Digelapnya malam yang dingin ini, Zara masih terjaga sembari menatap luar jendela karena hujan yang turun dimalam hari, tak ada bulan yang menerangi malam, mendadak membuat Zara merindukan kehadirannya. Beda halnya dengan seorang ayah, dia sama sekali tak merindukan sosok itu barang sedikitpun. Tak ingin munafik, Zara terkadang memang iri ketika melihat seorang putri dan ayahnya yang bermain bersama, atau melihat seorang ayah yang menggendong anak gadisnya yang baru saja mendapatkan kelulusannya.
Tidak tahu kenapa, dia jadi membayangkan sosok yang sebenarnya sangat ingin dia miliki yang bisa ia banggakan pada seluruh dunia jika ia beruntung memilikinya. Sayangnya, itu hanya menjadi angannya saja.