ridwan menanyakannya ke Semua murid.

Semua murid yang sedang berada di dalam kelas pun dengan begitu semangatnya berteriak. "Setuju !" Ucap semua murid termasuk aku yang juga sangat bersemangat mengangkat kertas bertuliskan YES! yang tadi juga sudah aku gunakan. Dan diantara para murid dikelas, orang yang paling semangat, bahkan sampai berteriak-teriak, dia adalah Gaby.

Bahkan mungkin saja jika yang berada di depan kelas bukanlah sang guru killer, yaitu Pak Ridwan. Mungkin saja Gaby sudah nekat naik ke atas Meja dan mengangguk-anggukan kepalanya seraya berteriak layaknya seorang rocker. Aku sangat yakin dengan hal itu.

Milas yang pasrah hanya bisa memasang wajah kesal. "Ah kampret !" Gumam Milas ngedumel dengan suara yang cukup kencang. Dan sayangnya ucapan Milas terdengar oleh Pak Ridwan.

Pak Ridwan yang mendengar itu pun terpicu.

"Apa kamu bilang ?!" Ucap Pak Ridwan menanggapi ucapannya Milas yang emosi.

Milas kemudian salah tingkah dan mencoba mencari alasan. " Hehehehe ngak kok Pak... tadi ada Kampret lewat... " Ucap Milas canggung seraya menunjuk sekeliling.

For Your Information nih, Kampret yang Milas maksud itu adalah Kelelawar, karna masyarakat jawa pada umumnya menyebutnya Kampret, bukan Kalelawar. Maka dari itu dia menunjuk-nunjuk sekelilingnya, untuk menunjukan jika ada kelelawar yang lewat .

Ya... meski pada akhirnya itu tetaplah tidak masuk akal, dikarenakan kalelawar yang beraktifitas dimalam hari bukan disiang hari.

Lalu dengan begitu, ketua kelasnya sudah resmi terpilih, yaitu Milas Scarlet. Dan menurut peraturan disekolah ini, siapapun yang menjadi ketua kelas maka ia berhak untuk menunjuk seseorang sebagai wakil ketua kelas, untuk mendampingi dirinya mengurus kelas. Itu berarti Milas bebas untuk memilih siapa Wakil dan anggota pengurus kelas lainya, dan aku pun sedikit terkejut ketika Milas dengan secara tiba-tiba menunjuk dan memilihku menjadi Wakilnya.

Dengan wajah tanpa dosa, dan dengan tangannya yang begitu ringannya seperti tangan maling, Si Milas langsung menunjukku yang berada tepat disebelahnya. "Ok kalo gitu saya mau dia pak, yang jadi wakilnya." Sahut Milas bersemangat.

Lalu ia tiba-tiba saja melihatku dengan senyuman lebar diwajahnya. Namun sayangnya senyumannya itu lebih terlihat seperti senyuman jahat dari pada senyuman seseorang yang dengan tulus membagikan kebahagiannya. Senyuman lebar diwajahnya itu seakan-akan berkata kepadaku bahwa orang ini memiliki niat jahat yang tersembunyi dibalik senyumnya itu.

Seketika aku dengan cepat pun mengambil pulpen serta kertas kosong, dan berusaha menuliskan sesuatu kepadanya. Namun ketika baru saja aku ingin menuliskan sesuatu di kertas tiba-tiba saja dia berkata. "Oh... gitu ya..., makasih Silvia... kamu baik deh...," cetusnya dengan suara lantang yang memang sangat ia sengaja. Lalu ia kembali menghadap Pak Ridwan dan dengan senyuman lebar kebahagiaan dia berkata. "Kata Silvia dia gak keberatan Pak, malahan dia bilang merasa terhormat Pak, bisa jadi wakil Milas yang keren ini."

Pak Ridwan hanya diam dan memandangi Milas dengan sinis, seakan-akan ia berkata.

"Mana mungkin Silvia berbicara seperti itu." Akan tetapi agar semuanya tidak memakan waktu yang lama, Pak Ridwan pun mengabaikan itu semua. "Baiklah kalau begitu, sudah ditentukan ketua kelasnya adalah Milas, dan wakilnya adalah Silvia, dan untuk pengurus kelas, itu bisa dilakukan nanti, oleh ketua dan wakilnya," seru Pak Ridwan sesegera mungkin menyudahi pembahasan tentang ketua kelas tersebut.

Aku yang tidak bisa menerima itu begitu saja, sebetulnya ingin sekali protes akan hal tersebut, namun tiba-tiba saja Pak Ridwan sudah ingin memulai kembali pelajaran, yang membuatku tidak memiliki waktu untuk mengutarakan keberatanku. "Baiklah kalau begitu kita mulai pelajarannya." Ucap Pak Ridwan.

Kemudian Milas melirik kearahku seraya menatapku dengan senyuman jahatnya yang jika aku boleh berpendapat, senyumannya itu sangat-sangat cocok dengan wajahnya yang menyeramkan itu. Lalu dengan mudahnya dia berkata. "I got you !" Ucapnya dengan begitu merasa sangat puasanya.

Jujur saja, sebenarnya aku sangatlah kesal ketika ditunjuk sebagai wakil ketua kelas, dan bukan hanya kesal saja, aku juga pada dasarnya tidak sama sekali ingin menjadi wakil ketua kelas, karna itu sangat merepotkan, akan tetapi karna sudah terpilih maka apa boleh buat, nanti mungkin juga pada akhirnya aku tidak akan bisa berbuat banyak untuk membantunya mengurus kelas ini.

Lalu dengan ini dimulailah kisahku, Silvia Saphira bersama dengan kelas Firaun ini.