Zara tak bisa menunjukkan wajahnya didepan Bara saat ini, dia sudah tertelan oleh rasa malunya sendiri. Bara sudah memergokinya berada didepan studio. Apalagi, Bara melihat ketika Zara sedikit membungkuk saat melihat tombol merah yang setara dengan sikunya. Dasar bodoh—batin Zara.
Laki-laki yang ingin Zara temui itu masih terdiam sembari mengatur senar gitarnya. Zara sendiri juga bingung harus bagaimana, semua yang ia rencanakan tadi, malah berakhir seperti ini. Tapi, dia tidak boleh lupa dengan tujuannya ingin bertemu Bara. Dia tak ingin ada kejadian beberapa hari lalu yang terulang kembali. Dengan satu tarikan nafas, akhirnya Zara memberanikan diri untuk memanggil Bara lebih dulu.
"Bara,"
"Hm?"